BAB DELAPAN BELAS
PENCOBAAN, KEGAGALAN, DAN KEMAJUAN
DALAM HAYAT YANG MENANG
Tanggal: 18 Nopember 1935, jam 9 pagi
Tempat: Chuenchow
Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:16
KEHIDUPAN YANG SEHARUSNYA DITEMPUH SESEORANG
SETELAH MELEWATI PINTU GERBANG KEMENANGAN
Setelah kita melewati pintu gerbang kemenangan, kehidupan sehari-hari kita seharusnya tidak berbeda dari hari pertama kita menang. Setiap pagi kita seharusnya menyerahkan diri kita kepada Tuhan dan mengizinkan Dia untuk menjaga, melindungi, dan menopang kita. Pada saat yang sama, kita seharusnya memenuhi diri kita dengan ucapan syukur dan pujian. Kita harus berkata kepada Tuhan, “Allah, di mata-Mu aku masih tetap lemah dan aku masih tidak bisa melakukan apa-apa. Aku belum berubah. Tapi aku bersyukur pada-Mu, Tuhan, sebab Engkau masih hayatku hari ini. Engkau masih kekudusanku hari ini, dan Engkau masih kemenanganku hari ini. Aku percaya bahwa Engkau akan memperhidupkan hayat-Mu di dalamku sepanjang hari ini. Allah, aku bersyukur dan memuji-Mu sebab segalanya adalah berdasarkan kasih karunia-Mu; Putra-Mu telah menggenapkan segalanya bagiku.” Tidak peduli bagaimanakah perasaan kita, kita harus percaya bahwa Tuhan sedang hidup di dalam kita, dan kita harus berdiri di atas fakta ini. Kita seharusnya sangat jelas bahwa Tuhan ada di dalam kita dan bahwa bukan lagi kita yang hidup, melainkan Tuhan yang hidup di dalam kita.
Setelah kita melewati pintu gerbang kemenangan, kita harus mempertahankan sikap yang tepat. Setiap hari kita harus memberi tahu Tuhan bahwa tidak ada kebaikan di dalam diri kita sendiri, bahwa kita ini masih sama jahatnya seperti dahulu, dan bahwa kita penuh dengan dosa. Oleh diri kita sendiri, kita tidak mampu untuk melakukan apa pun, hanya Tuhan yang mampu. Kapankala kita mengira bahwa kita bisa melakukan sesuatu, Tuhan tidak akan melakukan apa-apa bagi kita, dan kita akan langsung gagal. Kita akan menang hanya jika kita tidak menang oleh diri kita sendiri. Salah satu kidung mengatakan, “Waktu hati agak bangga, nyaris aku terjerembab” (Kid. 423). Ini memang benar. Saudara-saudara, kita harus menyadari bahwa kita ini masih tetap sama; kita tidak berubah sama sekali. Satu-satunya pendirian kita di hadapan Tuhan seharusnya hanyalah mendeklarasikan bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Singkatnya, setelah melewati pintu gerbang kemenangan, kehidupan sehari-hari kita mencakup (1) menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan, (2) mengakui bahwa kita tidak bisa, (3) percaya bahwa Tuhan hidup di dalam kita, dan (4) bersyukur dan memuji Dia.
JALAN UNTUK MENGALAHKAN PENCOBAAN
Hayat yang menang adalah hayat yang mengalahkan pencobaan. Setelah kita menerima hayat yang menang, masih mungkin bagi kita untuk menjumpai pencobaan. Tuhan juga menjumpai pencobaan-pencobaan, namun Dia mengalahkan mereka. Demikian juga, kita tidak bisa menghindari pencobaan, tapi kita bisa mengalahkan mereka. Hari demi hari kita menemui dua macam pencobaan. Jenis yang pertama adalah pencobaan yang muncul mendadak; mereka tidak memberi kita kesempatan untuk memikirkannya. Sebelum kita bisa memikirkan dan mendoakannya, kita sudah berdosa. Pencobaan macam ini tidak terbatas oleh waktu tertentu; mereka muncul kapan saja. Jenis yang kedua adalah pencobaan yang muncul perlahan-lahan. Kita bisa mempertimbangkannya, dan mereka datang sebagai usulan dan proposal yang semakin lama semakin meningkat. Jenis yang satu tidak memberi waktu kepada seseorang untuk berpikir, sedangkan jenis yang satunya lagi memberi waktu bagi seseorang untuk memikirkannya. Kita mungkin mengira bahwa pencobaan yang memberi kita waktu untuk berpikir itu mudah untuk ditaklukkan, dan bahwa pencobaan yang tidak memberi kesempatan untuk berpikir adalah sulit untuk ditaklukkan. Sebenarnya, kita bisa mengalahkan kedua jenis pencobaan ini.
Jalan untuk Membereskan Pencobaan yang Mendadak
Tidak ada waktu untuk bersiap-siap untuk pencobaan-pencobaan yang mendadak dan bersifat instan ini. Oleh karena itu, kita tidak bisa membereskan mereka secara seketika. Jauh sebelum pencobaan semacam ini muncul, kita harus mempersiapkan pertahanan kita. Di dalam peperangan di antara dua bangsa, mereka tidak bisa bersiap-siap untuk berperang hanya setelah musuh sudah mulai menyerang. Mereka harus mempersiapkan garis pertahanan jauh sebelumnya dan meminta penyelamatan Tuhan sebelum waktunya. Setiap pagi, kita harus berdoa kepada Tuhan dan meminta Dia untuk melepaskan kita dari pencobaan-pencobaan yang mendadak. Kita harus meminta Dia untuk melepaskan kita dari pencobaan-pencobaan yang tidak memberi kesempatan kepada kita untuk berpikir. Seringkali seseorang berdosa dikarenakan dia belum memasang alarm sebelumnya. Tentu saja, Tuhan kadang-kadang mengizinkan pencobaan untuk menimpa kita secara mendadak. Ketika pencobaan semacam itu muncul, apakah yang harus kita lakukan? Kita harus ingat bahwa iman adalah perisai (Ef. 6:16). Iman itu bukan tang. Banyak orang memakai iman seolah-olah iman itu adalah tang; mereka mencoba untuk mencungkil panah-panah yang telah menusuk tubuh. Akan tetapi iman tidak berfungsi sebagai tang. Iman adalah sebuah perisai. Iman adalah sesuatu yang diletakkan di antara diri kita dan Satan. Ketika panah-panah itu datang, mereka menghantam perisai dan terpental. Kita tidak memasang perisai di belakang kita. Jika perisai ada di belakang kita, akan sulit baginya untuk melindungi kita dari panah-panah.
Setiap pagi kita harus meninggikan iman ini di hadapan Allah. Baru Anda akan bertahan dari pencobaan tanpa menyadarinya. Sangat sedikit orang Kristen yang tahu apakah perisai iman itu. Kita memerlukan perisai iman bahkan sebelum pencobaan datang. Jika hal pertama yang Anda lakukan di pagi hari adalah percaya, Anda sedang meninggikan perisai iman, dan panah-panah dari Satan akan rontok. Jika Anda meninggikan iman Anda seperti ini untuk menahan musuh hari demi hari, Anda akan menemukan pada suatu hari—hari yang mulia—bahwa banyak panah telah rontok.
Roma 1-2 adalah mengenai dosa manusia, sedangkan Roma 4-5:15 adalah mengenai keselamatan Allah. Roma 5:12 memberi tahu kita bahwa kita berdosa karena kita berbagian dalam hayat Adam. Itulah sebabnya mengapa kita berdosa tanpa perlu berusaha. Tidak perlu bagi kita untuk mengerahkan usaha untuk marah-marah. Begitu kita terprovokasi, kita marah. Tidak perlu bagi kita untuk menetapkan untuk berbuat dosa, sebab kita berbagian dalam hayat yang sama dengan Adam, yaitu hayat yang penuh dosa. Roma 5:15 mengatakan, “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang banyak orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi anugerah Allah dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya atas banyak orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Di masa lampau, manusia lama kita diikatkan kepada Adam, tapi hari ini Tuhan telah membuat kita menjadi satu dengan Kristus. Di masa lalu, kita berdosa tanpa menyadarinya sama sekali, namun hari ini kita bisa bersabar, rendah hati, dan mengasihi tanpa menyadarinya. Ini membuktikan realitas dari persatuan kita dengan Tuhan. Sama seperti kita berdosa secara spontan dan tanpa usaha ketika kita berada di dalam Adam, demikian juga kita bisa menang secara spontan dan tanpa usaha ketika kita berada dalam Kristus dan diikatkan dengan-Nya. Di dalam jalan ini, hayat Kristus diperhidupkan dari diri kita. Kita akan tercengang pada keunggulan dan kekuatan dari hayat Tuhan. Jika kita percaya, hayat Kristus akan dimanifestasikan di dalam kita hari demi hari.
Membereskan Pencobaan yang Meningkat secara Bertahap
Pencobaan jenis kedua bersifat bertahap dan semakin meningkat. Satan memberi kita usulan secara bertahap dan sedikit demi sedikit. Pencobaan-pencobaan ini bersifat semakin meningkat. Tidak perlu meminta tenaga kepada Tuhan untuk mengalahkan pencobaan semacam ini. Cara yang terbaik untuk mengalahkannya adalah dengan berdiri di atas dasar seorang berdosa begitu mereka muncul. Kita seharusnya mengambil pendirian sebagai seorang pasien yang mencari dokternya dan yang menyerahkan seluruh dirinya kepada dokter tersebut. Kita seharusnya berbicara kepada Tuhan seperti seorang pasien: “Pikiran dan pemikiranku cenderung mengarah pada dosa. Aku mudah marah. Aku tidak bisa menolak apapun juga. Aku tidak ada harapan. Aku minta supaya Engkau menolaknya bagiku.” Kita harus mengambil pendirian bahwa kita sudah mati bersama Tuhan. Satan mungkin datang dengan berbagai macam pencobaan, namun prinsipnya adalah sama. Dia tidak perlu membuat kita berbuat dosa secara langsung. Sasaran dari pencobaannya adalah untuk menghasut kita supaya kita bertindak oleh diri kita sendiri. Posisi kita adalah di dalam Kristus; ini adalah satu-satunya tempat yang aman. Jika kita tetap tinggal di dalam posisi ini dan mengizinkan Tuhan untuk melakukan segalanya, Satan tidak akan mampu untuk melakukan apa-apa kepada kita. Akan tetapi, begitu kita bergerak, bahkan dalam hal-hal seperti berdoa, meminta Tuhan untuk menguatkan kita untuk menahan pencobaan tersebut, atau membuat ketetapan untuk tidak berbuat dosa, kita akan menemukan bahwa Satan mengungguli kita dan mengalahkan kita sebab kita telah keluar dari daerah aman.
SIKAP DARI KEHIDUPAN YANG MENANG
Bagian di atas mencakup langkah-langkah yang seharusnya diambil seseorang untuk menempuh kehidupan di belakang pintu gerbang kemenangan. Sekarang kita harus mengenal sikap yang seharusnya diambil seseorang untuk mempertahankan kehidupan yang menang. Banyak orang sudah melakukan hal-hal yang kita singgung di atas, namun mereka secara konstan takut kalau-kalau Tuhan tidak akan datang kepada mereka, dan mereka kuatir bahwa mereka akan gagal jika Dia tidak datang. Untuk menempuh kehidupan yang menang, kita harus memperhatikan sikap kita. Kita harus dengan iman menyingkirkan semua rasa takut dan mengizinkan Tuhan untuk mengambil alih segalanya. Ketika Tuhan bersama-sama dengan murid-murid di tepi laut, Dia menyuruh murid-murid untuk bertolak ke seberang (Mrk. 4:35). Dia tidak menyuruh mereka untuk pergi ke dasar laut, melainkan ke seberang laut. Akan tetapi murid-murid itu tidak mempercayai perkataan-Nya. Ketika badai muncul, mereka kalap dan sangat ketakutan. Mereka tidak memiliki iman, dan mereka meminta Tuhan untuk melakukan sesuatu. Sering kali, semakin nyaring doa kita, semakin sedikit iman di dalam doa kita itu. Kadang-kadang, semakin kita berdoa dengan sungguh-sungguh, semakin itu menunjukkan bahwa kita tidak memiliki iman. Iman adalah percaya pada firman Tuhan. Tuhan mengatakan bahwa murid-murid akan pergi ke seberang, bukan pergi ke dasar laut. Jika mereka memiliki iman, mereka semua bisa tidur nyenyak. Memiliki iman berarti tidur bersama Tuhan. Jika seseorang tidak memiliki iman, dia tidak bisa tidur bersama Tuhan. Jika seseorang memiliki iman, bahkan jika dia tidak tidur, dia masih bisa pergi ke buritan perahu dan berbicara kepada ombak. Dia bahkan bisa mengejek ombak dengan mengatakan, “Engkau kurang kuat. Engkau kurang ganas.” Orang yang memiliki iman memiliki damai sejahtera; dia memiliki damai sejahtera di dalam dan di luar. Satan tidak bisa mengalahkan orang semacam itu. Jadi, kemenangan adalah percaya pada perkataan Allah dan kekuatan-nya. Sikap dari kehidupan yang menang adalah sepenuhnya damai sejahtera melalui iman.
APA YANG HARUS DILAKUKAN JIKA GAGAL
Setelah seorang beriman sudah menang, dia tidak seharusnya berdosa lagi dalam perkara pekerjaan, perawatan, dan perintah Allah. Akan tetapi, mereka yang sudah melewati pintu gerbang kemenangan mungkin terkejut menemukan diri mereka bisa berdosa lagi. Walaupun jelas bagi mereka bahawa mereka berdosa di masa lalu, mereka bertanya-tanya mengapa mereka masih berdosa setelah mereka seharusnya sudah melewati pintu gerbang kemenangan. Mungkin ada yang bertanya, “Jika seseorang yang sudah menang masih berbuat dosa, lalu apa manfaatnya kemenangan ini baginya?”
PERTUMBUHAN HAYAT YANG MENANG
Mungkin ada yang bertanya, “Karena seseorang sudah menang, bagaimana dia bisa berbuat dosa lagi?” Kita harus mengenal apa iman itu. Kehidupan yang menang adalah kehidupan iman. Tuhan ingin supaya kita mengarahkan pandangan kita kepada-Nya setiap saat. Tidak peduli seperti apa keadaan luaran, kita seharusnya percaya pada-Nya. Tuhan ingin mengeluarkan kita dari suatu kehidupan yang berasal dari perasaan ke dalam kehidupan yang berasal dari iman. Dia menginginkan kita untuk terus maju selangkah demi selangkah dengan iman dan dalam kasih karunia. Sekarang kita perlu melihat bagaimana kita bertumbuh dalam hayat yang menang.
Kemenangan adalah sebuah pintu gerbang dan juga sebuah jalan. Pertama, itu adalah sebuah titik balik, dan kemudian sebuah perjalanan. Jika kita melanjutkan menempuh perjalanan ini, tidak akan ada batas bagi masa depan kita.
Kita telah mengatakan bahwa Tuhan adalah pengudusan kita. Akan tetapi ada sebuah ayat yang mengatakan bahwa kita dikuduskan oleh kebenaran (Yoh. 17:17). Ini berarti kita mungkin saja memiliki dosa yang cukup kita banggakan hari ini dan sama sekali tidak mengganggu hati nurani kita. Kemudian, kita mungkin menemukan dari kebenaran Alkitab bahwa hal tersebut adalah salah. Dengan demikian, kita mengenal satu dosa lagi, dan kita bisa mengakui dosa tersebut. Setelah kebenaran mengungkapkan dosa kita melalui penerangan Allah dan setelah kita mengenal bahwa itu adalah dosa, kita harus membereskannya. Cara untuk membereskannya adalah sama seperti sebelumnya. Kita harus memberi tahu Tuhan, “Aku telah menemukan satu dosa lagi. Terima kasih bahwa aku sekarang mengenal satu dosa lagi dan bisa mengalami lebih banyak kasih karunia dan mengenal lebih banyak tentang hayat yang menang.” Perjanjian Baru mengatakan bahwa kita seharusnya bertumbuh dalam kasih karunia (2 Ptr. 3:18). Apa yang dimaksud dengan bertumbuh dalam kasih karunia? Kasih karunia adalah Allah melakukan hal-hal bagi manusia. Ketika manusia melakukan hal-hal bagi Allah, itu adalah hukum Taurat, sedangkan ketika Allah mengerjakan hal-hal bagi manusia, itu adalah kasih karunia. Bertumbuh dalam kasih karunia adalah mengizinkan Allah untuk melakukan lebih banyak hal bagi kita. Ketika kebenaran menyinari kita, kekurangan-kekurangan kita akan terungkap. Kemudian kasih karunia datang untuk menyuplai kita. Kebenaran adalah Allah mengungkapkan keperluan-keperluan kita, sedangkan kasih karunia adalah Allah menyuplai kita dengan kekuatan. Semakin banyak terang yang kita terima, semakin banyak keperluan yang kita temukan, dan semakin banyak kita menerima dan bertumbuh dalam kasih karunia.
KASIH KARUNIA DAN KEBENARAN
Bagaimana kita menerima kasih karunia?
Sebagai contoh, kita mungkin menemukan dari pembacaan Alkitab bahwa kita seharusnya tidak kuatir tentang apapun juga. Begitu kita memiliki kebenaran ini, kita menyadari bahwa kuatir itu adalah sebuah dosa. Seorang saudari membaca Filipi 4:6, yang menyuruh kita untuk tidak kuatir tentang apapun juga, dan menyimpulkan bahwa itu adalah mustahil. Lalu dia berpikir bahwa ini adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah. Jika Alkitab tidak salah, maka dialah yang salah. Dia membawa perkara ini kepada seorang saudari yang memiliki sembilan orang anak, yang dua diantaranya sudah meninggal. Saudari yang kedua menjawab, “Bagaimana seorang ibu bisa tidak kuatir? Malah, kelihatannya adalah suatu dosa jika seorang ibu tidak kuatir. Kekuatiran saya sudah mengirim dua orang anak ke surga, dan saya masih memiliki tujuh orang anak untuk dikuatirkan.” Saudari yang pertama itu merasa semakin bingung setelah dia mendengarnya. Kemudian, dia diterangi untuk melihat bahwa kuatir itu memang adalah dosa, dan dia berdoa supaya Tuhan mau membuat dia menang atas dosa tersebut. Akhirnya, dia menang. Inilah makna dari kebenaran dan kasih karunia. Kebenaran memberi tahu kita apa dosa itu, dan kasih karunia membuat kita mampu untuk mengalahkan dosa tersebut. Sebelum kita memiliki kebenaran, kita mungkin tidak terlalu memikirkan hal-hal tertentu. Namun setelah kita menerima kebenaran dan diterangi, kita akan mengenal apa dosa itu. Di masa lalu, pulau Kulangsu diserahkan kepada Inggris. Kemudian, semakin banyak laut yang dijadikan tanah, dan wilayah Inggris akhirnya semakin bertambah. Dalam prinsip yang sama, semakin banyak kebenaran, semakin banyak kasih karunia. Kebenaran memperlihatkan kepada kita apa dosa itu, dan ketika kita menerapkan kasih karunia, kita mengalami kemenangan yang penuh atas dosa tersebut.
Seorang saudari memiliki sebuah jam tangan, yang diberikan oleh ibunya saat dia berulang tahun yang kedua puluh. Pada jam tangan tersebut terdapat sebuah salib emas. Dia memakai jam tangan tersebut selama delapan belas tahun. Pada suatu hari dia membaca 1 Timotius 2:9 yang mengatakan bahwa perempuan tidak seharusnya mendandani diri mereka dengan emas. Dia merasa bahwa memiliki perhiasan kecil pada jam tangannya itu tidak apa-apa. Namun pada hari itu Allah menunjuk pada jam tangannya dan memperlihatkan kepadanya bahwa dia harus membereskannya. Dia mulai mengkotbahi Allah dan berdebat bahwa hal sekecil itu tidak masalah, namun pada akhirnya Tuhan yang menang, dan dia membereskan perkara kecil tersebut. Hari ini kita seharusnya berani untuk mencari dosa-dosa kita dan membereskan mereka. Di masa lalu kita mungkin sudah membereskan dosa-dosa yang najis, dosa-dosa luaran, dosa-dosa yang jelas, dan dosa-dosa yang menjijikan. Hari ini kita harus membereskan dosa-dosa yang kecil, halus, batini, dan tersembunyi, yang mempermalukan Allah. Pemberesan-pemberesan ini akan membawa lebih banyak kasih karunia kepada kita untuk mengalami lebih banyak kemenangan di dalam kehidupan sehari-hari kita.
MENERIMA KEBENARAN, MENIKMATI KASIH KARUNIA,
DAN MENGALAMI KEMENANGAN
Apakah Anda memiliki kemajuan di dalam kehidupan sehari-hari Anda atau tidak, bergantung pada apakah Anda sudah melihat kebenaran atau belum. Anda pertama-tama harus menemukan macam-macam dosa yang Anda miliki dan kemudian menemukan bagaimana Tuhan menggenapkan pekerjaan kemenangan di dalam Anda. Seorang misionaris wanita bekerja untuk Misi Pedalaman Cina. Dia berselisih dengan Miss Fischbacher dan sering memfitnah dia secara terbuka. Ketika Miss Fischbacher melaporkan sesuatu, dia akan menyangkalnya. Ketika Miss Fischbacher menyangkal sesuatu, dia akan ngotot mengatakan bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Pernah sekali Miss Fischbacher menulis
Akhirnya, dia menyadari bahwa dia tidak bisa melakukannya oleh dirinya sendiri, dan dia berkata kepada Tuhan, “Aku seharusnya mengasihi saudari ini, tapi aku tidak bisa. Ini adalah dosa. Aku tidak akan melepaskan-Mu kecuali Engkau membuatku mengasihi dia.” Keesokan harinya dia berdoa secara terus menerus selama tiga jam. Pada sekitar jam sembilan pagi, kasih Tuhan memenuhi dia. Kepediahnnya hilang, dan kasih muncul secara tidak terduga. Dia bahkan merasa bahwa dia bersedia untuk mati demi saudari ini. Dia melanjutkan berdoa baginya sepanjang malam. Ketika dia melihat saudari itu keesokan harinya, perasaannya sama sekali berbeda. Setelah satu hari, saudari itu juga berpaling. Kehidupan yang menang memiliki Allah sebagai standarnya. Allah sudah mengatakan banyak hal. Jika kita tidak bisa mentaati apa yang Dia katakan, kita sudah berdosa. Kita hidup di dunia ini hanya sebentar, tapi kita menjumpai terlalu banyak hal selama hidup ini. Di tengah-tengah kehidupan semacam itulah kita mengekspresikan kemenangan Kristus.
Kemenangan adalah bagi Allah untuk mengungkapkan dosa-dosa kita secara berkesinambungan dan bagi kita untuk bertumbuh melalui pengetahuan tersebut. Kita tidak seharusnya takut kalau-kalau orang lain mengungkapkan kesalahan-kesalahan kita. Ini akan memberi kita kesempatan untuk menang. Semakin kita mengenal kebenaran, semakin kita akan mengalami kemenangan Kristus. Saya harap tahun depan, ada yang berdiri untuk mempersaksikan bagaimana kebenaran telah datang kepada mereka dan bagaimana kasih karunia mengikutinya. Ini adalah sesuatu yang sangat mustika. Kita semua seharusnya menerima kebenaran dengan gembira sehingga kasih karunia bisa terus menerus datang kepada kita. Di dalam sidang-sidang, kita perlu lebih banyak berdiri untuk mempersaksikan bagaimana kebenaran tertentu telah menghasilkan suatu efek bagi kita. Kita tidak seharusnya kuatir kalau-kalau orang lain akan mengatakan bahwa kita ini sombong padahal itu adalah pekerjaan Tuhan. Kita hanya menjabarkan pekerjaan Tuhan di dalam kita dan bagaimana Dia telah mendapatkan kemenangan di dalam kita. Dengan melakukan hal ini, mereka yang berada di dalam keadaan yang sama atau yang belum mengalami pemberesan yang tepat seperti kita akan bisa berbagian dalam kasih karunia yang telah kita terima.
Penghidupan yang menang adalah ajaib sebab hayat yang menang adalah ajaib. Tuhan bisa melakukan segala sesuatu di dalam kita. Tidak ada yang tidak bisa Dia kerjakan. Kita tidak perlu takut akan hal apa pun. Kita bisa datang kepada-Nya secara terus menerus. Kita seharusnya mengizinkan Dia untuk menerangai kita dengan kebenaran dan menerima Dia sebagai kemenangan kita. Jika kita berjalan dalam jalan ini, tidak ada sesuatu pun yang tidak bisa kita kerjakan. Setelah setahun, kita akan menyadari bahwa kita sudah lebih menang, dan kita akan semakin mampu untuk mengikuti pimpinan Tuhan dan maju di dalam jalan yang telah dihamparkan di hadapan kita.
No comments:
Post a Comment