BAB DUA PULUH TIGA
NADA DARI PENGHIDUPAN YANG MENANG
Tanggal: 19 Nopember 1935, malam hari
Tempat: Chuenchow
Pembacaan Alkitab: Rm. 8:37; Mzm. 20:5
Kita perlu melihat hal lainnya malam ini—nada dari suatu penghidupan yang menang. Sebelum kita masuk ke dalam perkara ini, kita harus mengulang apa yang telah kita lihat. Kita pertama-tama melihat bahwa metode manusia untuk mencapai kemenangan adalah dengan menahan diri, bergumul, dan berdoa, dll. Sebenarnya, tidak ada satupun dari metode ini yang berhasil. Kedua, kita melihat bahwa Kristus adalah kemenangan kita. Menang adalah Kristus itu sendiri. Hayat yang menang yang telah diberikan Allah kepada kita tidak lain adalah Kristus itu sendiri. Ketiga, karakteristik yang paling penting dari hayat yang menang adalah bahwa itu merupakan suatu pertukaran, bukan pengubahan. Keempat, kita melihat bahwa ada dua hal yang harus kita lakukan—merelakan dan percaya. Kelima, kita melihat bahwa ada dua hal juga yang harus kita lakukan setelah menang—mengakhiri semua dosa dan berkonsikrasi secara penuh. Keenam, kita melihat bahwa Tuhan adalah Dia yang menjaga kita di dalam menempuh kehidupan yang menang; Tuhan secara terus menerus menang bagi kita. Kita harus menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan setiap hari. Kita harus bersandar pada-Nya dan menyerahkan diri kita kepada-Nya hari demi hari dan waktu demi waktu, mengizinkan kemenangan-Nya untuk dimanifestasikan di dalam kita. Jika ada yang belum melakukannya, saya harap Anda mau melakukannya hari ini.
Sekarang mari kita melihat nada dari kehidupan sehari-hari seorang pemenang. Ketika kita berkidung, kita memiliki kata-kata dan nada. Banyak orang menyanyi dengan kata-kata yang benar tapi dengan nada yang salah. Mohon diingat bahwa hayat yang menang juga memiliki nadanya. Setelah seseorang melewati pintu gerbang kemenangan, dia tidak bisa menang setiap hari jika dia tidak membawa nada kemenangan bersamanya. Jika nadanya salah, segala sesuatunya akan salah. Orang Fukien dan orang
BERSORAK-SORAI DALAM KEMENANGAN
Keselamatan dan kemenangan adalah kata yang sama di dalam bahasa Ibrani. Bersorak-sorai dan bersukacita juga adalah kata yang sama di dalam bahasa Ibrani. Jadi, Mazmur 20:5 yang mengatakan, “Kami mau bersorak-sorai dalam keselamatan-Mu,” bisa diterjemahkan menjadi “Kami mau bersukacita dalam kemenangan-Mu.” Apa perbedaan antara kemenangan dengan bersorak-sorai bagi kemenangan? Misalnya dua kelompok pelajar sedang bertanding dan salah satu tim menang. Ini adalah kemenangan; tim tersebut telah menang. Bersorak-sorai bagi kemenangan adalah bagi para penggembira untuk bersorak-sorai dengan lantang bagi tim yang menang.
Kemenangan dari banyak orang adalah kemenangan yang ogah-ogahan. Itu adalah kemenangan yang hanya sedikit dan sunyi senyap. Misalnya, ketika orang lain mencaci-maki, Anda mungkin tidak bereaksi; sebaliknya, Anda menutup mulut Anda. Anda mungkin mengira bahwa melalui berdiam diri seperti itu Anda sedang menang. Memang benar bahwa itu adalah menang, tetapi itu adalah kemenangan yang hanya sedikit. Itu bukan kemenangan yang membuat Anda lebih daripada orang-orang yang menang, juga bukan sorak-sorai kemenangan. Sorak-sorai kemenangan yang mengikuti suatu kemenangan adalah kemenangan yang bersukacita, bersyukur, dan memuji secara berkesinambungan. Itu bukan suatu usaha yang ogah-ogahan, juga bukan suatu tindakan menahan diri atau bersabar. Bersorak-sorai bagi kemenangan adalah memuji di dalam segala macam situasi dan bagi segala macam alasan. Inilah lebih dari menang. Kebanyakan orang mengira bahwa berdiam diri ketika mereka sedang dicaci-maki adalah menang. Akan tetapi ini bukanlah kemenangan yang sesungguhnya. Kemenangan yang sesungguhnya adalah bersyukur dan memuji Tuhan di dalam segala macam kesulitan dan penderitaan. Ini bukan hanya kemenangan, melainkan sorak-sorai dari kemenangan. Kita harus ingat bahwa cawan yang telah Allah berikan kepada kita adalah cawan yang melimpah (Mzm. 23:5). Itu bukan cawan yang hanya memiliki beberapa tetes air. Cawan kita meluap adalah kita bersorak-sorai bagi kemenangan. Jika orang lain meminta saya untuk berjalan satu mil, dan saya berjalan satu mil, itu bukan kemenangan. Lebih dari menang adalah jika orang lain meminta saya untuk berjalan satu mil, saya berjalan dua mil. Jika orang lain meminta baju saya, dan saya memberi baju saya, itu tidak menang. Tapi jika orang lain meminta baju, dan saya menyerahkan jubah saya juga, itu adalah kemenangan yang sesungguhnya. Ketika orang lain mencaci-maki saya, saya tidak hanya sekadar berusaha untuk menekan diri saya atau berusaha untuk bersabar. Melainkan, saya berkata kepada Allah, “Aku mengucap syukur,” dan saya mengatakannya tanpa rasa ogah-ogahan atau ragu-ragu. Inilah kemenangan yang membuat kita lebih dari menang. Kita seharusnya mengatakan kepada Tuhan, “Semua kesulitan yang telah menimpaku adalah pemberesan-Mu yang penuh kemurahan. Aku bersyukur pada-Mu bahwa aku mampu untuk menderita bagi-Mu.” Inilah nada kemenangan. Tuhan memberi Anda kemenangan supaya Anda bisa bersyukur dan memuji Dia. Banyak orang kelihatannya menang, namun mereka tidak memiliki nada kemenangan. Misalnya, seseorang mungkin berada di dalam kesulitan dan berkata kepada Tuhan, “Aku sedang menderita.” Ini berarti dia sudah kehilangan nada kemenangan. Mereka yang tidak bisa bersyukur dan memuji di dalam penderitaan mereka hanya berhasil sedikit; mereka tidak lebih dari orang-orang yang menang.
BERSUKACITA SENANTIASA
Beberapa bagian di dalam Alkitab berbicara mengenai bersukacita. Matius 5:11-12 mengatakan, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." “Bersukacita dan bergembira” berarti “bersukacita dengan sangat dan sambil bersorak-sorai (greatly and jubilantly).” Yakobus 1:2 mengatakan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.” Apakah nada kita di tengah-tengah pencobaan? Yakobus mengatakan bahwa kita harus menganggapnya sebagai kebahagiaan. Inilah kemenangan yang riil. Seekor ikan harus berada di dalam air untuk bisa bertahan hidup. Demikian juga, hayat yang menang hanya bisa bertahan di dalam suatu lingkungan ucapan syukur dan pujian. Jika diletakkan di dalam suatu atmosfir kesedihan, dia akan mati. Kapankala hati kita kehilangan ucapan syukur dan pujian, dia kehilangan kemenangannya. Filipi 4:4 mengatakan bahwa kita harus bersukacita senantiasa. Bersukacita di dalam Perjanjian Baru itu tidak ada hentinya, bukan sekali-kali. Seharusnya tidak ada waktu istirahat bagi sukacita kita. Kapankala kita kehilangan kebahagiaan kita, kita kehilangan kemenangan kita. Jadi, kita harus bersukacita dalam Tuhan setiap waktu. Satu Petrus 4:13 mengatakan bahwa kaum beriman seharusnya bersukacita di dalam segala macam keadaan dan dipenuhi dengan ucapan syukur dan pujian. Banyak orang beriman tidak memiliki senyum di wajah mereka. Ini adalah ekspresi dari ketiada-sukacitaan. Pada suatu kali Paulus dan Silas dipukuli dan dibelenggu pada tangan dan kaki mereka. Namun mereka masih mampu untuk menyanyi. Saat mereka menyanyi, mungkin mulut mereka mengarah ke bawah, tapi hati mereka pasti mengarah ke atas. Ucapan syukur dan pujian ini mengguncangkan bumi dan membuka pintu penjara. Roh mereka sudah keluar, namun tubuh mereka masih di situ (Kis. 16:22-28). Inilah kemenangan yang diinginkan Tuhan. Dia ingin mendengar nyanyian kita di tengah malam sebab Dia tahu bahwa matahari terbit hanya tinggal beberapa jam lagi.
MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA SESUATU
Dalam hal apakah kita seharusnya mengucap syukur? Kolose 3:17 dan 1 Tesalonika 5:18 mengatakan bahwa kita seharusnya mengucap syukur dalam segala sesuatu. Kita seharusnya memiliki suatu kebiasaan untuk mengucap syukur. Ini berarti apapun yang mungkin terjadi—hal yang besar, hal yang kecil, hal yang baik, atau hal yang buruk—kita harus mengucap syukur. Seorang saudara adalah pekerja di rel kereta api. Sekali waktu, ketika dia sedang bekerja, sebuah kereta api lewat dan karena kecerobohan, salah satu kakinya terpotong oleh kereta tersebut. Ketika dia bangun di rumah sakit, dia ditanyai mengenai keadaannya. Dia menjawab, “Syukur dan puji Tuhan.” Ketika dia ditanya, “Bagaimana Anda bisa mengucap syukur dan memuji Tuhan pada saat-saat seperti ini?”, dia menjawab, “Saya tidak melihat berapa banyak kaki saya yang hilang. Saya melihat berapa banyak kaki yang masih saya miliki.” Inilah nada kemenangan. Nada kemenangan adalah nada dimana kita mengucap syukur dan memuji di tengah-tengah pencobaan. Hati kita seharusnya menyerah kepada Tuhan. Kita seharusnya menerima dengan sukacita apapun yang Dia berikan kepada kita, dan kita seharusnya beristirahat di dalam kehendak-Nya. Tidaklah memadai bagi kita untuk hanya sekadar menanggung pencobaan. Jenis daya tahan yang dijabarkan di dalam Alkitab bukanlah daya tahan yang pasif. Kolose 1:11 mengatakan bahwa kita dikuatkan untuk menanggung segala sesuatu dengan sukacita. Jenis daya tahan yang ditopang melalui kertak gigi tidak banyak gunanya bagi siapapun juga. Daya tahan yang menang adalah daya tahan yang menanggung dengan sukacita, dan hanya mereka yang sepenuhnya menerima kehendak Allah bisa menanggung dan menderita dengan gembira.
UCAPAN SYUKUR DAN PUJIAN ADALAH
JALAN MENUJU KEMENANGAN
Ucapan syukur dan pujian adalah nada kemenangan. Mereka juga adalah jalan menuju kemenangan. Dua Tawarikh 20:21-22 menceritakan mengenai bangsa
Peperangan kemenangan semacam itu mengalahkan musuh melalui ucapan syukur dan pujian. Begitu kita mengucap syukur dan memuji, musuh lari tunggang-langgang. Ketika kita percaya dalam Firman Allah, kita bisa membualkan pujian. Mazmur 106:12 mengatakan bahwa setelah Allah menenggelamkan seluruh pasukan Firaun di Laur Merah, bani
No comments:
Post a Comment