Monday, August 15, 2011

Watchman Nee, Vol 41-22


BAB DUA PULUH

SYARAT-SYARAT UNTUK MENERIMA PENCURAHAN

ROH KUDUS, DAN HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI

Tanggal: 18 Nopember 1935, malam hari

Tempat: Chuenchow

SYARAT-SYARAT UNTUK MENERIMA PENCURAHAN

ROH KUDUS

Untuk menerima pencurahan Roh Kudus, kita harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pertama, kita tidak boleh memiliki dosa-dosa yang kita ketahui dan belum dibereskan di dalam hati kita. Kedua, kita harus lapar dalam roh kita (Yes. 44:3). Ketiga, kita harus berdosa dengan sungguh-sungguh (Kis. 1:14; 2:4; 4:31; 8:14-17).

HAL-HAL YANG HARUS DIWASPADAI

OLEH MEREKA YANG SUDAH MENERIMA

PENCURAHAN ROH

Mereka yang sudah menerima pencurahan Roh Kudus sudah berkontak dengan dunia rohani. Ketika seseorang yang belum pernah menerima pencurahan Roh membuka pintu menuju dunia rohani, yang tidak dia kenal sebelumnya, dia akan menjamah sesuatu di luar alam jasmani. Sebagian orang memiliki iman, namun mereka tidak bersedia untuk membuka pintu mereka. Ketika seseorang menolak dan tidak mau membuka pintunya, dia tidak akan menerima apa pun dari dunia rohani. Menuntut pencurahan Roh adalah seperti membuka pintu dan merobohkan tembok. Di sisi positif, begitu pintu-pintu tersebut terbuka, akan ada persekutuan rohani. Di sisi negatif, ada bahaya untuk terbuka kepada dunia rohani. Ini adalah seperti membuka pintu untuk teman-teman. Di satu pihak, teman-teman seseorang bisa datang dan pergi sesukanya, tapi di pihak lain, pencuri juga bisa datang dan pergi sesukanya. Kita tidak seharusnya mengatakan bahwa karena pencuri bisa datang dan pergi, akan lebih baik untuk tidak membuka pintunya sama sekali. Tidak, di satu pihak, kita harus membuka pintunya, tapi di pihak lain, kita harus berjaga-jaga setiap waktu.

Menguji Roh

Bagaimana kita bisa berjaga-jaga dan mencegah si jahat supaya tidak masuk ke dalam kita? Pertama, setelah menerima pencurahan Roh, kita harus menguji pengalaman kita. Kita tidak boleh ceroboh dalam perkara ini. Satu Korintus 12:3 dan 1 Yohanes 4:3 memberi tahu kita cara untuk menerapkan ujiannya. Ayat-ayat ini adalah perlindungan kita. Kita harus bertanya kepada mereka yang sudah menerima pencurahan “Roh” apakah Kristus sudah datang dalam daging atau tidak. Kita juga bisa bertanya kepada mereka apakah Yesus itu Tuhan. Kita seharusnya memperhatikan untuk melihat kalau-kalau roh yang ada di atas mereka itu memberi respon dengan mundur. Jika dia mundur, itu berarti dia adalah roh jahat. Tapi jika orang itu bisa berkata, “Yesus itu Tuhan,” dia memiliki Roh Kudus. Kita tidak seharusnya puas dengan sembilan dari sepuluh kali. Kita harus menerapkan ujian ini setiap kali. Tanggung jawab saya mengenai perkara ini sudah selesai. Sekarang tergantung kepada kita untuk berjalan secara tepat di hadapan Tuhan.

Menurut Prinsip 1 Korintus 14

Manifestasi awal dari pencurahan Roh seringkali luar biasa. Kelihatannya seolah-olah Allah membuang semua kekangan. Dia melakukan hal ini supaya kita bisa menerima lebih banyak dari Tuhan. Pengalaman awal dari pencurahan adalah seperti melalui sebuah pintu gerbang. Setelah kita melewati pintu gerbang tersebut, kita harus menenangkan diri dan menempuh kehidupan yang normal di rumah. Tidak perlu meloncat-loncat atau berteriak-teriak, dan tidak perlu mencari-cari perasaan atau pengalaman yang supranatural. Mulai saat itu, kita tidak perlu menerapkan prinsip Kisah Para Rasul 2, melainkan prinsip dari 1 Korintus 14. Prinsip dari 1 Korintus 14 memberi tahu kita bahwa pencurahan Roh di dalam sidang-sidang adalah untuk merawat orang lain bukan diri sendiri. Prinsip ini juga memberi tahu kita bahwa roh-roh para nabi tunduk kepada para nabi (ay. 32). Kita harus memelihara prinsip ini. Kita harus belajar untuk mengendalikan roh kita. Satu Korintus 14 mengatakan bahwa jika ada yang berbahasa lidah, hanya dua orang atau paling banyak tiga orang yang melakukannya, dan mereka seharusnya melakukannya secara bergiliran (ay. 27). Di dalam Kisah Para Rasul 2, semua dari seratus dua puluh orang berbicara, sebab itu adalah untuk pertama kalinya Roh turun. Kemudian prinsipnya berubah di dalam 1 Korintus 14.

Mengendalikan Roh yang Di atas Kita

Roh yang dicurahkan ke atas kita ini adalah tanpa persona. Misalnya, 1 Korintus 12:13 menyinggung mengenai dibaptis ke dalam satu Roh. Roh ini diumpamakan sebagai air dan oleh karena itu tanpa persona. Roh ini tunduk kepada kita (1 Kor. 14:32). Akan tetapi, Roh yang berhuni di dalam kita memiliki persona, dan kita harus tunduk kepada-Nya. Roh yang ada di atas kita tunduk kepada kita, dan kita bisa menyuruh-Nya untuk datang dan pergi. Kita juga bisa menentukan apakah kita menginginkan Dia banyak atau sedikit. Akan tetapi, Roh yang berhuni di dalam kita memiliki persona, dan kita harus menundukkan diri kita kepada-Nya. Di mata Allah, Roh yang di atas kita adalah seperti sebuah elemen. Jika kita tidak berhati-hati, Satan bisa datang dan memalsukannya. Orang-orang Pentakosta salah dalam hal ini sehingga mereka dikuasai oleh roh yang ada di atas mereka. Itulah sebabnya terdapat kekacauan di antara mereka. Kita tidak bisa mengikuti cara mereka. Kita harus mentaati Roh yang ada di dalam kita, namun kita harus mengendalikan Roh yang di atas kita. Baik di rumah ataupun di sidang-sidang, kita harus belajar untuk mengendalikan Roh yang ada di atas kita dalam menuntut pencurahan.

PENERAPAN DARI PENCURAHAN ROH KUDUS

Ada dua hal yang perlu kita ketahui tentang pencurahan Roh Kudus. Pertama, jika kita belum pernah melewati pintu gerbang kemenangan, pencurahan itu tidak akan banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari kita. Jika seseorang menerima pencurahan Roh namun belum pernah melewati pintu gerbang kemenangan, pengalamannya akan Roh itu akan berkurang setelah beberapa hari. Dia akan menjadi seperti ban sepeda yang bocor, dan dia tidak akan mampu untuk pergi terlalu jauh. Dia akan harus mencari Roh itu sekali lagi. Kapankala dia menjadi dingin, dia harus mencari pencurahan sekali lagi. Inilah kondisi awal dari pencurahan pada seseorang yang belum pernah melewati pintu gerbang kemenangan.

Setelah seseorang menerima pencurahan Roh, dia seharusnya langsung menerapkan kuat kuasa yang mengikuti pencurahan tersebut untuk membantu orang-orang Kristen atau untuk memberitakan injil. Sebelum pencurahan, dia mungkin tidak berdaya untuk memberitakan injil atau untuk membantu kaum beriman. Tapi setelah dia menerima pencurahan, dia seharusnya langsung menerapkan kuat kuasa ini untuk memberitakan injil dan merawat kaum beriman. Jika dia tidak menerapkan kuat kuasa ini, dia akan, secara esensial, mengubur talentanya di dalam tanah. Begitu seseorang menerima kuat kuasa Roh, dia harus memberitakan injil dan menjadi seorang pemenang dalam injil. Kegagalan dari beberapa pengikut aliran Pentakosta adalah di dalam fakta bahwa mereka telah membuat pencurahan Roh menjadi semacam hiburan. Setelah mereka menerima pencurahan, mereka berbahasa lidah atau tertawa terbahak-bahak. Akan tetapi, kemudian mereka pulang ke rumah dan sama sekali tidak menerapkan kuat kuasa yang telah mereka terima. Ini adalah seperti seseorang dengan tubuh yang sehat tidak melakukan apa-apa selain bermain bola selama delapan jam sehari. Kehidupan semacam itu tidak normal. Pencurahan Roh bukan untuk hiburan, melainkan supaya kita hidup dan bekerja bagi Tuhan.

Terlebih lagi, begitu seseorang menerima pencurahan Roh, dia seharusnya langsung berdoa untuk meminta karunia. Misalnya seseorang belum pernah memiliki pengalaman akan pencurahan Roh. Ketika hal itu terjadi, dia seharusnya langsung meminta karunia-karunia kepada Allah. Dia seharusnya meminta kepada Allah kasih karunia apa pun yang dia kehendaki. Setelah seseorang menerima pencurahan, dia bahkan bisa menjadi sedikit serakah akan apa yang dia minta dari Tuhan. Tentu saja, dia tidak bisa membuat pencurahan menjadi suatu perkara untuk dibanggakan, dan dia juga tidak seharusnya menyombong kepada orang lain mengenainya. Melainkan, dia seharusnya mengizinkan kasih karunia dan kuat kuasa Allah untuk dimanifestasikan melalui dirinya dan kemuliaan-Nya bersinar melalui dirinya.

MEMPERSAKSIKAN PENCURAHAN ROH KUDUS

Anda seharusnya memperhatikan beberapa hal ketika bersaksi mengenai pencurahan Roh Kudus. Pertama, jika Anda memiliki pengalaman akan pencurahan dan seseorang bertanya mengenainya, Anda seharusnya tidak memberi tahu perincian dari pengalaman Anda. Dalam mempersaksikan kepada orang lain mengenai pengalaman Anda akan pencurahan, Anda harus mengikuti beberapa prinsip:

Pertama, Anda tidak seharusnya mendiskusikan perincian dari pengalaman Anda. Di dalam Perjanjian Baru, kitab Kisah Para Rasul mencatat banyak manifestasi dari pencurahan Roh, seperti berbahasa lidah dan diperkuat bagi injil. Namun kita tidak diberi tahu perincian dari pengalaman-pengalaman itu. Mereka yang menerima pencurahan, hanya mempersaksikan secara umum. Mereka tidak pernah mengatakan sesuatu mengenai perinciannya.

Kedua, Anda tidak seharusnya terlalu menekankan pengalaman-pengalaman tersebut. Banyak dari mereka yang menuntut pencurahan Roh Kudus bersifat ingin tahu. Pengalaman orang lain akan pencurahan tidak akan membantu mereka sama sekali. Dalam menceritakan pengalaman Anda kepada orang lain, sangat mudah bagi mereka untuk mengambil pengalaman Anda sebagai standar. Akan tetapi, sebenarnya, manifestasi-manifestasi dari pencurahan itu berlainan pada orang-orang yang berbeda. Itulah sebabnya mengapa Anda tidak boleh terlalu menekankan pengalaman-pengalaman Anda.

Ada satu butir lagi yang patut untuk diperhatikan: orang-orang Pentakosta menerima pencurahan Roh melalui “mencari,” sedangkan kita menerimanya melalui “percaya.” Kita percaya bahwa Yesus dari Nazaret sudah ditinggikan oleh Allah untuk menjadi Tuhan dan Kristus. Dia telah duduk di takhta, dan Dia sudah mencurahkan Roh-Nya. Kita mempercayai dan menerima fakta ini. Pencurahan Roh adalah demi tujuan untuk memikul kesaksian akan peninggian Yesus. Itu bukan demi tujuan untuk membuktikan bahwa Allah sudah mendengar doa kita atau bahwa Dia menerima permohonan kita. Pencurahan Roh itu sangat bertalian dengan peninggian Tuhan Yesus; tidak bertalian dengan doa-doa kita atau perbuatan-perbuatan baik kita. Kita harus meninggikan Tuhan, bukan diri kita sendiri. Kita harus memberi kemuliaan kepada-Nya bukan kepada diri kita sendiri. Kita harus bermegah dalam Tuhan, bukan dalam diri kita sendiri.

No comments:

Post a Comment