Monday, August 15, 2011

Watchman Nee, Vol 41-26


BAB DUA PULUH EMPAT

ROH KUDUS DAN HUKUM TAURAT

Tanggal: 20 Nopember 1935, pagi hari

Tempat: Chuenchow

Sebagai orang-orang beriman, kita hidup oleh Roh Kudus, bukan oleh hukum Taurat. Banyak orang tidak mengenal apa hukum Taurat itu. Akibatnya, mereka juga tidak mengenal Roh Kudus. Mereka tidak tahu apa artinya hidup oleh hukum Taurat dan apa artinya hidup oleh Roh. Kegagalan di dalam pekerjaan kita adalah dikarenakan fakta bahwa kita bekerja berdasarkan hukum Taurat dan bukan berdasarkan Roh. Jika kita bersandar pada hukum Taurat, kita tidak akan memiliki kekuatan atau buah karena hukum Taurat adalah sesuatu yang telah dihakimi oleh Tuhan.

APAKAH HUKUM?

Hukum itu bukan hanya Sepuluh Perintah atau beberapa ratus ketentuan milik Perjanjian Lama. Itu adalah hukum-hukum Perjanjian Lama, tapi ada juga hukum-hukum Perjanjian Baru. Bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama memiliki hukum mereka, dan gereja di dalam Perjanjian Baru juga memiliki hukumnya. Apakah prinsip hukum? Ketika Allah memiliki suatu kehendak, dan kehendak ini ditulis pada loh batu atau pada kertas, termasuk segala sesuatu dari sebutir sampai ribuan butir ketentuannya, kita memiliki hukum. Melalui berjalan menurut ratusan dan ribuan butir dari hukum tersebut, manusia menjadi jelas mengenai apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang jahat. Dia juga menjadi jelas mengenai jalan yang harus dia tempuh. Itulah hukum. Ini adalah tanpa hayat. Begitu seseorang berjalan menurut hukum yang mati ini, dia bisa mengenyampingkan Allah dan mengabaikan-Nya. Ini adalah seperti seorang pelajar bisa mengabaikan kepala sekolah dari sekolahannya selama dia mengikuti aturan-aturan sekolah. Inilah hukum. Baik dan jahat, benar dan salah, dikenali menurut tulisan. Jalan yang harus ditempuh seseorang muncul sepenuhnya dari pengetahuannya dan bukan dari pimpinan batini dari Allah.

Banyak orang bisa mengenal perbedaan antara benar dan salah, baik dan jahat, tanpa pernah bersekutu dengan Allah. Akan tetapi, pengetahuan ini tidak ada gunanya. Mereka yang hidup seperti ini masih hidup di bawah hukum. Jika Anda mengukur segala sesuatu menurut autran ini, Anda akan menemukan bahwa banyak hal masih berada di bawah hukum. Manusia secara alamiah lebih condong kepada hukum sebab dia bisa dengan mudah mengenal apa itu baik dan apa itu salah dari hukum. Kebanyakan orang takut untuk hidup menurut Roh. Lebih lebih suka hidup menurut aturan-aturan yang tertulis. Memelihara hukum adalah resmi dan mati, tapi juga adalah sesuatu yang nyaman. Dia bisa mengenal berapa banyak hukum yang telah dia pelihara dan berapa banyak hukum yang masih belum. Hukum memalingkan manusia dari Allah. Dengan hukum, manusia tidak perlu mengontaki Allah; dia bisa mengenyampingkan-Nya. Setelah Anda melewati pintu gerbang kemenangan, Anda seharusnya tidak lagi hidup di bawah hukum, melainkan hidup menurut Roh (Rm. 7:6).

HIDUP DI BAWAH HUKUM

Mari kita melihat arti dari berjalan menurut hukum. Saya tidak tahu apa artinya hidup menurut hukum sampai beberapa tahun yang lalu, yaitu, sampai tahun 1928. saya sudah menjadi pengkotbah selama bertahun-tahun, namun saya tidak tahu apa artinya memelihara hukum. Memang benar bahwa saya bisa menjelaskan hukum kepada orang lain berdasarkan pengetahuan teologi saya. Akan tetapi dalam pengalaman praktisnya, saya tidak pernah memahami perkara ini. Ada saat dimana saya sakit parah. Tuhan menyembuhkan saya. Setelah saya sembuh, saya beristirahat dan memulihkan diri di daerah pesisir. Di sana saya berjumpa dengan Saudara Simon Meek dan tinggal bersamanya selama beberapa saat. Kesehatannya juga tidak terlalu baik, dan dia ingin supaya saya memberi dia beberapa nasihat. Saya bertanya, “Apakah yang bisa saya bantu?” Dia menjawab, “Mohon beri tahu saya apakah memohon penyembuhan itu alkitabiah.” Saya mengatakan, “Allah memang menyembuhkan orang-orang. Tapi Timotius harus minum sedikit anggur, dan Epafroditus tidak disembuhkan. Mata Paulus tidak terlalu baik dan tidak bisa membaca huruf-huruf yang kecil.” Saya melanjutkan untuk memberi tahu dia pengalaman dari banyak orang yang sudah disembuhkan. Saudara Simon Meek berkata, “Jawaban Anda sama sekali bukan jawaban.” Pada saat itu, saya menyadari apa hukum itu. Jika Alkitab memberi tahu kita apa yang harus dilakukan setahap demi setahap, yang perlu kita lakukan hanyalah melaksanakannya. Ini adalah memelihara hukum. Akan tetapi, Allah menginginkan persekutuan yang langsung dengan kita. Dia ingin supaya kita menerima wahyu-Nya dan kemudian bertindak menurut wahyu-Nya tersebut. Jika kita tidak bersekutu dengan Dia, Roh tidak akan memiliki saluran untuk pekerjaan-Nya.

Manusia senang memiliki instruksi yang jelas dari Alkitab mengenai segala sesuatu yang dia kerjakan. Misalnya, di dalam perkara kesembuhan ilahi, dia menginginkan jawaban “ya atau tidak” yang jelas dari Alkitab. Akan tetapi Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa beberapa penyakit disembuhkan dan beberapa penyakit tidak disembuhkan. Alkitab tidak memiliki ketentuan apa pun mengenai perkara ini. Allah tidak menghendaki gereja berpegang pada huruf-huruf yang mati dan meninggalkan Dia. Dia ingin melihat manusia mencari, berdoa, dan menanti dengan tenang pada-Nya. Dia tidak menginginkan kita untuk bersandar pada sesuatu yang bukan Dia.

Hukum berbicara mengenai kehendak Allah di masa lalu; itu bukan kehendak Allah hari ini. Akan tetapi, manusia selalu ingin mengetahui kehendak Allah hari ini berdasarkan kehendak masa lalu-Nya. Allah menginginkan manusia untuk bersekutu dengan-Nya dan memahami kedambaan-Nya hari ini melalui Roh Kudus. Dia tidak menginginkan kita untuk hanya memelihara hukum. Itulah sebabnya mengapa kita perlu memiliki persekutuan yang segar dengan Allah setiap hari. Hanya dengan demikianlah kita bisa mengenal kehendak-Nya.

Aspek yang kedua dari hukum adalah bahwa hukum mengatur bagaimana kita seharusnya hidup. Allah tidak mau memutuskan bagaimana gereja seharusnya hidup hari demi hari. Dia menginginkan gereja untuk bersekutu dengan-Nya setiap saat sehingga gereja bisa mengenal kedambaan-Nya. Jika saya menuliskan segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang pegawai saya dan bagaimana dia seharusnya hidup, dia bisa mengikuti tulisan saya selama satu hari, satu minggu, atau bahkan satu bulan tanpa bersekutu dengan saya atau menanyakan sesuatu kepada saya. Ini adalah prinsip dari hukum. Hukum adalah melakukan kehendak Allah tanpa berkomunikasi dengan-Nya.

Ketika saya berada di Shanghai, saya memiliki seorang pembantu yang juga adalah seorang saudara. Pada suatu hari saya mempertimbangkan bagaimana Tuhan menginginkan kita untuk memakai roh kita dan tidak mengikuti hukum ketika bekerja bagi-Nya. Saya ingin melihat apakah bisa berhasil jika saya berhubungan dengan pembantu saya menurut Roh dan tidak menurut hukum. Sangat nyaman untuk membuat hukum di dalam kehidupan sehari-hari kita. Jika saya membuat beberapa hukum, akan mudah bagi pembantu saya untuk bekerja bagi saya. Tentu saja saya juga harus mematuhi hukum yang sama. Saya mulai berbicara dengan pembantu saya dan memberi tahu dia bahwa dia seharusnya bertanya kepada saya di dalam segala sesuatu dan jangan membuat usulannya sendiri. Saya juga sama sekali tidak memberi peraturan tertulis kepadanya. Ketika saya sedang berbicara dengan seorang teman, pembantu itu datang beberapa kali dan setiap kali bertanya, “Anda ingin makan apa? Anda ingin minum apa?” Saya mengatakan, “Tunggu sebentar.” Kemudian, pembantu itu mengakui bahwa lebih mudah untuk bekerja menurut hukum daripada meminta instruksi dalam segala sesuatu. Dari sini kita melihat bahwa memelihara hukum itu mudah, akan tetapi tidaklah mudah untuk bekerja menurut pimpinan Roh. Akan tetapi, mudah atau sulit, itu adalah kedambaan Allah, dan kita tidak bisa mengambil jalan yang mudah. Kita harus mengambil jalan yang ditetapkan Allah, yang tidak berada di bawah hukum melainkan di bawah Roh.

HIDUP DALAM ROH

Hidup yang berdasarkan Roh tidak mengikuti peraturan yang pasti. Semua peraturan yang mati sudah disisihkan, dan kita mencari kehendak Allah secara langsung. Setelah pembantu saya selesai membersihkan lantai, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Ketika pukul dua belas tiba, dia tidak tahu apakah saya ingin makan. Inilah cara seseorang hidup ketika dia berada di dalam Roh. Dia bergerak ketika dia memiliki wahyu dari Roh dan menantikan Tuhan kalau tidak memiliki wahyu. Bagaimana kita bisa tahu apakah seseorang sudah beroleh selamat dan siap untuk dibaptis? Kita bisa menanyai dia tentang kebenaran mengenai keselamatan dan baptisan, dan dia mungkin menjawab semuanya dengan benar. Jika karena itu kita mengatakan bahwa dia sudah bersyarat untuk dibaptis, kita sedang bertindak menurut hukum. Misalnya ada seorang wanita tua dari desa yang tidak bisa membaca atau mengatakan istilah-istilah Alkitab. Dia tidak bisa menjawab semua pertanyaan mengenai keselamatan, pertobatan, atau pengampunan. Namun dia memiliki damai sejahtera di dalam hatinya. Apakah kita boleh membaptisnya? Masalahnya bukan pada perkara apakah orang-orang yang akan dibaptis itu lulus dari ujian kita dan bisa menjawab pertanyaan kita atau tidak. Masalahnya adalah apakah dia sudah dilahirkan kembali atau belum. Banyak orang-orang desa yang tidak tahu apa-apa mengenai istilah-istilah, namun mereka memiliki damai sejahtera dan sukacita secara batini. Orang-orang seperti itu mungkin tidak memahami apa pun di dalam pikiran mereka, tapi mereka benar-benar sudah diselamatkan.

Pada sidang meja Tuhan kami di Shanghai, kami sering kedatangan tamu yang tidak diundang. Berapa lama seharusnya kita meminta mereka untuk menunggu sebelum kita mengundang mereka untuk memecah roti bersama kita? Haruskah mereka menunggu seminggu atau sebulan? Sebenarnya, jika kita tahu bahwa orang itu sudah beroleh selamat, kita bisa langsung mengundang dia untuk memecah roti bersama kita. Tidak perlu menunggu.

Para sekerja tidak pernah boleh membuat hukum apa pun. Kita harus mengizinkan Roh Kudus untuk beroperasi dan bekerja di dalam masing-masing orang secara terpisah. Segala sesuatu di dalam Alkitab adalah hidup, tapi dia hidup hanya ketika berada di dalam Roh. Jika kita membuat sesuatu menjadi sebuah ketetapan, dengan segera itu menjadi mati. Kebenaran dari Alkitab harus direalisasikan di dalam Roh; hanya dengan demikian kebenaran itu akan menjadi hidup. Di dalam mengadakan konperensi-konperensi, kita kadang-kadang menerima berita dari Tuhan dan mengutarakannya. Ini mungkin menghasilkan keselamatan bagi banyak orang. Akan tetapi, kali selanjutnya kita mengadakan konperensi lagi, kita mungkin mengira bahwa kita seharusnya melakukan hal yang sama karena ada banyak orang yang diselamatkan pada konperensi yang lalu. Kita mungkin kemudian memberikan berita yang sama, dan ternyata tidak ada yang beroleh selamat. Kita mungkin mengira bahwa jika suatu berita menyelamatkan orang-orang pada satu kali, berita tersebut akan menyelamatkan orang-orang setiap kali. Tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. Suatu berita menyelamatkan orang-orang ketika diberikan dalam Roh. Berita yang sama yang diulangi menurut hukum tidak akan menyelamatkan siapapun juga. Di sinilah terletak perbedaan antara berjalan menurut Roh dan berjalan menurut hukum.

Segala sesuatu yang tidak dilakukan menurut pimpinan yang hidup dari Roh adalah semacam hukum. Kita seringkali mengambil pimpinan kemarin sebagai bimbingan hari ini. Akan tetapi, menerapkan bimbingan kemarin pada hari ini adalah berjalan menurut hukum. Kita tidak seharusnya berpikir bahwa karena Roh memimpin kita dalam satu cara di masa lalu, maka Dia akan memimpin kita dalam cara yang sama hari ini. Meniru pimpinan kemarin adalah berada di dalam hukum. Bahkan memungkinkan untuk berjalan menurut hukum dalam mentaati kebenaran alkitabiah. Jika kita ingin dibaptis hanya karena Alkitab mengatakan demikian, bukan karena hasil dari pimpinan Roh di batin, kita sedang mengikuti hukum. Kita harus berjalan menurut Kitab Suci, tapi pimpinan kita barulah benar ketika perjalanan kita ini dikonfirmasi oleh bimbingan batini. Jika seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu benar karena Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa itu adalah salah, dia sepenuhnya berada di dalam alam hukum. Banyak orang menulis kepada saya untuk bertanya apakah ini atau itu adalah benar atau salah. Saya menulis balik dan bertanya apakah mereka memiliki Roh Kudus di batin atau tidak. Jika mereka memilikinya, mereka seharusnya belajar untuk mengikuti bimbingan batini dari Roh Kudus. Saya bukan peramal atau dukun; saya tidak bisa mengetahui kehendak Allah bagi Anda. Andalah sendiri yang harus belajar untuk mengenal pimpinan batini dari Roh.

Dalam belajar untuk mengikuti bimbingan Roh, kita harus bertanya apa yang dikatakan Roh sebelum kita bertanya apa yang dikatakan Alkitab. Hal pertama yang seharusnya kita tanyakan adalah apa yang sedang dikatakan perasaan batini kepada kita. Akan tetapi, kebanyakan orang hari ini bertanya terlebih dahulu apa yang dikatakan Alkitab dan tidak menanyakan apa yang dikatakan Roh di batin. Ini tidak normal. Seorang beriman Perjanjian Baru memiliki Roh Kudus tinggal di batinnya. Ini adalah hal yang mustika. Kita harus belajar untuk mengenal pimpinan batini Roh Kudus di dalam kita. Ada perbedaan antara prinsip dan perintah di dalam Alkitab. Seorang beriman tidak boleh hanya mentaati perintah-perintah di dalam Alkitab saja, melainkan juga berjalan menurut prinsip-prinsip yang ada di balik semua perintah tersebut. Pertimbangkanlah perkara penudungan kepala. Jika Anda menudungi kepala hanya karena 1 Korintus 11 berkata demikian, di dalam realitasnya Anda belum menudungi kepala Anda. Kecuali seseorang mentaati Alkitab menurut pimpinan Roh, ketaatannya adalah sama dengan ketidak-taatannya. Hal yang utama adalah apa yang dikatakan Tuhan di dalam seseorang. Jika Tuhan memimpin Anda untuk mentaati kebenaran tertentu di dalam Alkitab, dan Anda bertindak sesuati dengannya, ini adalah ketaatan yang sejati kepada Allah.

Di dalam Perjanjian Lama ada dispensasi hukum, tapi hari ini kita berada di dalam dispensasi Perjanjian Baru. Namun masih ada terlalu banyak “orang Yahudi” di dalam gereja hari ini. Mereka memelihara hukum dan membuat Alkitab menjadi kitab hukum. Banyak orang saling bertanya apa pendapat mereka tentang ini dan itu. Ini berarti mereka tidak tahu cara bertanya kepada Roh di batin mereka. Ini tidaklah normal.

PIMPINAN ROH DIKONFIRMASI OLEH ALKITAB

Setiap domba mengenal suara gembalanya. Banyak orang mengira bahwa jika mereka tidak mengenal tulisan Alkitab, mereka tidak akan mengenal bagaimana cara untuk hidup. Apakah ini berarti mereka akan berdosa setiap hari? Sebenarnya, jika kita mengikuti pimpinan Roh, kita malah akan mengalami hal yang sebaliknya. Jauh lebih baik untuk mengikuti pimpinan Roh daripada sekadar mengikuti Alkitab saja. Kita bisa lupa, tapi Roh Kudus tidak akan pernah lupa. Kita mungkin bertanya, “Jika pekerjaan Roh Kudus demikian pentingnya, apakah itu berarti kita tidak memerlukan Alkitab lagi?” Secara teori, pimpinan Roh Kudus di batin sudah cukup, namun dalam mengikuti pimpinan batini ini, adalah mungkin bagi kita untuk melakukan kesalahan. Oleh karena itu, kita masih memerlukan Alkitab. Dengan kata lain, kita bukan mengikuti pimpinan Alkitab; kita mengikuti pimpinan Roh di batin. Akan tetapi, kita memeriksa pimpinan batini sehari-hari ini dengan Alkitab. Hanya ketika kita mentaati keduanya, pimpinan rohani dan pimpinan di luar, baru kita benar-benar mentaati Allah. Kita tidak bisa hanya mentaati pimpinan Alkitab saja. Kita harus mengikuti pimpinan Roh di batin dan kemudian membandingkannya dengan Alkitab. Jika pimpinan tersebut tidak bisa dikonfirmasi oleh Alkitab, itu bukan pimpinan dari Roh melainkan sebuah pekerjaan yang berasal dari emosi. Masalah yang sesungguhnya adalah penyetelan batini.

Di Chefoo, dua orang bertanya kepada saya apakah mereka seharusnya meninggalkan denominasi atau tidak. Saja menjawab, “Saya tidak tahu.” Mereka berkata, “Apakah ini berarti Anda melarang kami untuk meninggalkan denominasi?” Kemudian saya bertanya kepada mereka, “Bagaimanakah perasaan hayat di dalam Anda ketika Anda berada di dalam denominasi? Apakah Anda merasa bahwa hayat di batin Anda mekar ketika Anda tinggal di denominasi? Jika Anda merasa demikian, Anda seharusnya tinggal di denominasi. Kalau tidak, Anda seharusnya pergi.” Itu sepenuhnya bukan perkara benar atau salah melainkan perkara hayat.

Pernah ada seorang misionaris Barat di Chefoo yang tiga kali datang untuk mendiskusikan perkara sekte dengan saya. Pada dua kali kedatangan yang pertama, saya menghindari dia dan tidak berbicara mengenai subyek tersebut dengannya. Kali terakhir dia datang, dia memaksa untuk membicarakan hal tersebut. Saya merasa bahwa ada pimpinan Roh, dan saya berbicara dengannya selama lima menit. Setelah pembicaraan tersebut, kami duduk untuk minum teh. Saya memberi tahu dia bahwa saya berada di dalam suatu lingkaran yang besar, namun dia berada di dalam sebuah lingkaran yang kecil di dalam lingkaran yang besar. Setelah pembicaraan tersebut, saya mengantar dia pergi. Dua hari kemudian, dia datang kepada saya di pagi hari dan berkata, “Tadi malam saya mengirim tiga surat pengunduran diri.” Saya memberi tahu dia, “Anda tidak seharusnya terpengaruh oleh saya. Perkara semacam itu hanya bisa diputuskan oleh Allah sendiri. Hanya Allah yang bisa memanggil Anda keluar dari denominasi.” Dia berkata, “Saya bertanya kepada Allah tadi malam dan melihat bahwa lingkaran kecil di dalam lingkaran besar adalah pilihan manusia dan bahwa pilihan manusia adalah sebuah dosa.” Saya merasa bahwa merupakan kehendak Allah bahwa saya seharusnya meninggalkan denominasi saya. Itulah sebabnya saya bangun tadi malam dan menulis surat pengunduran diri.” Saya menjabat tangannya. Mulai saat itu, dia mulai maju secara positif di dalam jalan Tuhan dan tidak terganggu oleh elemen-elemen negatif manapun.

Sebagai pekerja-pekerja Tuhan, kita seharusnya berhati-hati untuk tidak memimpin orang-orang menurut Alkitab saja. Kita seharusnya membiarkan Roh Kudus untuk membimbing mereka secara pribadi dari batin mereka. Kita tidak perlu membuat semua orang beriman untuk menjadi sama persis menurut standar-standar luaran atau menjaga tatanan yang luaran. Jika kita melakukan hal ini, Roh Kudus tidak akan memiliki dasar atau kebebasan untuk bekerja. Kita tidak boleh menjadi Musa, menyalurkan huruf-huruf dan hukum kepada orang lain. Hukum kita hanyalah Roh Kudus. Dia adalah pembimbing kita yang absolut. Kita harus belajar untuk mengikuti bimbingan Roh di batin. Jika seseorang memelihara hukum, dia bisa maju tanpa Allah. Tapi jika seseorang hidup oleh Roh, dia tidak akan mampu untuk meninggalkan Allah walaupun untuk sejenak. Bagitu dia meninggalkan Allah, dia akan mati.

No comments:

Post a Comment