Monday, August 15, 2011

Watchman Nee, Vol 41-31


BAB DUA PULUH SEMBILAN

PEMBICARAAN

(2)

Tanggal: 21 Nopember 1935, sore

Tempat: Chuenchow

KARUNIA DAN MINISTRI

Ministri-ministri bagi Ministri-ministri

Efesus 4:11-12 membicarakan empat atau lima macam karunia. Mereka adalah para rasul, nabi, penginjil, gembala ,dan pengajar. Sasaran dari karunia-karunia ini adalah “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan.” Kelima karunia ini adalah bertujuan untuk menyempurnakan orang-orang kudus untuk berpartisipasi di dalam ministri-ministri mereka. Ministri-ministri kaum beriman itu bermacam-macam sifatnya, sedangkan kelima karunia ini spesifik—mereka bertujuan untuk membantu kaum beriman menunaikan ministri-ministri mereka. Karunia-karunia ini adalah ministri-ministri bagi ministri-ministri kaum beriman. Mereka itu seperti bank dari bank-bank, atau bank pusat. Setiap bank menjalankan bisnisnya masing-masing. Sebagai tambahan, bank pusat membantu untuk menjembatani transaksi-transaksi yang terjadi di antara berbagai bank tersebut. Kelima ministri ini juga adalah seperti guru dari guru-guru perguruan tinggi. Sasaran mereka adalah untuk menghasilkan guru-guru. Jadi, mereka bisa disebut guru-guru dari guru-guru.

Tugas dari berbagai macam ministri adalah untuk menyempurnakan orang-orang kudus kepada pekerjaan ministri. Jadi, mereka adalah ministri-ministri dari ministri-ministri. Mereka yang membantu orang lain dalam cara ini seharusnya memiliki sedikitnya salah satu dari kelima karunia tersebut, atau mereka bisa memiliki kelima karunia tersebut. Jika seseorang tidak memiliki apa pun dari kelima karunia tersebut, dia tidak bisa berbagian dalam ministri-ministri dari ministri-ministri sebab dia tidak bisa menyempurnakan orang lain ke dalam ministri-ministri mereka. Tentu saja, seorang beriman yang biasa-biasa bisa melakukan pekerjaan dari kelima karunia itu bahkan ketika dia tidak memiliki panggilan Allah. Hasil dari pekerjaannya sama dengan pekerjaan dari mereka yang memiliki panggilan bagi ministri-ministri tersebut.

Matius 25 memberi tahu kita bahwa Tuhan mendistribusikan talenta-talenta kepada hamba-hamba. Ada yang mendapatkan lima talenta, ada yang mendapatkan dua talenta, dan ada yang mendapatkan satu talenta. Setiap hamba memiliki sedikitnya satu talenta. Menurut pendistribusian talenta itu, kita bisa menyimpulkan bahwa sebagian hamba menandakan mereka yang memiliki karunia-karunia yang biasa-biasa, sedangkan hamba-hamba lainnya menandakan mereka yang memiliki karunia-karunia yang khusus. Mereka yang menerima satu talenta menerima karunia yang biasa, sedangkan mereka yang menerima dua atau lima talenta menerima karunia yang spesial. “Bernubuat” dan “mengajar” di dalam Roma 12:6 dan 7 mengacu kepada karunia-karunia para nabi dan pengajar di dalam Efesus 4:11. Karunia kerasulan di dalam Efesus 4 tidak hanya mengacu pada mereka yang sudah bertatap muka dengan Tuhan secara jasmani.

Sendi-sendi Penyuplai

Semua karunia di dalam gereja yang tidak termasuk ke dalam kelima macam karunia yang dibicarakan di dalam Efesus 4 seharusnya menundukkan diri kepada karunia-karunia tersebut. Dengan demikian, tidak ada yang akan menyombongkan diri atau menjadi bangga melalui karunianya. Efesus 4:13 mengatakan, “Sampai kita semua telah mencapai.” Ini membuktikan bahwa pekerjaan dari kelima ministri tadi telah berjalan secara berkesinambungan. Pekerjaan ini akan terus berjalan sampai kita semua mencapai kesatuan iman, pengetahuan yang penuh tentang Putra Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Itu akan terus berlangsung sampai kita semua diikatkan kepada Kepala, Kristus. Ini berarti hari ini kita masih memiliki rasul-rasul. Kondisi di Efesus 4:13-15 membuktikan bahwa kelima karunia itu masih tersedia dan masih eksis. Ayat 16 bebicara mengenai “setiap sendi suplai yang kaya.” Organ-organ fisiologis manusia bisa dibagi menjadi dua kategori. Kategori yang pertama adalah organ-organ pemakan yang memakan energi, seperti tangan dan kaki. Kategori yang kedua adalah organ-organ penyuplai, seperti mulut, telinga, dan mata; mereka menerima benda-benda dari luar tubuh. Kelima karunia yang disebutkan di atas adalah sendi-sendi penyuplai. Di hadapan Allah, kita harus berusaha untuk menyuplai anggota-anggota lain. Ketika orang lain tersuplai, kita juga menerima manfaatnya. Akan tetapi jika kita bukan salah satu dari karunia-karunia itu, kita tidak ada memiliki apa-apa untuk disuplaikan kepada orang lain. Jika demikian keadaannya, lebih baik kita menerima suplaian dari orang-orang yang berkarunia.

Jelas mengenai Ministri Masing-masing

Satu Korintus 12:28-30 berbicara mengenai sembilan macam karunia. Tiga karunia yang pertama adalah para rasul, nabi, dan pengajar. Ketiga karunia ini adalah karunia-karunia yang primer (utama). Setelah itu tercatat enam karunia sekunder. Ketiga karunia yang pertama termasuk di dalam Efesus 4; mereka adalah karunia-karunia yang khusus. Enam karunia lainnya adalah karunia-karunia yang bersifat mujizat. Di sepanjang sejarah gereja, banyak karunia-karunia mujizat kadang-kadang berhenti di dalam operasi mereka. Akan tetapi, kelima karunia di dalam Efesus 4 belum pernah berhenti di dalam operasi mereka. Melalui kelima karunia ini, gereja telah dibangunkan. Lima karunia ini adalah karunia-karunia yang khusus, sedangkan yang lainnya adalah karunia-karunia yang biasa-biasa.

Sekarang kita harus bertanya: Siapakah yang memiliki kelima karunia ini? Kita semua harus membereskan pertanyaan ini di hadapan Tuhan. Jika kita adalah salah satu dari kelima karunia tersebut, kita harus bertanya: Apakah ministri pribadi saya? Kita harus bertanya sebab ministri kita secara intim berhubungan dengan orang-orang lain. Jika kita tidak jelas mengenai ministri kita, kita akan menendang kaki orang lain ketika kita bergerak ke depan, dan kita akan menginjak jari orang lain ketika kita membalikkan badan. Ministri yang telah Allah tugaskan kepada setiap orang dari pekerja-pekerja-Nya memiliki ruang lingkupnya masing-masing. Kita hanya bisa bekerja di dalam ruang lingkup yang telah Tuhan tugaskan untuk pekerjaan kita. Apapun ruang lingkup dari ministri kita, kita harus bekerja di dalam ruang lingkup tersebut. Tentu saja, kadang-kadang ada pengecualian, dimana kita bisa bekerja di luar ruang lingkup kita.

Ministri masing-masing orang berhubungan dengan ministri-ministri orang lain. Untuk hubungan tertentu kita perlu memimpin, sedangkan untuk hubungan lainnya kita perlu tunduk. Begitu kita jelas mengenai ruang lingkup kita, kita seharusnya bekerja di dalam ruang lingkup kita sendiri. Kalau tidak, kita akan beradu dengan orang lain. Mereka yang tidak memiliki ministri seharusnya berhati-hati dan bersabar. Mereka seharusnya menunggu Allah dan tidak bertindak sembarangan. Perselisihan di antara para sekerja biasanya adalah perselisihan mengenai ministri-ministri, bukan perselisihan mengenai karunia-karunia. Misalnya seseorang adalah pekerja beton, namun dia memaksa untuk melakukan pekerjaan tukang kayu. Dia mungkin menginginkan bagian orang lain, namun dia tetap tidak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan orang lain. Semua ministri ditetapkan oleh Tuhan, dan semua karunia didistribusikan oleh Roh. Seharusnya terdapat suatu koordinasi yang harmonis di antara para pekerja dan gereja-gereja. Di satu pihak, para pekerja tidak seharusnya mempersulit gereja-gereja. Di lain pihak, gereja-gereja tidak seharusnya menghambat pekerjaan para pekerja. Sasaran dari gereja-gereja seharusnya adalah pertambahan dari pekerjaan. Jadi, saudara-saudara pewajib di dalam gereja-gereja lokal tidak seharusnya menghalang-halangi pekerjaan dari ministri atau pekerjaan dari para pekerja.

Mengarahkan Ministri-ministri

Alkitab memisahkan para pekerja dari gereja-gereja. Pekerja para pekerja berada di pundak para rasul, sedangkan tanggung jawab dari gereja-gereja berada di pundak para penatua. Para rasul adalah bagi semua gereja, sedangkan para penatua adalah untuk satu gereja. Petrus adalah seorang rasul dan juga adalah seorang penatua. Dia adalah seorang rasul bagi semua gereja, tapi pada saat yang sama, dia adalah seorang penatua di Yerusalem. Di satu pihak, dia melayani di dalam gereja lokal sebagai seorang penatua. Di lain pihak, dia bekerja di antara gereja-gereja sebagai seorang rasul. Baik ministri-ministri lokal maupun ministri-ministri para pekerja, keduanya adalah ministri-ministri, yang di dalam bahasa aslinya adalah diaconia, yang juga diterjemahkan sebagai diaken. Ketika sebuah sidang dimulai untuk pertama kalinya, mungkin belum ada saudara-saudara yang pantas untuk bertindak sebagai para pewajib. Beberapa di antara mereka mungkin untuk sementara waktu harus mengambil beberapa tanggung jawab. Pada suatu titik, ketika jumlahnya semakin besar, orang-orang yang lebih layak dibandingkan mereka yang sementara tadi mungkin sudah ternyatakan. Orang-orang yang sementara tadi seharusnya mengalah dan menyerahkan pekerjaan mereka kepada saudara-saudara yang memiliki lebih banyak karunia yang termanifestasi. Seorang saudara pewajib dari suatu gereja seharusnya bukan hanya berkarunia, melainkan seharusnya juga memiliki nama yang baik, dipenuhi Roh, dan penuh dengan hikmat.

Perjanjian Baru memperlihatkan kepada kita bahwa orang-orang yang berlainan memiliki ministri-ministri yang berlainan. Apolos memiliki ministri, dan Silas memiliki ministri. Apolos, Silas, Timotius, Efaproditus, Titus, Markus, dan Lukas, semuanya memiliki ministri mereka masing-masing. Paulus bisa mengarahkan sebagian dari mereka, namun dia tidak bisa mengarahkan semuanya. Dalam perkara mengarahkan orang lain, yang mengarahkan dan yang diarahkan harus sama-sama menyetujui hubungan tersebut. Kita tidak bisa bertindak sebagai denominasi, dimana kekuasaan organisasi melebihi para minister. Apapun yang diarahkan organisasi kepada para minister, mereka harus mematuhinya. Akan tetapi, ini bukan cara Allah. Allah ingin melihat saling tunduk di antara orang-orang yang berkarunia. Otoritas yang sejati muncul dari pekerjaan salib yang dalam. Mereka yang mengarahkan orang lain harus juga merupakan seseorang yang bisa diarahkan oleh orang lain. Paulus juga tidak terkecuali. Dia mengutus Timotius dan Titus, namun dia juga tunduk kepada pengutusan para saudara. Jika seorang beriman memiliki masalah dalam tunduk kepada orang lain, kita harus pertama-tama bertanya apakah persekutuannya dengan Allah telah terputus. Tidak ada maknanya jika kita setuju akan cara-cara tertentu. Jika kita tunduk, kita harus tunduk dari hati kita. Allah damba untuk melihat kita saling menundukkan diri.

Tunduk kepada Otoritas

Ada yang mengira bahwa lepas dari denominasi adalah sama dengan bebas dari otoritas. Sebenarnya, merdeka dari denominasi hanya membebaskan kita dari otoritas manusia. Kita masih berada di bawah otoritas Tuhan. Di dalam kehidupan dan pekerjaan kita sehari-hari, Allah telah menunjuk banyak wakil otoritas supaya kita belajar tunduk. Jika seseorang mengatakan bahwa dia tidak bisa menemukan otoritas yang kepadanya dia bisa tunduk, pasti ada sesuatu yang salah dengan orang itu. Ketika sebuah keluarga berkumpul, kita pasti menemukan segala macam otoritas. Orang tua adalah otoritas bagi anak-anak, kakek-nenek adalah otoritas bagi orang tua, dan kakak adalah otoritas bagi adik. Ketika kita berada di rumah, kita harus tunduk kepada otoritas. Ketika kita berada di luar rumah, polisi di jalanan adalah otoritas kita, dan kita harus tunduk kepada mereka. Kita tidak bisa menggulingkan otoritas mereka hanya karena kita tidak mau tunduk kepada mereka.

Jika seorang saudara pewajib dari sebuah jemaat ingin mengetahui apakah dia seharusnya menjadi seorang pewajib, cara yang paling baik adalah dengan bertanya kepada orang-orang lain apakah mereka merasa bahwa dia seharusnya menjadi seorang pewajib. Saudara-saudara lain tidak perlu bersikap politis. Jika seorang saudara pewajib melakukan pekerjaan yang baik, dia bisa melanjutkannya. Kalau tidak, dia seharusnya mundur.

Doa Otoritas

Ketika terjadi sesuatu di dalam jemaat yang di luar kendali manusia, gereja seharusnya menggunakan otoritasnya untuk berdoa dan meminta Tuhan untuk campur tangan. Jika suatu pekerjaan di dalam sebuah lokalitas dilaksanakan sesuai kehendak Tuhan, takhta-Nya akan mendukung dan berada di belakang pekerjaan tersebut. Ini adalah seperti Kedutaan Besar Inggris di Cina. Kedutaan Besar ada di sini untuk mewakili Inggris, dan duta besar menjalankan pergerakan dari takhta Inggris. Jika seseorang membunuh duta besar, itu adalah penghinaan kepada seluruh Inggris. Demikian juga, jika suatu jemaat di dalam sebuah lokalitas adalah suatu perwakilan dan kesaksian dari Tuhan, otoritas-Nya akan berada di belakang jemaat tersebut. Jika diperlukan, para pewajib seharusnya menggunakan otoritas Tuhan untuk menghentikan semua elemen yang mengganggu.

Kita harus membantu orang-orang untuk mengenal bahwa gereja tempat adalah di mana otoritas Allah berada hari ini. Gereja adalah tempat di mana takhta Allah didirikan. Setiap orang yang datang kepada gereja seharusnya mengenal otoritas gereja. Para pekerja adalah perwakilan Tuhan, dan mereka memiliki otoritas Tuhan di dalam diri mereka. Satu Tesalonika 5:12 dan Ibrani 13:7 dan 17 mengindikasikan bahwa para pekerja seharusnya menerima upah ganda dan bahwa orang lain seharusnya tunduk kepada mereka. Kita harus membacakan ayat ini terus menerus kepada saudara-saudara. Kita seharusnya membuat mereka tahu bahwa terdapat otoritas di dalam gereja, dan bahwa kita seharusnya taat dan menghormati otoritas tersebut.

Poin-poin Lainnya

Seorang saudara, yang adalah seorang tukang batu, pada suatu kali di dalam sebuah sidang, berdiri dan meminta semua orang untuk membaca Yohanes 17. Dia melakukannya sebab dia menyukai Yohanes 17. Begitu dia berbicara, George Muller berdiri dan berkata, “Saya bisa membacakan ayat ini untuk semua orang.” Ketika dia mengatakan hal tersebut, semua orang berhenti. Walaupun semua orang bisa berbicara di dalam suatu sidang, tidak semua orang yang berbicara bisa merawat orang lain.

Prinsip bernubuat adalah mengutarakan apa yang menjamah batin seseorang. Terlebih lagi, kata-kata yang diucapkan haruslah untuk membangun orang lain. Prinsip berbahasa lidah adalah berbicara ketika seseorang terjamah, namun tidak merawat orang lain. Jika seseorang terjamah di dalam hatinya, dia bertindak di dalam prinsip berbahasa lidah jika perkataannya tidak menjamah orang lain. Firman di dalam 1 Korintus 14:2-9 sangat penting. Dia mengatakan bahwa jika seseorang terjamah oleh sesuatu, apa yang menjamahnya itu haruslah juga menjamah orang lain. Hanya dengan demikian barulah dia bisa berbicara di dalam sidang, sebab hanya dengan demikian barulah perkataannya membangun gereja. Jika sesuatu tidak membangun orang lain, kita tidak seharusnya berbicara. Ini adalah prinsip mendasar dari berbicara di dalam sidang-sidang.


No comments:

Post a Comment