Monday, August 15, 2011

Watchman Nee, Vol 41-18


BAB ENAM BELAS

KONSIKRASI

Tanggal: 17 Nopember 1935, sore

Tempat: Chuenchow

Pembacaan Alkitab: Rm. 12:1; 6:13; 2 Kor. 5:14-15

PENDAHULUAN

Allah menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita hidup bagi Tuhan. Allah menyelamatkan kita bukan hanya sekedar dengan tujuan untuk memisahkan kita dari dunia. Dia menyelamatkan kita dengan tujuan untuk memisahkan kita dari diri kita sendiri. Pada akhirnya, kita akan dikuduskan, yaitu, dipisahkan sepenuhnya kepada Tuhan (cf. Yoh. 17:14-19). Seorang Kristen yang belum menang bukanlah seorang Kristen yang berbahagia. Dia hidup dalam kekalahan secara konstan dan secara terus menerus memiliki konflik di dalam hatinya. Konflik dan kekalahan ini terjadi dikarenakan dia belum mengkonsikrasikan dirinya secara mutlak kepada Tuhan.

HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN

SEBELUM DAN SESUDAH MENANG

Konsikrasi yang dibicarakan di dalam Alkitab adalah konsikrasi yang mutlak. Jika konsikrasi kita tidak mutlak, kita hanya bisa menjadi orang-orang Kristen kelas dua. Ada dua hal yang seharusnya dilakukan seorang Kristen sebelum dia bisa menang. Yang pertama adalah merelakan, dan yang kedua adalah percaya. Ada juga dua hal yang seharusnya dia lakukan setelah dia menang. Yang pertama adalah mengakui dosa-dosanya, dan yang kedua adalah berkonsikrasi.

Kita sudah berbicara mengenai merelakan, percaya, dan mengaku. Hari ini kita akan melihat perkara konsikrasi. Kita memiliki banyak hal yang tidak rela kita konsikrasikan, seperti uang, keluarga, waktu, dan karir kita. Kita tidak mampu berkonsikrasi sebab kita belum menang. Kita bisa berkonsikrasi hanya jika kita berdiri di atas dasar kemenangan. Mereka yang belum pernah mengalami kemenangan tidak bisa mengkonsikrasikan diri mereka. Ketika kita mengambil Tuhan sebagai kemenangan kita, akan sangat mudah bagi kita untuk mengkonsikrasikan diri kita. Jika belum mengambil Tuhan sebagai kemenangan kita, dan kemudian mengatakan bahwa kita tidak bisa mengkonsikrasikan diri kita, saya akan mengatakan, “Amin, itu benar. Anda tidak akan pernah bisa mengkonsikrasikan diri Anda oleh diri Anda sendiri.” Roma 6:13 mengatakan bahwa konsikrasi muncul setelah pengalaman akan kematian dan kebangkitan bersama Tuhan. Kita bisa mengkonsikrasikan diri kita kepada Allah hanya setelah kita “dahulu mati, sekarang hidup.” Banyak orang mengira bahwa mereka sedang menempuh suatu kehidupan yang terkonsikrasi. Padahal, mereka bahkan belum menyentuh pintu masuk kepada kehidupan yang sedemikian. Kecuali kita terlebih dahulu mengalami kemenangan Kristus, kita tidak bisa mengkonsikrasikan diri kita.

KONSIKRASI BERDASARKAN KASIH KARUNIA ALLAH YANG MENYELAMATKAN

Roma 12:1 mengatakan, “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu.” Kata “kemurahan” di atas adalah jamak; itu mengacu pada beraneka ragam kasih karunia yang disebutkan di dalam Roma 1 sampai 8. Menurut urutan pengajaran di dalam kitab Roma, pasal dua belas seharusnya langsung melanjutkan pasal delapan. Jadi, kemurahan yang disebutkan di dalam pasal dua belas mengacu kepada hal-hal yang dibahas di dalam pasal satu sampai delapan. Putra Allah sudah mati bagi dosa-dosa kita. Allah telah memperlihatkan semua kemurahan ini kepada kita. Paulus tidak memerintah kita melainkan menasihati kita untuk mempersembahkan tubuh kita. Di dalam delapan pasal pertama, kita diberi tahu bahwa kita adalah orang-orang berdosa dan bahwa Putra Allah mencurahkan darah-Nya untuk menebus kita dari dosa. Pasal tiga dan empat berbicara mengenai darah, pasal lima berbicara mengenai pengampunan, dan pasal enam sampai delapan berbicara mengenai salib menyalibkan manusia lama kita dan membebaskan kita dari dosa. Tuhan mati bagi kita, dan sekarang dia hidup bagi kita. Begitu kita percaya dalam kematian dan kebangkitan Tuhan, kita menjadi milik Tuhan. Banyak orang bersedia untuk dibebaskan dari neraka, namun sayangnya mereka tidak bersedia untuk dipisahkan dari dunia. Mereka bersedia untuk dibebaskan dari dosa, namun mereka tidak bersedia untuk dikuduskan dan dipisahkan secara mutlak kepada Tuhan.

Allah sudah menyelamatkan kita, dan kita sudah percaya pada fakta penyelamatan ini. Pernah ada seorang gadis Kristen dari Abyssinia, Afrika, yang dijual sebagai budak. Pada awal pelelangan, tiga orang menawar dengan ketat untuknya. Ketiga orang itu adalah orang-orang jahat, dan gadis itu tahu bahwa dia akan sangat menderita tidak peduli siapapun yang menang. Dia meratap dan penuh dengan kesedihan. Akhirnya, orang keempat muncul dan membuat penawaran yang tertinggi. Begitu dia membeli gadis itu, dia memanggil tukang besi untuk memutuskan rantai gadis tersebut, dan berkata kepadanya, “Engkau bebas.” Kemudian orang tersebut berbalik dan pergi. Awalnya gadis tersebut tidak paham. Kemudian dia tersadar dan berteriak, “Dia sudah membeli saya! Dia sudah membeli saya. Mulai hari ini sampai hari kematian saya, saya akan mengikuti dia!” Cerita ini sedang terjadi atas diri kita hari ini. Kasih Tuhan telah mengikat kita, dan kita harus memberi tahu Dia bahwa kita akan mengikuti Dia mulai sekarang.

Seorang Saudara suatu kali naik kereta api dan diajak untuk berpartisipasi dalam sebuah permainan kartu. Dia memberi tahu orang yang mengajaknya, “Maaf teman, saya tidak membawa tangan saya hari ini.” Yang lainnya terkejut mendengarnya. Dia melanjutkan, “Kedua tangan saya adalah milik Tuhan. Kedua tangan yang dahulu berdosa dan main kartu, sekarang sudah disalibkan bersama Tuhan.” Dia melihat bahwa karena dia sudah mengkonsikrasikan dirinya kepada Tuhan, kedua tangannya adalah milik Tuhan dan bukan lagi miliknya.

Pernah sekali ketika saya sedang menunggu bus, saya melihat sebuah buku yang kontroversial di sebuah toko, dan saya tergoda untuk melihatnya, namun Tuhan melarang saya dan saya tidak berani membuka buku tersebut. Mata saya sudah dikonsikrasikan kepada Tuhan; mereka bukan lagi milik saya.

Hari ini kita memerlukan kesadaran yang sedemikian. Kita perlu mengenal bahwa Tuhan sudah membeli kita dan bahwa kita adalah milik-Nya. Perasaan ini sungguh manis dan indah. Sebagian orang mungkin mengkritik kita terlalu picik atau keras kepala, namun sementara mulut mereka mengkritik kita, hati mereka mengagumi kita. Orang-orang Kristen yang seperti itu adalah orang-orang yang paling berbahagia. Tidak ada yang bisa memberi kita rasa sukacita yang lebih besar dibandingkan mengkonsikrasikan diri kita secara mutlak kepada Tuhan, sebab kita mengkonsikrasikan diri kita kepada Tuhan yang paling mengasihi kita.

EMPAT HAL YANG HARUS DIKONSIKRASIKAN

Mengkonsikrasikan Orang-orang

Hal pertama yang harus kita lakukan setelah menang adalah berkonsikrasi. Apa itu konsikrasi? Itu adalah meletakkan diri Anda dan segala yang Anda miliki di atas mezbah. Secara spesifik, kita seharusnya mengkonsikrasikan empat hal kepada Tuhan. Yang pertama adalah orang-orang, yaitu, semua orang yang berhubungan dengan kita. Jika seseorang mengasihi banyak orang, Tuhan tidak akan memiliki tempat di dalam hatinya. Jika Anda sudah mengkonsikrasikan diri Anda kepada Tuhan, tidak akan ada lagi seseorang di dunia ini yang akan menduduki hati Anda, dan tidak akan ada seorang pun yang bisa merebut hati Anda dari Tuhan. Alah menyelamatkan Anda demi mendapatkan kendali yang penuh atas diri Anda. Akan tetapi, banyak air mata yang menahan Anda, banyak rasa sayang insani yang memikat Anda untuk berpaling, dan banyak hati yang patah memanggil Anda untuk kembali. Anda harus berkata kepada Tuhan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang aku ingini di bumi” (Mzm 73:25). Konsikrasi semacam ini bukanlah untuk masa depan, melainkan untuk hari ini; ini adalah sesuatu yang bisa kita lakukan hari ini. Hari ini kita bisa memutuskan semua rasa sayang insani dan hubungan insani dan memberikan kepada Tuhan tempat yang paling utama.

Mengkonsikrasikan Karir

Hal kedua yang seharusnya kita konsikrasikan adalah karir kita. Kita tidak perlu mengkonsikrasikan diri kita untuk menjadi pengkotbah. Banyak pengkotbah hari ini yang tidak berkonsikrasi. Melainkan, kita perlu mengkonsikrasikan diri kita untuk melakukan kehendak Allah, untuk mencari kehendak-Nya, dan untuk menemukan apa kehendak-Nya bagi kita. Seorang saudara, yang duduk di bangku SMA, selalu menjadi nomer satu di kelasnya. Dia bertekad untuk menjadi yang nomer satu di ujian akhirnya dan tidak mau menduduki peringkat yang lebih rendah. Dia mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk belajar, dan kasihnya terhadap Tuhan berkurang. Kemudian, dia mendapatkan suatu terobosan dalam perkara menang dan menyadari bahwa memiliki ambisi seperti itu adalah salah. Dia berdoa kepada Tuhan, “Jika itu adalah kehendak-Mu, aku bersedia bahkan jika aku harus menduduki tempat paling buncit di kelas.” Murid SMA ini adalah seorang saudara yang sejati di dalam Tuhan. Akhirnya dia menang. Dia mengalami hayat yang menang dalam penuntutan akademisnya. Saudara-saudara, jika Anda memiliki cita-cita di dalam bisnis atau karir Anda yang tidak bisa Anda tanggalkan dan jika ada sesuatu yang Anda ngotot ingin memilikinya, Anda harus mengkonsikrasikan diri Anda. Anda harus mengkonsikrasikan karir, cita-cita, dan ambisi Anda sepenuhnya kepada Tuhan sehingga Anda bisa melakukan kehendak Allah.

Mengkonsikrasikan Barang

Hal ketiga yang harus dikonsikrasikan adalah barang-barang. Lebih mudah bagi orang kaya untuk meninggalkan Tuhan dibandingkan orang miskin meninggalkan Tuhan karena hati dari orang kaya ada bersama uangnya. Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang adalah milik kita; semuanya adalah milik Tuhan. Oleh karena itu, kita harus mengkonsikrasikan segalanya kepada Tuhan dan meletakkan semua yang kita miliki di atas mezbah (1 Taw. 29:12-16). Banyak orang menghamburkan uang mereka. Tentunya, hal itu tidak menyenangkan Allah, namun sebagian orang menyimpan uang mereka dalam cara yang juga tidak menyenangkan Tuhan. Misalnya, seorang saudari tidak mau memakai bahkan satu dolar pun selama lima puluh tahun. Penghamburan harta tidak memiliki tempat di hadapan Tuhan, sama seperti kepelitan juga tidak memiliki tempat di hadapan Tuhan. Seluruh penghematan dan pemakaian kita akan dihakimi oleh Tuhan pada takta penghakiman Kristus. Jika Tuhan ingin kita menggunakan uang kita untuk suatu perkara apapun, kita seharusnya melakukannya. Persembahan di dalam Perjanjian Baru berbeda dari persembahan di dalam perjanjian Lama. Prinsip di dalam perjanjian lama adalah perpuluhan, mempersembahkan sepersepuluh. Tapi prinsip di dalam perjanjian Baru adalah mempersembahan sepuluh perpuluh; itu adalah mempersembahkan segala yang kita miliki ke dalam tangan Tuhan. Allah tidak akan membiarkan kita kelaparan. Kita mungkin kuatir mengenai bagaimana kita akan menopang penghidupan kita, namun Allah ingin supaya kita pertama-tama mempersembahkan segalanya kepada Dia dan kemudian menarik seluruh keperluan kita dari Dia. Hari pertama kita membawa pulang uang gajian kita, kita seharusnya berkata kepada Tuhan, “Semua uang ini adalah milik-Mu. Aku mempersembahkan semuanya kepada-Mu.” Setelah kita menerima uang gaji kita, kita seharusnya pertama-tama mempersembahkannya kepada Tuhan dan kemudian memakainya menurut dispensi-Nya. Ketika kita menerima uang gaji kita, adalah salah jika pertama-tama memakainya untuk keperluan kita dan kemudian memberikan sisanya kepada Allah. Saudara Witness Lee memiliki keluarga besar. Dia dan kedua saudara laki-lakinya menyerahkan semua uang yang mereka dapatkan setiap bulannya kepada ibu mereka, dan kemudian ibu mereka membagi-bagikannya sesuai dengan keperluan masing-masing orang. Demikianlah seharusnya di antara Allah dan kita. Kita tidak seharusnya mempersembahkan kepada Allah apa yang tersisa dari pemakaian kita sendiri. Melainkan, kita seharusnya mempersembahkan segalanya kepada Allah dan kemudian membiarkan Dia menyuplai kita dengan apa yang kita perlukan.

Kita tidak perlu membuang semua barang yang kita peroleh di masa lalu. Jika Allah ingin supaya kita mempersembahkan segalanya, kita seharusnya mempersembahkan segalanya. Kita bisa menjual semua harta kita dan mendepositokan hasilnya di bank, menunggu pimpinan Allah di masa depan, dan kemudian mempersembahkan semuanya untuk digunakan Tuhan. Jika kita melakukan hal ini, bank dimana kita menyimpan uang kita akan diberkati. Bank itu tidak akan ditutup sebab Allah akan menjaga simpanan-Nya. Di dunia ini, bunga lima persen sudah dianggap terlalu tinggi, namun Alkitab mengatakan bahwa ketika kita mempersembahkan kepada Tuhan, kita akan menerima seratus kali lipat di dunia ini (Mat. 19:29)! Ini adalah bunga sepuluh ribu persen! Betapa menguntungkan! Saudara saudari, Allah tidak akan menilap kita. Di masa lalu, kita sudah melewatkan banyak kesempatan yang diberikan Allah. Dalam perkara persembahan harta, saya memiliki banyak pengalaman. Saya sudah mengalami banyak berkat yang dibawa masuk melalui persembahan. Suatu kali seorang saudari mempersembahkan seluruh penghasilannya selama satu bulan, yaitu seratus dua puluh dolar, kepada Tuhan. Ketika harta itu ada di tangan kita, harta itu akan dihamburkan atau disimpan. Namun jika kita mempersembahkan semuanya kepada Tuhan, kita tidak akan berani untuk memakainya dengan sembarangan. Setelah kita mengkonsikrasikan uang kita kepada Tuhan, semuanya akan menjadi milik Tuhan, dan Dia akan menyimpan atau memakainya seturut kehendak-Nya.

Mempersembahkan Diri Kita Sendiri

Keempat, kita harus mempersembahkan diri kita sendiri. Tidak saja kita seharusnya mempersembahkan orang-orang, karir, dan barang-barang, namun kita juga harus mempersembahkan diri kita sendiri. Sebagian orang mengira bahwa setelah seseorang mengalami kemenangan, dia tidak perlu lagi mempraktekkan ketaatan. Sebenarnya, kemenangan kita hanya membuat kita menjadi semakin mampu untuk taat kepada Tuhan. Tadinya kita tidak memiliki kekuatan untuk mentaati Tuhan. Sekarang karena Tuhan sudah menggenapkan segalanya bagi kita, kita bisa secara spontan menyerahkan segala keinginan dan milik kita kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan untuk memperkuat kita dengan hayat yang menang demi ketaatan. Ini adalah sesuatu yang harus kita lakukan secara pasti. Harus ada tanggal yang pasti untuk konsikrasi kita, sama seperti terdapat tanggal yang pasti untuk pernikahan seseorang. Seorang gadis tidak bisa mengatakan, “Saya rasa saya menikah pada suatu hari tertentu.” Demikian juga, kita tidak bisa mengatakan, “Saya rasa saya mengkonsikrasikan diri saya pada hari tertentu.” Ini adalah sesuatu yang perlu kita lakukan di hadapan Tuhan secara pasti. Kita seharusnya sangat jelas akan tanggalnya dan tidak pernah melupakannya. Saya mengkonsikrasikan diri saya pada tanggal 13 Pebruari 1922. Kita bisa mengumumkan tanggalnya kepada orang lain. Kita bisa memberi tahu mereka yang telah membawa kita kepada Tuhan atau mereka yang sudah memberi kita bantuan rohani. Kita bahkan bisa mengumandangkannya dan mendeklarasikannya kepada manusia dan juga kepada Satan: “Aku sudah menikah dengan Tuhan.” Paulus mengatakan bahwa dia sudah mempertunangkan kaum beriman Korintus sebagai perawan suci kepada Kristus (2 Kor. 11:2).

Ulangan 26:16-19 mengatakan bahwa jika kita mentaati perkataan Tuhan, Tuhan akan membuat kita memelihara semua perintah-Nya dan membuat kita menjadi suatu umat yang kudus bagi Yehova, Allah kita. Taat kepada perkataan Tuhan adalah tugas kita sebagai orang-orang Kristen, sedangkan membuat kita menjadi suatu umat yang kudus bagi Yehova adalah tugas Allah. Jika kita melaksanakan bagian kita, Allah akan melaksanakan bagian-nya.

MENANG UNTUK MENEMPUH KEHIDUPAN YANG TERKONSIKRASI

Jika konsikrasi berhubungan sangat akrab dengan kemenangan, lalu apa itu kehidupan yang menang? Apakah itu hanya sekedar menang atas segala hal yang jahat? Tidak! Jika demikian, akan ada banyak orang di dunia ini yang tidak akan memerlukan hayat yang menang. Mereka memiliki banyak kebajikan alamiah. Mereka tidak marah-marah dan tidak melakukan banyak hal yang jahat. Apakah orang-orang ini menang? Tidak! Kemanangan bukan hanya berarti mengalahkan perbuatan-perbuatan yang jahat. Menang berarti kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri melainkan kita hidup bagi Tuhan sementara kita hidup di bumi ini hari demi hari. Kita harus memiliki kesadaran bahwa Tuhan sudah membeli kita, bahwa kita ini milik-Nya, dan bahwa kita sudah dinikahkan kepada-Nya. Mereka yang hidup di dalam atmosfir ini akan menghirup udara kekudusan yang surgawi.

Menang itu bukan perkara tidak melakukan perkara-perkara. Itu bukan hanya pembebasan dari dosa secara pasif. Menang adalah sebuah konsikrasi yang aktif kepada Tuhan dan suatu persekutuan dengan-Nya sementara hidup di atas bumi ini. Kecuali seseorang mencapai tahap ini, dia belum menang. Seorang Kristen pertama-tama menang dan kemudian berkonsikrasi. Jika kita sudah mendapat terobosan dalam perkara menang, yang perlu kita lakukan hari ini adalah mengkonsikrasikan diri kita.

HATI ALLAH ITU BAIK

Roma 6:16 mengatakan, “Apakah kamu tidak tahu bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk menaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, entah itu dosa yang memimpin kamu kepada kematian, entah itu ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” kita berkonsikrasi kepada Tuhan untuk menjadi hamba-Nya. Ketika banyak orang mendengar tentang konsikrasi dan menjadi hamba kepada Allah, mereka merasa takut. Mereka mengira bahwa setelah mereka mengkonsikrasikan diri mereka, Allah akan memberi mereka banyak kesulitan. Akan tetapi, hanya mereka yang tidak mengenal Allah yang berpikir sedemikian.

Ada seorang ibu yang tidak memahami makna dari ketaatan dan konsikrasi. Seseorang menjelaskan hal tersebut kepadanya dengan cara memberi ilustrasi: “Misalnya Anda mempunyai seorang anak yang sangat keras kepala dan tidak taat. Kemudian, dia bertobat dan memberi tahu Anda bahwa mulai sekarang dia akan mentaati Anda, bahwa dia akan menerima perkataan Anda, dan bahwa dia akan melakukan apa pun yang Anda inginkan. Sebagai seorang ibu, apakah sepanjang malam sesudahnya Anda akan memikirkan hal-hal yang sulit untuk dia lakukan supaya Anda bisa memberi dia kesulitan keesokan harinya?” Ibu itu berkata, “Tentu saja tidak. Saya akan berpaling dan semakin mengasihi dia.” Malah, dia akan berpikir untuk membuatkan baju baru untuknya atau membelikan permen untuknya. Inilah hati seorang ibu. Ini juga adalah hati Allah kita.

Ketika kita mengkonsikrasikan diri kita kepada Allah, Dia akan menata segala sesuatu dan membuatnya mendatangkan kebaikan bagi kita. Tidakkah Dia merasa puas dengan ketaatan kita? Mengapa Dia harus membuat rencana yang busuk untuk membereskan kita atau memberi kita kesulitan? Hati Allah terhadap kita hanyalah kebaikan dan keramahan. Memang benar bahwa Dia tidak melakukan segala sesuatu seperti cara kita, namun kita harus percaya bahwa hati-Nya terhadap kita itu baik dan ramah. Walaupun seorang Kristen mungkin mengalami kesusahan di dunia ini, dia masih bisa bersukacita di dalam hatinya. Kita bisa memiliki sukacita di tengah-tengah air mata kita sebab kita tahu bahwa segala sesuatu yang menimpa kita sudah diukur oleh tangan Allah. Kita harus percaya bahwa maksud Bapa selalu baik. Semakin kita mengkonsikrasikan diri kita kepada Tuhan, semakin kita menjadi orang-orang yang sama sekali berbeda. Kita menjadi spesial di mata-Nya, dan Dia bisa memiliki kebebasan yang penuh untuk menggarap kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Semoga setiap orang dari kita di sini meletakkan semuanya di atas mezbah—orang-orang yang berhubungan dengan kita, karir kita, harta milik kita, dan bahkan diri kita sendiri—menguduskan semuanya kepada Tuhan. Semoga kita memahami bahwa sasaran dari keselamatan-Nya adalah supaya kita tidak lagi hidup kepada diri kita sendiri melainkan kepada Tuhan yang telah mati dan telah bangkit bagi kita (2 Kor. 5:14-15).

No comments:

Post a Comment