BAB EMPAT BELAS
APAKAH IMAN
Tanggal: 16 Nopember 1935, pagi
Tempat: Chuenchow
Pembacaan Alkitab: Ibr. 11:1
IMAN ADALAH SUBSTANSIASI DARI HAL-HAL ROHANI
Ibrani 11:1 adalah satu-satunya ayat di dalam Alkitab yang memberikan definisi mengenai iman. Ayat ini memberi tahu kita bahwa iman adalah pensubstansian hal-hal yang kita harapkan. Iman membuat hal-hal yang kita harapkan menjadi riil. Ini adalah seperti hidung yang membuat bau menjadi riil, mata yang membuat warna menjadi riil, dan telinga yang membuat suara menjadi riil. Hanya iman yang bisa membuat hal-hal yang rohani menjadi riil. Iman adalah pengalaman rohani. Tanpa iman, tidak ada pengalaman rohani. Seseorang mungkin memiliki mata, namun semua warna di dunia ini akan menjadi tidak kelihatan bagi dia jika dia menutup matanya. Demikian juga dengan iman. Ketika kita tidak melatih iman, kita tidak melihat sesuatu yang rohani. Namun ketika kita mengizinkan iman untuk membuat hal-hal yang rohani menjadi riil bagi kita, semua pengalaman rohani menjadi riil. Banyak doa kaum beriman tidak pernah mencapai Allah sebab doa-doa mereka itu kekurangan iman. Hanya doa-doa yang berasal dari iman yang akan menjamah Allah, dan hanya doa-doa inilah yang akan membawa masuk hal-hal yang rohani. Misalnya seseorang mengalami kebutaan selama tiga puluh tahun, tanpa pernah melihat warna seumur hidupnya. Begitu matanya terbuka, dia akan langsung melihat warna. Tuhan mengatakan bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-ranting. Jika kita percaya pada firman ini, firman ini akan langsung menjadi realitas bagi kita. Ketika seseorang menggunakan matanya untuk melihat, segala sesuatunya ada di situ. Namun jika dia tidak menggunakan matanya, semuanya akan seolah-olah tidak ada. Dengan juga dengan hal-hal rohani. Iman mensubstansiasi hal-hal rohani.
IMAN MEMERLUKAN WAHYU DARI ALLAH
Iman diberikan kepada kita ketika kita beroleh selamat (Ef. 2:8). Ini adalah seperti mengatakan bahwa seorang anak dilahirkan dengan kedua matanya. Jika seseorang tidak melihat, dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena tidak melihat. Matanya ada di situ, dan matanya adalah miliknya, namun dia bisa memilih untuk melihat atau untuk tidak melihat. Demikian juga, begitu kita diselamatkan, iman ada di dalam kita. Apakah kita mengambil hal-hal rohani atau tidak, bergantung pada apakah kita menggunakan iman kita atau tidak. Banyak orang sudah memiliki iman, namun mereka tidak menggunakan iman mereka untuk percaya. Kita perlu meminta kepada Allah untuk memperlihatkan wahyu kepada kita. Wahyu Allah bisa membebaskan iman kita. Wahyu adalah seperti Allah mengangkat selubung dan memperlihatkan kepada kita apa yang ada di balik selubung tersebut. Jika saya sedang bersembunyi di balik selubung itu, Anda tidak akan tahu apa yang sedang saya lakukan. Akan tetapi, jika Anda memiliki iman, itu adalah seolah-olah Anda bergerak ke balik selubung tersebut dan melihat segala sesuatu yang sedang saya lakukan di balik selubung itu.
Sebelum kita memiliki iman, kita hanya bisa memahami secara samar-samar kebenaran-kebenaran di dalam Alkitab. Kita tidak bisa memahaminya dengan jelas, sebab selubungnya belum diangkat. Akan tetapi, setelah kita memiliki iman, segalanya menjadi riil. Begitu kita memiliki iman, kita bisa mengatakan, “Sekarang saya tahu, sebab selubungnya sudah dibuang.” Di masa lalu, kita mungkin terselubung terhadap sebagian kebenaran. Sekarang selubungnya sudah diangkat, dan segalanya menjadi jelas. Siapakah yang mengangkat selubung itu? Allahlah yang telah mengangkat selubung itu melalui wahyu-wahyu-Nya dan telah membuat semua hal-hal rohani di balik selubung itu menjadi riil bagi kita.
PERLUNYA LAPAR AKAN WAHYU
Wahyu Allah adalah pengangkatan selubung oleh Allah. Sebagai tambahan dari percaya, seseorang haruslah lapar jika dia ingin menerima wahyu. Hanya hati yang lapar yang akan menerima wahyu Allah. Hati yang lapar adalah hati yang mati-matian. Jika kita mati-matian, kita akan melihat wahyu Allah begitu wahyu tersebut muncul. Jika kita datang ke sidang ini hanya sebagai penonton, kita mungkin mendapatkan banyak doktrin dan bahkan mampu untuk menganalisa doktrin-doktrin ini dengan jelas, namun analisa kita akan tetap hanya merupakan sebuah analisa; analisa kita tidak akan menjadi wahyu kita. Doktrin tidak akan membuat kita melihat, dan kita tidak akan mendapatkan apa pun. Di pihak Allah, Dia bersedia untuk memberi kita wahyu, namun di pihak manusia, kita harus haus dan mati-matian. Jika kita mengambil sikap ini, kita akan menerima wahyu setiap kali kita membaca Firman atau datang ke dalam sidang. Di dalam sidang, sangat mudah untuk menuliskan pengajaran-pengajaran ke dalam buku catatan kita. Pikiran kita mungkin dipenuhi dengan pengetahuan, namun jika hati kita tidak terbuka kepada Allah, kita masih tetap tidak akan menerima wahyu. Jika hati kita tidak terbuka kepada Tuhan, kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu. Kita harus berdoa dengan rendah hati di hadapan Tuhan, dan mengatakan, “Tuhan, ampuni aku. Remukkan aku! Bukalah hatiku!”
Dalam keadaan yang normal, keselamatan dan kemenangan terjadi pada saat yang sama. Ini bisa dilihat dari bangsa
KAPASITAS IMAN KITA
Semakin kita melihat bahwa dosa-dosa kita itu hidup dan semakin kita mengakui bahwa kita adalah orang yang paling berdosa, semakin kita akan mengalami kemajuan dalam perkara menang. Kemenangan itu bukan menjadi lebih baik. Saya adalah seorang berdosa yang sama sekali tidak ada harapan;
Iman itu bukan mendapatkan sesuatu yang baru. Iman adalah melihat apa yang telah Allah berikan kepada kita. Jika kita tidak memiliki iman, hal-hal rohani masih tetap ada, tapi mereka akan seolah-olah sama sekali tidak ada. Mata melihat benda-benda, namun begitu mata dipejamkan, benda-benda itu menjadi tidak kelihatan. Benda-benda itu masih ada di
IMAN ITU TIDAK BERGANTUNG PADA PERASAAN
MELAINKAN PADA FIRMAN ALLAH
Iman tidak ada hubungannya dengan pemahaman alamiah. Banyak perempuan desa yang memiliki lebih banyak iman dibandingkan profesor perguruan tinggi. Ini bukan mengenai apakah seseorang memiliki pengetahuan atau tidak, melainkan apakah seseorang memiliki iman yang hidup atau tidak. Iman bukan muncul sebagai hasil dari suatu kepercayaan yang luaran, ataupun berdasarkan perasaan seseorang. Perasaan kita tidak bisa diandalkan; hanya Firman Allah yang bisa diandalkan. Menurut perasaannya, seorang anak kecil mengira bahwa ayahnya akan membelikan dia sebuah bola. Sambil menunggu, dia mengundang banyak temannya untuk datang ke rumahnya untuk bermain. Ketika ayahnya pulang, tidak ada bola sebab dia tidak pernah menjanjikan anaknya untuk membelikan sebuah bola. Kemudian, ayahnya berjanji bahwa dia akan membelikan bola untuknya. Setelah ayahnya membuat janji tersebut, anak itu hanya perlu mempercayai perkataan ayahnya. Demikian juga, kita tidak seharusnya berjalan menurut perasaan kita atau menilai Allah berdasarkan apa yang kita rasakan. Kita seharusnya mempercayai Firman Allah. Apa yang terbilang hanyalah apa yang telah Allah katakan. Begitu kita percaya, hal-hal itu akan menjadi milik kita.
MEMBEDAKAN IMAN DAN PENCOBAAN
Bagaimana kita bisa membedakan antara iman yang berasal dari Allah dan pencobaan yang berasal dari Satan? Kuncinya terletak pada sumber dari perkataan yang diucapkan—apakah itu berasal dari Satan atau dari Allah. Ketika Satan mencobai Tuhan, dia juga mengutip Kitab Suci. Dia ingin supaya Tuhan melompat dari puncak bait suci, tapi Tuhan menolak untuk melakukannya sebab perkataan tersebut merupakan suatu pencobaan dari Satan. Jika Allah yang mengatakan, “Engkau boleh melompat,” Anda boleh melompat ke bawah bahkan jika Anda memiliki bait yang lebih tinggi. Ini adalah iman. Akan tetapi, jika Allah tidak memerintahkan Anda untuk melompat, Anda tidak seharusnya melompat tidak peduli betapa pendeknya bait tersebut. Jika Anda melakukannya, Anda sedang mencobai Tuhan.
MEMPERHATIKAN PIMPINAN BATINI DARI ROH
Bagaimana kita bisa tahu jika ayat ini atau ayat itu merupakan perkataan Tuhan kepada kita? Setiap orang yang sudah diselamatkan memiliki Roh Kudus tinggal di dalam dirinya, dan setiap orang bisa mengenal pimpinan Allah. Menurut janji dari perjanjian Baru, “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku” (Ibr. 8:10-11).
Hari ini semua orang bisa pergi untuk meminta kepada Allah, “Aku adalah domba-Mu, dan domba mendengarkan suara-Mu. Berbicaralah kepadaku, dan izinkan aku mengenal kehendak-Mu.”
Masalah pada gereja hari ini adalah bahwa gereja hanya mempelajari Kitab Suci dan tidak bertanya kepada Roh di batin. Jika kita hanya memiliki pengajaran Alkitab dan tidak memiliki pimpinan batini Roh, Alkitab hanya akan menjadi huruf-huruf yang mematikan bagi kita. Buku The Assembly Life (Hidup Gereja) sudah diterbitkan, namun suatu pertanyaan yang besar tetap ada, yaitu apakah kita memiliki pimpinan dari Roh atau tidak. Jika kita berusaha untuk mempraktekkan Hidup Gereja seolah-olah kita sedang mempraktekkan Sepuluh Perintah (Hukum Taurat) dan mengabaikan pimpinan Roh di batin, sidang-sidang kita akan mati. Pernah sekali saya melihat seorang saudari yang dengan membabi-buta mengikuti orang lain untuk menudungi kepalanya; dia tidak mengikuti pimpinan Roh. Ketika saya melihat hal itu, saya menyuruh dia untuk melepaskan tudung kepalanya. Ketika seorang saudara melihat saya, dia bertanya kenapa saya menyuruh saudari itu untuk melepaskan tudung kepalanya. Saya menyuruh saudara itu untuk menanyakan satu pertanyaan kepada saudari tersebut: Apakah dia itu kaum beriman Perjanjian Lama atau kaum beriman Perjanjian Baru? Kaum beriman Perjanjian Lama patuh secara luaran; dia hanya memelihara hukum yang luaran. Namun kaum beriman Perjanjian Baru memiliki Roh di dalam dirinya. Hidup kita adalah hidup yang berjalan menurut pimpinan Roh Kudus. Jika kita tidak mematuhi suara dari Roh di batin, kita sedang tidak mematuhi Allah. Jika Roh di batin tidak menyuruh kita untuk melakukan sesuatu, dan kita melakukannya, kita bersalah di mata Allah tidak peduli betapa baiknya pekerjaan kita itu.
Misalnya seorang saudara ingin dibaptis. Jika dia melakukannya hanya karena Alkitab berkata demikian, dia itu salah. Kita harus mematuhi Alkitab menurut Roh. Setiap peraturan luaran dan setiap adat istiadat manusia adalah hukum Taurat. Kita harus melakukan segalanya menurut pimpinan Roh. Apa yang perlu kita lakukan adalah mengikuti pimpinan batini. Jika kita memberi tahu orang lain untuk melakukan sesuatu hanya karena Alkitab berkata demikian, kita sedang memelihara hukum Taurat. Kecuali Roh bekerja terlebih dahulu di dalam seseorang, apa pun yang dia lakukan secara luaran adalah berasal dari hukum Taurat. Segala sesuatu yang bukan berasal dari pimpinan Roh ada di dalam prinsip hukum Taurat. Hukum Taurat Perjanjian Lama ada di luar manusia, sedangkan Roh Perjanjian Baru ada di dalam manusia. Semoga Tuhan merahmati kita. Kita tidak melihat banyak pekerjaan Roh Kudus hari ini sebab kita tidak menghormati Dia dan tidak mengenal Dia. Jika kita menghormati Dia, mengenal Dia, dan memperbesar Dia, Dia bisa melakukan hal-hal yang besar di tengah-tengah kita. Jika kita memiliki keyakinan dari Roh untuk melakukan sesuatu hal, kita bisa tidak bergeming bahkan jika seluruh dunia menggelengkan kepalanya. Semoga kita semua mengikuti pimpinan batini dan tidak melakukan apa-apa tanpa pimpinan batini. Mematuhi pimpinan batini seperti ini adalah kepatuhan yang sejati. Hanya mereka yang patuh seperti ini yang akan mendengar perkataan Allah, dan hanya mereka yang akan memiliki iman yang mensubstansiasikan segala hal rohani.
Amen, puji Tuhan
ReplyDelete