Monday, August 15, 2011

Watchman Nee, Vol 41-28


BAB DUA PULUH ENAM

TIDAK MENGUASAI DIRI DEMI ALLAH

Tanggal: 20 Nopember 1935, malam

Tempat: Chuenchow

MENGUASAI DIRI DEMI MANUSIA DAN

TIDAK MENGUASAI DIRI DEMI ALLAH

(BEING SOBER-MINDED FOR MEN AND

BEING BESIDE OURSELVES TO GOD)

Tuhan kita dan juga Paulus dituduh sebagai orang gila ketika mereka berada di bumi (Mrk. 3:21; Kis. 26:24). Semua orang yang mengikuti Tuhan dengan setia kemungkinan akan menerima sebutan yang sama. Baiklah saya menanyakan satu pertanyaan: Walaupun Anda menguasai diri di hadapan manusia, apakah Anda tidak menguasai diri demi Allah? Jika Anda belum pernah tidak menguasai diri demi Allah, Anda baru setengah Kristen. Seorang Kristen seharusnya seperti Paulus, yang menguasai diri di hadapan manusia, tapi tidak menguasai diri demi Allah (2 Kor. 5:13).

Bagi seorang Kristen untuk tidak menguasai diri bukan berarti bahwa dia tidak menguasai diri dengan ketidak-warasan. Melainkan, dia tidak menguasai diri secara tepat. Tidak menguasai diri seperti ini tidak membuat seseorang bodoh dalam tindakan dan perkataan; ini adalah tidak menguasai diri demi Allah. Orang semacam ini sangat jelas dalam tindakan dan perkataannya. Dia menguasai diri di hadapan manusia, namun tidak menguasai diri demi Allah. Alkitab memberi tahu kita bahwa Tuhan dan juga kaum beriman dianggap gila oleh orang lain. Orang-orang mungkin merasa kasihan terhadap Paulus. Dia itu terpelajar, cakap, dan mampu untuk melakukan banyak hal. Namun dia memilih untuk mengikuti seseorang dari Nazaret yang seharusnya sudah mati, dan dia memberitakan bahwa Dia ini sudah bangkit dari kematian. Akan tetapi, Allah berkenan terhadap Paulus sebab Paulus adalah seseorang yang tidak menguasai diri demi Allah. Hanya orang-orang yang semacam itu yang bisa bekerja bagi Tuhan. Hari ini Tuhan sedang mencari sekelompok orang yang tidak menguasai diri bagi pekerjaan Allah. Jika tidak ada sekelompok orang yang sedemikian, pekerjaan Tuhan tidak akan menghasilkan apa-apa. Tuhan sedang mencari sekelompok orang yang menguasai diri di hadapan manusia tapi tidak menguasai diri demi Allah. Dia hanya bisa memakai orang-orang semacam itu, dan hanya orang-orang semacam itu yang bisa menggenapkan kehendak Allah dan memuliakan nama-Nya. Berapa banyak orang hari ini di dalam gereja yang tidak menguasai diri demi Allah? Semakin banyak orang-orang yang tidak menguasai diri di dalam gereja, akan semakin cemerlang masa depan gereja. Gereja benar-benar memerlukan sekelompok orang yang tidak menguasai diri.

TIDAK MENGUASAI DIRI DALAM MEMBERITAKAN INJIL

Orang macam apakah yang tidak menguasai diri demi Allah di dalam Alkitab? Seperti apakah mereka itu? Jenis orang yang tidak menguasai diri adalah mereka yang memberitakan kebangkitan Tuhan dari kematian. Mereka bertekad untuk mati jika diperlukan. Apapun keadaan yang mereka hadapi, apakah kematian, pemenjaraan, ataupun pemukulan, mereka bertekad untuk berbicara mengenai kebangkitan Yesus Kristus. Orang lain mungkin berpikir, “Jika orang lain tidak mau mendengarkan, mengapa kita harus repot-repot berbicara? Tidakkah kita seharusnya melakukan sesuatu yang lebih tepat dan biasa?” Pada saat itu, Kekaisaran Romawi adalah kekaisaran yang paling besar di bumi, dan di mana-mana dia menganiaya mereka yang disebut orang-orang Galilea. Akan tetapi, injil telah menyebar ke seluruh Yudea pada tahun 30 sampai 40 Masehi, dan menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi pada tahun 80 Masehi. Orang-orang Roma tidak bisa melakukan apa-apa terhadap sekelompok orang Galilea ini. Mereka tidak berhikmat. Mereka hanyalah orang-orang desa, namun injil menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi melalui orang-orang “bodoh” ini. Haleluya! Sekelompok orang “bodoh” ini, yang tidak menguasai diri, yang tidak mengasihi diri mereka sendiri, yang tidak mempedulikan diri mereka sendiri, dan yang tidak di dalam diri mereka sendiri, telah menghasilkan gereja. Tuhan sering memilih orang-orang yang gila di mata manusia. Namun Tuhan memakai mereka secara besar-besaran. Di mata manusia, semua hamba Tuhan yang besar adalah orang gila. Ketika Paulus dibawa ke hadapan para penguasa dan raja, dia tidak takut. Dia mulai berbicara kepada mereka. Dia sudah berbicara kepada orang-orang di luar. Sekarang dia berbicara kepada orang-orang di dalam. Syukur pada Tuhan. Melaui orang semacam itulah gereja dimulai, dan melalui merekalah gereja terus berlanjut sampai hari ini. Tapi, adakah orang semacam itu hari ini? Allah tidak menginginkan orang-orang yang takut akan banyak hal. Dia menginginkan orang-orang yang tidak menguasai diri demi Dia. Hari ini Allah sedang memanggil orang-orang yang akan tidak menguasai diri.

Pada suatu waktu pemerintahan Romawi melakukan segala upaya untuk menganiaya orang-orang Kristen. Akan tetapi, hasil dari penganiayaan ini adalah perkembang-biakan gereja. Yakobus dibunuh, tapi orang-orang Kristen terus berbicara. Gereja di Yerusalem dianiaya, dan murid-murid melarikan diri, akan tapi mereka memberitakan Tuhan Yesus ke mana saja mereka pergi (Kis. 8:1-4). Betapa berbedanya situasi hari ini dibandingkan hari-hari tersebut! Hari ini kita tidak mendapatkan penganiayan apa pun dari Kekaisaran Romawi, namun kita juga tidak memiliki orang-orang yang tidak menguasai diri bagi injil. Hari ini gereja memerlukan orang-orang yang tidak menguasai diri, seperti orang-orang di dalam kitab Kisah Para Rasul. Gereja memerlukan orang-orang yang tidak malu, yang tidak tahu malu, dan yang hanya tahu untuk mempertaruhkan nyawa mereka dan segala mereka untuk memberitakan Tuhan.

Kita melihat dari kitab Kisah Para Rasul bahwa banyak murid tidak menguasai diri. Sejarah gereja juga memperlihatkan kepada kita bahwa banyak pengikut setia Tuhan tidak menguasai diri. Mereka dipakai oleh Tuhan untuk memberitakan injil dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Tidak pernah ada kekurangan akan orang-orang semacam ini di seluruh jaman. Di Amerika Utara ada seorang penginjil yang brilian yang bernama David Brainerd, yang pergi untuk memberitakan injil kepada orang-orang Indian pada masa mudanya. Dia mempertaruhkan nyawanya bagi injil. Dalam lima tahun, dia sudah menempuh lebih dari tiga ribu mil di atas kuda bagi injil. Dia meninggal dikarenakan kelelahan pada usia tiga puluh tahun, namun dia meninggalkan buah yang tidak terhitung banyaknya.

Henry Martyn ingin pergi ke India untuk memberitakan injil. Sebelum dia berangkat, dokter memeriksa dia dan mengatakan, “Kesehatan Anda terlalu jelek. Jika Anda pindah ke India, Anda mungkin tidak bisa menyesuaikan diri dengan cuaca di sana, dan Anda mungkin tidak akan bisa hidup lama.” Dia menjawab, “Menurut opini Anda, berapa tahun yang saya miliki?” Dokter itu berkata, “Paling lama tujuh tahun.” Ketika Henry Martyn mendengar hal itu, dia sangat gembira, dan dia berkata, “Saya memiliki tujuh tahun lagi untuk melakukan banyak pekerjaan yang baik!” Pada tahun 1806 dia berangkat ke India. Setelah menginjil di Persia pada tahun 1811, dia mencoba untuk pulang melalui Asia Kecil. Akan tetapi pada tahun 1812 dia meninggal karena sakit di kota Tokat, Turki.

Seorang perempuan memiliki enam orang putera, yang mana lima orang dari mereka pergi ke India demi injil dan meninggal di sana. Ketika orang lain menanyakan apa yang akan dia lakukan terhadap anaknya yang keenam, perempuan itu menjawab bahwa dia juga akan mengkonsikrasikannya bagi pengabaran injil.

Di Cina, Allah telah membangkitkan sejumlah orang yang telah mempertaruhkan nyawa mereka semua untuk memberitakan injil. Kita menemukan orang-orang semacam itu di Foochow, di Chefoo, dan di banyak tempat lainnya.

TIDAK MENGUASAI DIRI DALAM PERSEMBAHAN

Alkitab juga memberi tahu kita mengenai banyak orang yang tidak menguasai diri dalam mempersembahkan harta dan rumah mereka. Kisah Para Rasul 4 menyinggung murid-murid menjual segala milik mereka dan meletakkan uang yang telah mereka dapatkan di kaki para rasul (ay. 34). Banyak orang setuju bahwa kita harus bergairah, namun mereka mengatakan bahwa kita harus berhati-hati, seimbang, dan jangan ekstrim. Namun, di sepanjang dua ribu tahun terakhir ini, semua orang yang telah dengan sungguh-sungguh mengkonsikrasikan diri mereka kepada Tuhan adalah orang-orang yang mempertaruhkan segala sesuatu untuk mempersembahkan diri mereka sendiri. Semakin seseorang mengasihi Tuhan, semakin dia berkonsikrasi. Seorang saudara bertanya kepada saya, “Bagaimana Anda bisa demikian mengasihi Tuhan, dan mengapa saya tidak bisa mengasihi Tuhan sebanyak itu?” Saya mengatakan, “Jika Anda memberikan uang Anda kepada Tuhan, Anda akan mengasihi Dia. Tuhan mengatakan bahwa di mana hartamu berada, di situ jugalah hatimu berada.” Jika Anda ingin supaya hati Anda mengikuti Tuhan, uang Anda harus terlebih dahulu pergi kepada Tuhan. Ketika uang Anda masuk ke dalam peti persembahan, dan Anda mengatakan, “Amin,” hati Anda akan pergi bersamanya.

Di Shanghai, dua orang saudari yang bekerja sebagai perawat, masing-masing menerima kurang dari seratus dolar perbulannya. Mereka menabung gaji mereka di bank. Setelah mereka mendengar perkataan Tuhan, mereka tergerak di dalam hati mereka, dan seorang demi seorang mempersembahkan seluruh tabungan mereka.

Hari ini banyak orang merencanakan terlalu banyak hal bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak bersedia untuk mempersembahkan segala milik mereka. Mereka mencadangkan sesuatu bagi diri mereka sendiri. Hasilnya adalah injil kehilangan daya dobrak. Selama setiap kebangunan yang besar di dalam sejarah, kita menemukan orang-orang yang tidak menguasai diri dalam mengasihi Tuhan, yang mempertaruhkan segalanya untuk mempersembahkan diri mereka. Saya bukan sedang menganjuri Anda untuk memberikan segala sesuatu kepada Tuhan, namun Anda harus menjadi seseorang yang sepenuhnya terkonsikrasi kepada Tuhan.

Pada suatu kali seorang saudari tua datang kepada George Muller dan berkata, “Ulang tahunku yang ketujuh puluh tahun sudah mendekat. Pada saat itu saya akan sudah menabung sejumlah uang yang cukup untuk membeli baju hangat. Ini sudah menjadi harapan saya selama bertahun-tahun. Saya sudah menabung sejak saya berusia empat puluh dua tahun, dan saya sudah menantikan hari dimana saya akan memiliki baju hangat seperti itu. Saya sudah menunggu selama dua puluh delapan tahun. Hari ini akhirnya saya bisa membelinya. Akan tetapi, Tuhan menjamah saya untuk mempersembahkan kelima belas pound ini.” Ketika Tn. Muller mendengar hal ini, dia merasa bahwa harga yang dikeluarkan saudari tua tersebut terlalu besar, dan dia bertanya-tanya kalau-kalau saudari tua itu akan menyesalinya kelak. Dia tidak berani untuk menerima uang tersebut. Namun saudari itu cukup pasti dan ngotot untuk mempersembahkannya. Di kemudian hari, Tn Muller mempersaksikan bahwa dia dulu mengira bahwa sulit bagi orang-orang miskin untuk mengasihi Tuhan. Namun Tuhan telah mati bagi semua orang, dan ketika seseorang dijamah oleh Tuhan, bahkan tabungan selama dua puluh delapan tahun pun tidak berarti apa-apa lagi baginya.

Beberapa tahun yang lalu saya bekerja di Asia Tenggara selama empat bulan. Pada akhir kunjungan saya, kami mengadakan sebuah sidang. Setelah sidang tersebut, dua orang anak datang kepada saya ketika kami sedang minum teh. Yang satu berusia delapan tahun, dan yang satunya lagi dua belas tahun. Mereka memberi tahu saya bahwa mereka ingin mempersembahkan sesuatu. Yang satu menyerahkan enam dolar, dan yang satunya lagi menyerahkan delapan dolar. Ini adalah jumlah yang telah mereka dapatkan dari hasil bekerja selama liburan musim panas. Mereka bermaksud untuk menggunakan uang tersebut untuk membeli sepatu, akan tetapi pada hari ini mereka memutuskan untuk mempersembahkannya kepada Tuhan. Saya tidak tahu apakah mereka jelas mengenai apa yang sedang mereka lakukan, dan saya bertanya kepada paman mereka apakah mereka benar-benar mempersembahkan uang tersebut. Dia memberi tahu saya bahwa mereka benar-benar serius. Sulit bagi saya untuk menerima uang tersebut. Uang tersebut adalah uang hasil jerih payah anak-anak itu. Mereka telah membayar harga yang tinggi untuk mendapatkannya. Karena mereka akan mempersembahkannya kepada Tuhan, saya tidak bisa mengembalikannya kepada mereka. Saya harus menerimanya, tapi saya berkata kepada Tuhan, “Uang ini berasal dari keringat dan darah anak-anak. Jika saya tidak memakainya dengan benar, saya akan berdosa di hadapan-Mu.”

Hari ini kita menginginkan semua orang muda untuk mempersembahkan waktu mereka kepada Tuhan. Pada saat yang sama, kita menginginkan mereka untuk mempersembahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Sebagian mungkin harus memberikan diri mereka untuk mencari uang bagi Tuhan. Orang-orang semacam itu harus berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan uang dan mempersembahkannya. (Tentunya, kita harus mencari uang kita melalui sarana yang benar.) Sebagian mungkin harus mempersembahkan diri mereka untuk melayani Tuhan sepenuh waktu. Kita memerlukan kedua macam orang ini. Bukankah injil perlu diberitakan di banyak tempat? Bukankah gereja mengambil jalan yang benar? Jika injil tidak perlu diberitakan, dan jika gereja berada di jalan yang salah, kita bisa menahan uang kita dan menyimpannya untuk keperluan kita sendiri. Tapi jika injil perlu diberitakan, dan jika gereja berada di jalan yang benar, kita harus tidak menguasai diri demi Tuhan. Pekerjaan Allah di Cina tidak seharusnya terbatas hanya pada wilayah pesisir atau hanya pada propinsi kwangtung dan Kwangsi. Ada wilayah-wilayah yang luas di pedalaman Cina yang belum pernah mendengar injil. Kita harus bangkit dan tidak menguasai diri. Kita harus tidak menguasai diri dalam mengabarkan injil dan dalam mempersembahkan segala kita.

TIDAK MENGUASAI DIRI DALAM MENDERITA

Tidak saja kita harus tidak menguasai diri dalam memberitakan injil dan dalam mempersembahkan segala kita, kita juga harus tidak menguasai diri dalam menderita. Stefanus dirajam sampai mati. Paulus dan Silas dipenjara bagi Tuhan. Akan tetapi, kitab Kisah Para Rasul memperlihatkan kepada kita bahwa murid-murid bersukacita, walaupun mereka sedang menderita. Setelah mereka dibebaskan, mereka tidak dipermalukan melainkan semakin berkembang. Mereka benar-benar tidak menguasai diri demi Tuhan. Tidak ada yang terlalu besar, terlalu sulit, atau terlalu sukar bagi mereka ketika dikerjakan demi Tuhan.

Ketika Polycarp, seorang uskup dari Smirna yang berusia delapan puluh enam tahun, dimasukkan ke dalam penjara, para eksekutornya tidak tega melihat dia dibunuh. Mereka mencoba untuk bersikap lunak terhadapnya dan hanya meminta dia untuk mengatakan, “Saya tidak mengenal Yesus dari Nazaret,” sehingga mereka bisa membebaskan dia. Namun dia menjawab, “Saya tidak bisa menyangkal Dia. Saya sudah melayani-Nya selama delapan puluh enam tahun. Selama delapan puluh enam tahun tersebut, Dia tidak pernah menyangkal saya. Bagaimana saya sekarang bisa mengasihi tubuh saya dan menyangkal Dia?” Mereka mengikat dia pada kayusula. Ketika bagian bawah tubuhnya terbakar, dia masih bisa berbicara, dan dia berkata, “Syukur pada Allah bahwa saya memiliki kesempatan untuk dibakar di sini pada hari ini. Syukur pada Allah bahwa saya bisa bersaksi bagi Dia dengan hidup saya.” Dia benar-benar tidak menguasai diri dalam menderita.

Seorang saudari dianiaya demi Tuhan. Di tengah-tengah penderitaannya, mereka yang menganiayanya memberi tahu dia bahwa jika dia mau menyembah patung Artemis, mereka akan melepaskannya. Namun dia berkata, “Apakah saya harus memilih Kristus, atau memilih Artemis? Sejak hari yang pertama saya sudah memilih Kristus. Jika Anda meminta saya untuk memilih lagi, saya masih tetap memilih Dia.” Akhirnya dia dibunuh. Dua orang saudari lainnya yang masih hidup berkata, “Banyak anak Allah telah ditangkap dan mati martir. Mengapa kita masih di sini?” Kemudian, mereka juga dimasukkan ke dalam penjara. Mereka melihat banyak orang dimasukkan ke dalam arena dan diumpankan kepada binatang-binatang buas, tapi tidak ada seorangpun dari mereka yang merasa menyesal. Kedua saudari itu berkata, “Banyak orang sudah bersaksi dengan darah mereka. Mengapa kita hanya bisa bersaksi dengan mulut kita?” Salah satu dari kedua saudari itu sudah menikah, dan yang satunya lagi sudah bertunangan. Orang tua, suami, dan tunangan mereka datang dan memohon supaya mereka berubah. Mereka bahkan membawa anak dari saudari yang sudah menikah itu untuk memohon kepadanya supaya menyangkal Tuhan. Akan tetapi saudari itu mengatakan, “Apa yang bisa kalian berikan kepada kami sebagai ganti Kristus?” Pada akhirnya mereka juga diumpankan kepada singa. Sementara mereka sedang berjalan menuju kematian mereka, mereka menyanyi, dan mereka tidak berhenti menyanyi sampai tubuh mereka dicabik-cabik oleh singa.

Di dalam bukunya, The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemerosotan dan Kejatuhan Kekaisaran Romawi), Edward Gibson berbicara mengenai seorang pejabat di dalam pasukan Romawi yang mengirim surat kepada Kaisar bahwa jika mereka melemparkan semua orang Kristen di dalam Kekaisaran Romawi kepada singa, maka semua penduduk akan habis. Pada saat itu, orang-orang Kristen di dalam Kekaisaran Romawi tidak bersaksi dengan mulut mereka. Mereka bersaksi dengan darah mereka. Begitu seorang dari mereka mati martir, banyak orang Kristen akan dihasilkan. Mereka tidak takut mati. Walaupun mereka dianiaya dengan kejam, mereka masih mampu untuk bersaksi dengan kuat bagi Tuhan. Ketika orang-orang melihat mereka satu persatu dibunuh, orang-orang berpikir bahwa mereka itu gila! Akan tetapi, inilah kuat kuasa injil. Hari ini Tuhan sedang memanggil orang-orang untuk meninggalkan diri mereka sendiri untuk menjadi martir bagi Tuhan. Tuhan sekarang sedang bertanya, “Di manakah mereka yang tidak menguasai diri?” Bisakah Anda menjawab, “Aku di sini, Aku mutlak bagi-Mu?”

No comments:

Post a Comment