Monday, August 15, 2011

Watchman Nee, Vol 41-20


BAB DELAPAN BELAS

PENCOBAAN, KEGAGALAN, DAN KEMAJUAN

DALAM HAYAT YANG MENANG

Tanggal: 18 Nopember 1935, jam 9 pagi

Tempat: Chuenchow

Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:16

Ada dua hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang beriman sebelum dia bisa menang: merelakan dan percaya. Juga ada dua hal yang seharusnya dia lakukan setelah menang: mengaku dan berkonsikrasi. Kemenangan adalah sebuah pintu gerbang dan juga sebuah jalan. Dua hal yang pertama membuat seseorang mampu untuk melewati pintu gerbang, sedangkan dua hal yang terakhir menopang seseorang di jalan tersebut. Bagaimanakah seharusnya seorang beriman bertindak tanduk hari demi hari setelah dia melewati pintu gerbang kemenangan? Apa yang seharusnya dia lakukan? Bagaimanakah hayat yang menang bisa terjaga, dan bagaimanakah dia bisa terus maju di dalam jalan kemenangan? Kita harus mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini satu demi satu.

KEHIDUPAN YANG SEHARUSNYA DITEMPUH SESEORANG

SETELAH MELEWATI PINTU GERBANG KEMENANGAN

Setelah kita melewati pintu gerbang kemenangan, kehidupan sehari-hari kita seharusnya tidak berbeda dari hari pertama kita menang. Setiap pagi kita seharusnya menyerahkan diri kita kepada Tuhan dan mengizinkan Dia untuk menjaga, melindungi, dan menopang kita. Pada saat yang sama, kita seharusnya memenuhi diri kita dengan ucapan syukur dan pujian. Kita harus berkata kepada Tuhan, “Allah, di mata-Mu aku masih tetap lemah dan aku masih tidak bisa melakukan apa-apa. Aku belum berubah. Tapi aku bersyukur pada-Mu, Tuhan, sebab Engkau masih hayatku hari ini. Engkau masih kekudusanku hari ini, dan Engkau masih kemenanganku hari ini. Aku percaya bahwa Engkau akan memperhidupkan hayat-Mu di dalamku sepanjang hari ini. Allah, aku bersyukur dan memuji-Mu sebab segalanya adalah berdasarkan kasih karunia-Mu; Putra-Mu telah menggenapkan segalanya bagiku.” Tidak peduli bagaimanakah perasaan kita, kita harus percaya bahwa Tuhan sedang hidup di dalam kita, dan kita harus berdiri di atas fakta ini. Kita seharusnya sangat jelas bahwa Tuhan ada di dalam kita dan bahwa bukan lagi kita yang hidup, melainkan Tuhan yang hidup di dalam kita.

Setelah kita melewati pintu gerbang kemenangan, kita harus mempertahankan sikap yang tepat. Setiap hari kita harus memberi tahu Tuhan bahwa tidak ada kebaikan di dalam diri kita sendiri, bahwa kita ini masih sama jahatnya seperti dahulu, dan bahwa kita penuh dengan dosa. Oleh diri kita sendiri, kita tidak mampu untuk melakukan apa pun, hanya Tuhan yang mampu. Kapankala kita mengira bahwa kita bisa melakukan sesuatu, Tuhan tidak akan melakukan apa-apa bagi kita, dan kita akan langsung gagal. Kita akan menang hanya jika kita tidak menang oleh diri kita sendiri. Salah satu kidung mengatakan, “Waktu hati agak bangga, nyaris aku terjerembab” (Kid. 423). Ini memang benar. Saudara-saudara, kita harus menyadari bahwa kita ini masih tetap sama; kita tidak berubah sama sekali. Satu-satunya pendirian kita di hadapan Tuhan seharusnya hanyalah mendeklarasikan bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Singkatnya, setelah melewati pintu gerbang kemenangan, kehidupan sehari-hari kita mencakup (1) menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan, (2) mengakui bahwa kita tidak bisa, (3) percaya bahwa Tuhan hidup di dalam kita, dan (4) bersyukur dan memuji Dia.

JALAN UNTUK MENGALAHKAN PENCOBAAN

Hayat yang menang adalah hayat yang mengalahkan pencobaan. Setelah kita menerima hayat yang menang, masih mungkin bagi kita untuk menjumpai pencobaan. Tuhan juga menjumpai pencobaan-pencobaan, namun Dia mengalahkan mereka. Demikian juga, kita tidak bisa menghindari pencobaan, tapi kita bisa mengalahkan mereka. Hari demi hari kita menemui dua macam pencobaan. Jenis yang pertama adalah pencobaan yang muncul mendadak; mereka tidak memberi kita kesempatan untuk memikirkannya. Sebelum kita bisa memikirkan dan mendoakannya, kita sudah berdosa. Pencobaan macam ini tidak terbatas oleh waktu tertentu; mereka muncul kapan saja. Jenis yang kedua adalah pencobaan yang muncul perlahan-lahan. Kita bisa mempertimbangkannya, dan mereka datang sebagai usulan dan proposal yang semakin lama semakin meningkat. Jenis yang satu tidak memberi waktu kepada seseorang untuk berpikir, sedangkan jenis yang satunya lagi memberi waktu bagi seseorang untuk memikirkannya. Kita mungkin mengira bahwa pencobaan yang memberi kita waktu untuk berpikir itu mudah untuk ditaklukkan, dan bahwa pencobaan yang tidak memberi kesempatan untuk berpikir adalah sulit untuk ditaklukkan. Sebenarnya, kita bisa mengalahkan kedua jenis pencobaan ini. Ada dua jalan untuk membereskan kedua jenis pencobaan tersebut.

Jalan untuk Membereskan Pencobaan yang Mendadak

Tidak ada waktu untuk bersiap-siap untuk pencobaan-pencobaan yang mendadak dan bersifat instan ini. Oleh karena itu, kita tidak bisa membereskan mereka secara seketika. Jauh sebelum pencobaan semacam ini muncul, kita harus mempersiapkan pertahanan kita. Di dalam peperangan di antara dua bangsa, mereka tidak bisa bersiap-siap untuk berperang hanya setelah musuh sudah mulai menyerang. Mereka harus mempersiapkan garis pertahanan jauh sebelumnya dan meminta penyelamatan Tuhan sebelum waktunya. Setiap pagi, kita harus berdoa kepada Tuhan dan meminta Dia untuk melepaskan kita dari pencobaan-pencobaan yang mendadak. Kita harus meminta Dia untuk melepaskan kita dari pencobaan-pencobaan yang tidak memberi kesempatan kepada kita untuk berpikir. Seringkali seseorang berdosa dikarenakan dia belum memasang alarm sebelumnya. Tentu saja, Tuhan kadang-kadang mengizinkan pencobaan untuk menimpa kita secara mendadak. Ketika pencobaan semacam itu muncul, apakah yang harus kita lakukan? Kita harus ingat bahwa iman adalah perisai (Ef. 6:16). Iman itu bukan tang. Banyak orang memakai iman seolah-olah iman itu adalah tang; mereka mencoba untuk mencungkil panah-panah yang telah menusuk tubuh. Akan tetapi iman tidak berfungsi sebagai tang. Iman adalah sebuah perisai. Iman adalah sesuatu yang diletakkan di antara diri kita dan Satan. Ketika panah-panah itu datang, mereka menghantam perisai dan terpental. Kita tidak memasang perisai di belakang kita. Jika perisai ada di belakang kita, akan sulit baginya untuk melindungi kita dari panah-panah.

Setiap pagi kita harus meninggikan iman ini di hadapan Allah. Baru Anda akan bertahan dari pencobaan tanpa menyadarinya. Sangat sedikit orang Kristen yang tahu apakah perisai iman itu. Kita memerlukan perisai iman bahkan sebelum pencobaan datang. Jika hal pertama yang Anda lakukan di pagi hari adalah percaya, Anda sedang meninggikan perisai iman, dan panah-panah dari Satan akan rontok. Jika Anda meninggikan iman Anda seperti ini untuk menahan musuh hari demi hari, Anda akan menemukan pada suatu hari—hari yang mulia—bahwa banyak panah telah rontok.

Roma 1-2 adalah mengenai dosa manusia, sedangkan Roma 4-5:15 adalah mengenai keselamatan Allah. Roma 5:12 memberi tahu kita bahwa kita berdosa karena kita berbagian dalam hayat Adam. Itulah sebabnya mengapa kita berdosa tanpa perlu berusaha. Tidak perlu bagi kita untuk mengerahkan usaha untuk marah-marah. Begitu kita terprovokasi, kita marah. Tidak perlu bagi kita untuk menetapkan untuk berbuat dosa, sebab kita berbagian dalam hayat yang sama dengan Adam, yaitu hayat yang penuh dosa. Roma 5:15 mengatakan, “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang banyak orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi anugerah Allah dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya atas banyak orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Di masa lampau, manusia lama kita diikatkan kepada Adam, tapi hari ini Tuhan telah membuat kita menjadi satu dengan Kristus. Di masa lalu, kita berdosa tanpa menyadarinya sama sekali, namun hari ini kita bisa bersabar, rendah hati, dan mengasihi tanpa menyadarinya. Ini membuktikan realitas dari persatuan kita dengan Tuhan. Sama seperti kita berdosa secara spontan dan tanpa usaha ketika kita berada di dalam Adam, demikian juga kita bisa menang secara spontan dan tanpa usaha ketika kita berada dalam Kristus dan diikatkan dengan-Nya. Di dalam jalan ini, hayat Kristus diperhidupkan dari diri kita. Kita akan tercengang pada keunggulan dan kekuatan dari hayat Tuhan. Jika kita percaya, hayat Kristus akan dimanifestasikan di dalam kita hari demi hari.

Membereskan Pencobaan yang Meningkat secara Bertahap

Pencobaan jenis kedua bersifat bertahap dan semakin meningkat. Satan memberi kita usulan secara bertahap dan sedikit demi sedikit. Pencobaan-pencobaan ini bersifat semakin meningkat. Tidak perlu meminta tenaga kepada Tuhan untuk mengalahkan pencobaan semacam ini. Cara yang terbaik untuk mengalahkannya adalah dengan berdiri di atas dasar seorang berdosa begitu mereka muncul. Kita seharusnya mengambil pendirian sebagai seorang pasien yang mencari dokternya dan yang menyerahkan seluruh dirinya kepada dokter tersebut. Kita seharusnya berbicara kepada Tuhan seperti seorang pasien: “Pikiran dan pemikiranku cenderung mengarah pada dosa. Aku mudah marah. Aku tidak bisa menolak apapun juga. Aku tidak ada harapan. Aku minta supaya Engkau menolaknya bagiku.” Kita harus mengambil pendirian bahwa kita sudah mati bersama Tuhan. Satan mungkin datang dengan berbagai macam pencobaan, namun prinsipnya adalah sama. Dia tidak perlu membuat kita berbuat dosa secara langsung. Sasaran dari pencobaannya adalah untuk menghasut kita supaya kita bertindak oleh diri kita sendiri. Posisi kita adalah di dalam Kristus; ini adalah satu-satunya tempat yang aman. Jika kita tetap tinggal di dalam posisi ini dan mengizinkan Tuhan untuk melakukan segalanya, Satan tidak akan mampu untuk melakukan apa-apa kepada kita. Akan tetapi, begitu kita bergerak, bahkan dalam hal-hal seperti berdoa, meminta Tuhan untuk menguatkan kita untuk menahan pencobaan tersebut, atau membuat ketetapan untuk tidak berbuat dosa, kita akan menemukan bahwa Satan mengungguli kita dan mengalahkan kita sebab kita telah keluar dari daerah aman.

SIKAP DARI KEHIDUPAN YANG MENANG

Bagian di atas mencakup langkah-langkah yang seharusnya diambil seseorang untuk menempuh kehidupan di belakang pintu gerbang kemenangan. Sekarang kita harus mengenal sikap yang seharusnya diambil seseorang untuk mempertahankan kehidupan yang menang. Banyak orang sudah melakukan hal-hal yang kita singgung di atas, namun mereka secara konstan takut kalau-kalau Tuhan tidak akan datang kepada mereka, dan mereka kuatir bahwa mereka akan gagal jika Dia tidak datang. Untuk menempuh kehidupan yang menang, kita harus memperhatikan sikap kita. Kita harus dengan iman menyingkirkan semua rasa takut dan mengizinkan Tuhan untuk mengambil alih segalanya. Ketika Tuhan bersama-sama dengan murid-murid di tepi laut, Dia menyuruh murid-murid untuk bertolak ke seberang (Mrk. 4:35). Dia tidak menyuruh mereka untuk pergi ke dasar laut, melainkan ke seberang laut. Akan tetapi murid-murid itu tidak mempercayai perkataan-Nya. Ketika badai muncul, mereka kalap dan sangat ketakutan. Mereka tidak memiliki iman, dan mereka meminta Tuhan untuk melakukan sesuatu. Sering kali, semakin nyaring doa kita, semakin sedikit iman di dalam doa kita itu. Kadang-kadang, semakin kita berdoa dengan sungguh-sungguh, semakin itu menunjukkan bahwa kita tidak memiliki iman. Iman adalah percaya pada firman Tuhan. Tuhan mengatakan bahwa murid-murid akan pergi ke seberang, bukan pergi ke dasar laut. Jika mereka memiliki iman, mereka semua bisa tidur nyenyak. Memiliki iman berarti tidur bersama Tuhan. Jika seseorang tidak memiliki iman, dia tidak bisa tidur bersama Tuhan. Jika seseorang memiliki iman, bahkan jika dia tidak tidur, dia masih bisa pergi ke buritan perahu dan berbicara kepada ombak. Dia bahkan bisa mengejek ombak dengan mengatakan, “Engkau kurang kuat. Engkau kurang ganas.” Orang yang memiliki iman memiliki damai sejahtera; dia memiliki damai sejahtera di dalam dan di luar. Satan tidak bisa mengalahkan orang semacam itu. Jadi, kemenangan adalah percaya pada perkataan Allah dan kekuatan-nya. Sikap dari kehidupan yang menang adalah sepenuhnya damai sejahtera melalui iman.

APA YANG HARUS DILAKUKAN JIKA GAGAL

Setelah seorang beriman sudah menang, dia tidak seharusnya berdosa lagi dalam perkara pekerjaan, perawatan, dan perintah Allah. Akan tetapi, mereka yang sudah melewati pintu gerbang kemenangan mungkin terkejut menemukan diri mereka bisa berdosa lagi. Walaupun jelas bagi mereka bahawa mereka berdosa di masa lalu, mereka bertanya-tanya mengapa mereka masih berdosa setelah mereka seharusnya sudah melewati pintu gerbang kemenangan. Mungkin ada yang bertanya, “Jika seseorang yang sudah menang masih berbuat dosa, lalu apa manfaatnya kemenangan ini baginya?” Ada perbedaan yang besar. Ada tiga perbedaan di antara seorang pemenang dan seorang yang belum menang dalam perkara berbuat dosa. Pertama, sebelum seseorang menang, dosa adalah sesuatu yang wajib dan tidak bisa tidak. Dia tidak memiliki pilihan lain selain berdosa. Ada suatu kekuatan di dalam dirinya yang memaksa dia untuk berbuat dosa. Setelah seseorang menang, situasinya sama sekali berbeda. Dosa itu insidentil, dan dilakukan karena kelalaian atau kecerobohan. Kedua, sebelum seseorang menang, dia melakukan dosa yang sama berulang kali. Dia memiliki apa yang disebut dengan dosa pribadi yang secara khas adalah miliknya. Dia melakukan dosa yang sama terus menerus. Setiap orang hanya memiliki tiga sampai lima macam dosa yang berulang-ulang. Beberapa dosa ini secara konstan menjeratnya. Akan tetapi setelah seseorang menang, situasinya berubah sama sekali. Dia masih berdosa, tapi hanya sekali-sekali. Dosa-dosa yang sering itu tidak lagi mengganggu dia; mereka hanya menyusul dia secara insidentil. Ketiga, sebelum seseorang menang, melanjutkan persekutuan yang jernih bersama Tuhan setelah dia melakukan dosa adalah sulit dan lama. Namun setelah dia menang, dia bisa dengan cepat memulihkan persekutuannya dengan Tuhan jika dia berbuat dosa lagi. Ini adalah dikarenakan dia memiliki iman, dan dia percaya bahwa darah Tuhan bisa membasuh dirinya dari segala macam dosanya (1 Yoh. 1:9). Mereka yang sudah melewati pintu gerbang kemenangan seharusnya mengakui dosa-dosa mereka langsung setelah mereka secara tidak sengaja melakukan suatu dosa, dan mereka seharusnya percaya bahwa Tuhan bisa membasuh mereka dengan darah mustika-Nya. Setelah itu, mereka seharusnya langsung memuji dan bersyukur pada Tuhan, dan menerapkan hayat kemenangan-nya secara berkesinambungan. Jika kita secara tidak sengaja berdosa, kita tidak seharusnya menunda pengakuan kita sampai tiga atau lima hari. Jika kita menundanya, kita akan melakukan lebih banyak dosa.

PERTUMBUHAN HAYAT YANG MENANG

Mungkin ada yang bertanya, “Karena seseorang sudah menang, bagaimana dia bisa berbuat dosa lagi?” Kita harus mengenal apa iman itu. Kehidupan yang menang adalah kehidupan iman. Tuhan ingin supaya kita mengarahkan pandangan kita kepada-Nya setiap saat. Tidak peduli seperti apa keadaan luaran, kita seharusnya percaya pada-Nya. Tuhan ingin mengeluarkan kita dari suatu kehidupan yang berasal dari perasaan ke dalam kehidupan yang berasal dari iman. Dia menginginkan kita untuk terus maju selangkah demi selangkah dengan iman dan dalam kasih karunia. Sekarang kita perlu melihat bagaimana kita bertumbuh dalam hayat yang menang.

Kemenangan adalah sebuah pintu gerbang dan juga sebuah jalan. Pertama, itu adalah sebuah titik balik, dan kemudian sebuah perjalanan. Jika kita melanjutkan menempuh perjalanan ini, tidak akan ada batas bagi masa depan kita. Ada yang bertanya, “Karena Tuhan adalah hayat saya, dan karena dia sudah hidup di dalam saya, bagaimana saya bisa bertumbuh lagi? Apakah Anda mengatakan bahwa hayat ini tidak sempurna? Dan apakah Anda mengatakan bahwa ada keperluan bagi hayat-Nya untuk bertumbuh?” Memang benar bahwa Tuhan tidak berubah; Dia tidak maju atau mundur. Namun kita memiliki kehendak yang bebas, dan kita memiliki intelektual dan emosi kita sendiri. Kemenangan kita adalah mengalahkan dosa-dosa yang kita ketahui, bukan mengalahkan semua dosa yang tidak kita ketahui. Ini adalah seperti konsikrasi kita; kita hanya mengkonsikrasikan hal-hal yang kita ketahui. Ada banyak hal yang tidak kita ketahui, yang hanya bisa kita konsikrasikan secara bertahap. Bahkan konsikrasi pun tidak memiliki standar yang mutlak. Misalnya, saya mungkin tahu bahwa saya tidak memiliki kekuatan di dalam perkara kesabaran. Ketika saya mengkonsikrasikan diri saya, kesabaran Tuhan akan terekspresi melalui diri saya. Mengenai kesabaran itu sendiri, kita tidak bisa memiliki pertumbuhan lagi sebab kesabaran Tuhan itu sempurna. Akan tetapi, pertumbuhan memiliki makna bahwa sebagai tambahan dari kesabaran tersebut, kita bisa mengalami ketulusan. Pertumbuhan berarti perluasan dari ruang lingkup dan pendalaman dari ukuran. Tidak ada pertumbuhan atas kesabaran atau ketulusan itu sendiri sebab ketulusan dan kesabaran adalah Kristus. Akan tetapi, terhadap pengalaman kita akan hal-hal ini, dimungkinkan untuk memiliki perluasan dan pendalaman yang berkesinambungan dalam ruang lingkup dan ukuran. Inilah makna dari pertumbuhan dari hayat yang menang.

Kita telah mengatakan bahwa Tuhan adalah pengudusan kita. Akan tetapi ada sebuah ayat yang mengatakan bahwa kita dikuduskan oleh kebenaran (Yoh. 17:17). Ini berarti kita mungkin saja memiliki dosa yang cukup kita banggakan hari ini dan sama sekali tidak mengganggu hati nurani kita. Kemudian, kita mungkin menemukan dari kebenaran Alkitab bahwa hal tersebut adalah salah. Dengan demikian, kita mengenal satu dosa lagi, dan kita bisa mengakui dosa tersebut. Setelah kebenaran mengungkapkan dosa kita melalui penerangan Allah dan setelah kita mengenal bahwa itu adalah dosa, kita harus membereskannya. Cara untuk membereskannya adalah sama seperti sebelumnya. Kita harus memberi tahu Tuhan, “Aku telah menemukan satu dosa lagi. Terima kasih bahwa aku sekarang mengenal satu dosa lagi dan bisa mengalami lebih banyak kasih karunia dan mengenal lebih banyak tentang hayat yang menang.” Perjanjian Baru mengatakan bahwa kita seharusnya bertumbuh dalam kasih karunia (2 Ptr. 3:18). Apa yang dimaksud dengan bertumbuh dalam kasih karunia? Kasih karunia adalah Allah melakukan hal-hal bagi manusia. Ketika manusia melakukan hal-hal bagi Allah, itu adalah hukum Taurat, sedangkan ketika Allah mengerjakan hal-hal bagi manusia, itu adalah kasih karunia. Bertumbuh dalam kasih karunia adalah mengizinkan Allah untuk melakukan lebih banyak hal bagi kita. Ketika kebenaran menyinari kita, kekurangan-kekurangan kita akan terungkap. Kemudian kasih karunia datang untuk menyuplai kita. Kebenaran adalah Allah mengungkapkan keperluan-keperluan kita, sedangkan kasih karunia adalah Allah menyuplai kita dengan kekuatan. Semakin banyak terang yang kita terima, semakin banyak keperluan yang kita temukan, dan semakin banyak kita menerima dan bertumbuh dalam kasih karunia.

KASIH KARUNIA DAN KEBENARAN

Bagaimana kita menerima kasih karunia? Ada tiga jalan untuk menerima kasih karunia. Yang pertama adalah melalui Alkitab. Semakin banyak kita membaca Alkitab, semakin Alkitab akan memperbesar ukuran kita, dan semakin kita akan mengenal diri kita sendiri. Semakin kita mengenal diri kita sendiri, semakin kita akan merasakan keperluan-keperluan kita, dan semakin kasih karunia akan bertambah. Yang kedua, kita bisa menerima kasih karunia langsung dari Allah. Ketika kita mendengarkan suatu berita, berdoa, atau bersekutu dengan Allah, kita menerima kasih karunia secara langsung dari Dia melalui penerangan-Nya. Yang ketiga, kita bisa menerima kasih karunia melalui bantuan saudara saudari lain. Jika seorang saudara sudah membereskan suatu dosa, dan dosa yang sama menjerat saya, saya bisa menerima bantuan dari saudara tersebut untuk mendapatkan kemenangan. Dengan demikian saya menerima lebih banyak kasih karunia. Kasih karunia yang kita dapatkan terbatas oleh kebenaran yang telah kita terima. Jumlah kasih kaunia yang diterima seseorang menyatakan jumlah kebenaran yang telah dia terima. Semakin seseorang mengenal apa itu dosa, semakin banyak kasih karunia yang akan dia terima.

Sebagai contoh, kita mungkin menemukan dari pembacaan Alkitab bahwa kita seharusnya tidak kuatir tentang apapun juga. Begitu kita memiliki kebenaran ini, kita menyadari bahwa kuatir itu adalah sebuah dosa. Seorang saudari membaca Filipi 4:6, yang menyuruh kita untuk tidak kuatir tentang apapun juga, dan menyimpulkan bahwa itu adalah mustahil. Lalu dia berpikir bahwa ini adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah. Jika Alkitab tidak salah, maka dialah yang salah. Dia membawa perkara ini kepada seorang saudari yang memiliki sembilan orang anak, yang dua diantaranya sudah meninggal. Saudari yang kedua menjawab, “Bagaimana seorang ibu bisa tidak kuatir? Malah, kelihatannya adalah suatu dosa jika seorang ibu tidak kuatir. Kekuatiran saya sudah mengirim dua orang anak ke surga, dan saya masih memiliki tujuh orang anak untuk dikuatirkan.” Saudari yang pertama itu merasa semakin bingung setelah dia mendengarnya. Kemudian, dia diterangi untuk melihat bahwa kuatir itu memang adalah dosa, dan dia berdoa supaya Tuhan mau membuat dia menang atas dosa tersebut. Akhirnya, dia menang. Inilah makna dari kebenaran dan kasih karunia. Kebenaran memberi tahu kita apa dosa itu, dan kasih karunia membuat kita mampu untuk mengalahkan dosa tersebut. Sebelum kita memiliki kebenaran, kita mungkin tidak terlalu memikirkan hal-hal tertentu. Namun setelah kita menerima kebenaran dan diterangi, kita akan mengenal apa dosa itu. Di masa lalu, pulau Kulangsu diserahkan kepada Inggris. Kemudian, semakin banyak laut yang dijadikan tanah, dan wilayah Inggris akhirnya semakin bertambah. Dalam prinsip yang sama, semakin banyak kebenaran, semakin banyak kasih karunia. Kebenaran memperlihatkan kepada kita apa dosa itu, dan ketika kita menerapkan kasih karunia, kita mengalami kemenangan yang penuh atas dosa tersebut.

Seorang saudari memiliki sebuah jam tangan, yang diberikan oleh ibunya saat dia berulang tahun yang kedua puluh. Pada jam tangan tersebut terdapat sebuah salib emas. Dia memakai jam tangan tersebut selama delapan belas tahun. Pada suatu hari dia membaca 1 Timotius 2:9 yang mengatakan bahwa perempuan tidak seharusnya mendandani diri mereka dengan emas. Dia merasa bahwa memiliki perhiasan kecil pada jam tangannya itu tidak apa-apa. Namun pada hari itu Allah menunjuk pada jam tangannya dan memperlihatkan kepadanya bahwa dia harus membereskannya. Dia mulai mengkotbahi Allah dan berdebat bahwa hal sekecil itu tidak masalah, namun pada akhirnya Tuhan yang menang, dan dia membereskan perkara kecil tersebut. Hari ini kita seharusnya berani untuk mencari dosa-dosa kita dan membereskan mereka. Di masa lalu kita mungkin sudah membereskan dosa-dosa yang najis, dosa-dosa luaran, dosa-dosa yang jelas, dan dosa-dosa yang menjijikan. Hari ini kita harus membereskan dosa-dosa yang kecil, halus, batini, dan tersembunyi, yang mempermalukan Allah. Pemberesan-pemberesan ini akan membawa lebih banyak kasih karunia kepada kita untuk mengalami lebih banyak kemenangan di dalam kehidupan sehari-hari kita.

MENERIMA KEBENARAN, MENIKMATI KASIH KARUNIA,

DAN MENGALAMI KEMENANGAN

Apakah Anda memiliki kemajuan di dalam kehidupan sehari-hari Anda atau tidak, bergantung pada apakah Anda sudah melihat kebenaran atau belum. Anda pertama-tama harus menemukan macam-macam dosa yang Anda miliki dan kemudian menemukan bagaimana Tuhan menggenapkan pekerjaan kemenangan di dalam Anda. Seorang misionaris wanita bekerja untuk Misi Pedalaman Cina. Dia berselisih dengan Miss Fischbacher dan sering memfitnah dia secara terbuka. Ketika Miss Fischbacher melaporkan sesuatu, dia akan menyangkalnya. Ketika Miss Fischbacher menyangkal sesuatu, dia akan ngotot mengatakan bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Pernah sekali Miss Fischbacher menulis surat untuk melaporkan pekerjaannya di Cina. Saudari ini berusaha untuk menemukan kepada siapa surat tersebut dikirimkan, dan dia menulis surat kepada orang yang sama untuk menyangkal hal-hal yang dikatakan Miss Fischbacher. Kelihatannya dia habis-habisan berusaha untuk membuktikan kepada orang lain bahwa Miss Fischbacher adalah seorang yang tidak jujur. Setelah berlangsung selama sejangka waktu, Miss Fischbacher tidak kuasa untuk tidak merasa sebal terhadapnya. Kemudian, dia membaca 1 Petrus 1:22, yang mengatakan bahwa kita seharusnya bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati. Sangat mudah bagi manusia untuk mengkotbahi Allah. Dia memberi tahu Tuhan, “Mustahil bagiku untuk mengasihi saudari ini. Bahkan lebih mustahil lagi bagiku untuk mengasihinya dengan segenap hati.” Dia berdoa selama dua minggu tanpa hasil. Dia berpuasa selama satu hari penuh, dan bertekad untuk tidak keluar dari kamarnya sampai dia mengalahkan kepedihan ini. Akan tetapi, dia masih tetap tidak berhasil. Kemudian, dia mengakui bahwa yang terbaik yang bisa dia lakukan adalah tidak membenci saudari ini. Mustahil untuk mengasihinya. Dia berpuasa untuk satu hari lagi, tapi masih tetap tanpa hasil.

Akhirnya, dia menyadari bahwa dia tidak bisa melakukannya oleh dirinya sendiri, dan dia berkata kepada Tuhan, “Aku seharusnya mengasihi saudari ini, tapi aku tidak bisa. Ini adalah dosa. Aku tidak akan melepaskan-Mu kecuali Engkau membuatku mengasihi dia.” Keesokan harinya dia berdoa secara terus menerus selama tiga jam. Pada sekitar jam sembilan pagi, kasih Tuhan memenuhi dia. Kepediahnnya hilang, dan kasih muncul secara tidak terduga. Dia bahkan merasa bahwa dia bersedia untuk mati demi saudari ini. Dia melanjutkan berdoa baginya sepanjang malam. Ketika dia melihat saudari itu keesokan harinya, perasaannya sama sekali berbeda. Setelah satu hari, saudari itu juga berpaling. Kehidupan yang menang memiliki Allah sebagai standarnya. Allah sudah mengatakan banyak hal. Jika kita tidak bisa mentaati apa yang Dia katakan, kita sudah berdosa. Kita hidup di dunia ini hanya sebentar, tapi kita menjumpai terlalu banyak hal selama hidup ini. Di tengah-tengah kehidupan semacam itulah kita mengekspresikan kemenangan Kristus.

Ada tiga orang saudari di Shansi yang bersama-sama menjadi misionaris. Dua dari antara mereka memilih untuk tidak menikah, dan yang ketiga sudah bertunangan. Akan tetapi, justru dialah yang paling tidak bahagia. Dia sering merasa kesepian. Walaupun tunangannya sering menulis surat, dia masih merasa kesepian ketika dia sedang sendirian di kamarnya. Pada suatu hari dia menangis lagi. Dua saudari lainnya datang untuk menghiburnya, mereka berkata, “Mengapa kamu merasa kesepian? Kamu memiliki seorang tunangan yang selalu menulis surat kepadamu! Kamilah yang seharusnya merasa kesepian!” Kemudian, mereka kembali ke kamar mereka masing-masing dan rasa kesepian menyambar mereka juga, dan mereka juga mulai menangis. Sementara mereka merasa kasihan, mereka memikirkan Firman Allah: “Di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mzm. 16:11). Mereka menyadari bahwa perasaan kesepian sebenarnya adalah sebuah dosa. Tuhan mengatakan bahwa di dalam hadirat-Nya ada sukacita yang berlimpah-limpah, namun mereka mengatakan bahwa mereka merasa kesepian. Itu pasti adalah sebuah dosa. Mereka berlutut dan berdoa untuk membereskan dosa tersebut, dan rasa kesepian itupun hilang. Sembilan tahun sudah berlalu, dan mereka tidak pernah merasa kesepian lagi.

Kemenangan adalah bagi Allah untuk mengungkapkan dosa-dosa kita secara berkesinambungan dan bagi kita untuk bertumbuh melalui pengetahuan tersebut. Kita tidak seharusnya takut kalau-kalau orang lain mengungkapkan kesalahan-kesalahan kita. Ini akan memberi kita kesempatan untuk menang. Semakin kita mengenal kebenaran, semakin kita akan mengalami kemenangan Kristus. Saya harap tahun depan, ada yang berdiri untuk mempersaksikan bagaimana kebenaran telah datang kepada mereka dan bagaimana kasih karunia mengikutinya. Ini adalah sesuatu yang sangat mustika. Kita semua seharusnya menerima kebenaran dengan gembira sehingga kasih karunia bisa terus menerus datang kepada kita. Di dalam sidang-sidang, kita perlu lebih banyak berdiri untuk mempersaksikan bagaimana kebenaran tertentu telah menghasilkan suatu efek bagi kita. Kita tidak seharusnya kuatir kalau-kalau orang lain akan mengatakan bahwa kita ini sombong padahal itu adalah pekerjaan Tuhan. Kita hanya menjabarkan pekerjaan Tuhan di dalam kita dan bagaimana Dia telah mendapatkan kemenangan di dalam kita. Dengan melakukan hal ini, mereka yang berada di dalam keadaan yang sama atau yang belum mengalami pemberesan yang tepat seperti kita akan bisa berbagian dalam kasih karunia yang telah kita terima.

Penghidupan yang menang adalah ajaib sebab hayat yang menang adalah ajaib. Tuhan bisa melakukan segala sesuatu di dalam kita. Tidak ada yang tidak bisa Dia kerjakan. Kita tidak perlu takut akan hal apa pun. Kita bisa datang kepada-Nya secara terus menerus. Kita seharusnya mengizinkan Dia untuk menerangai kita dengan kebenaran dan menerima Dia sebagai kemenangan kita. Jika kita berjalan dalam jalan ini, tidak ada sesuatu pun yang tidak bisa kita kerjakan. Setelah setahun, kita akan menyadari bahwa kita sudah lebih menang, dan kita akan semakin mampu untuk mengikuti pimpinan Tuhan dan maju di dalam jalan yang telah dihamparkan di hadapan kita.

No comments:

Post a Comment