Monday, August 15, 2011

Watchman Nee, Vol 41-31


BAB DUA PULUH SEMBILAN

PEMBICARAAN

(2)

Tanggal: 21 Nopember 1935, sore

Tempat: Chuenchow

KARUNIA DAN MINISTRI

Ministri-ministri bagi Ministri-ministri

Efesus 4:11-12 membicarakan empat atau lima macam karunia. Mereka adalah para rasul, nabi, penginjil, gembala ,dan pengajar. Sasaran dari karunia-karunia ini adalah “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan.” Kelima karunia ini adalah bertujuan untuk menyempurnakan orang-orang kudus untuk berpartisipasi di dalam ministri-ministri mereka. Ministri-ministri kaum beriman itu bermacam-macam sifatnya, sedangkan kelima karunia ini spesifik—mereka bertujuan untuk membantu kaum beriman menunaikan ministri-ministri mereka. Karunia-karunia ini adalah ministri-ministri bagi ministri-ministri kaum beriman. Mereka itu seperti bank dari bank-bank, atau bank pusat. Setiap bank menjalankan bisnisnya masing-masing. Sebagai tambahan, bank pusat membantu untuk menjembatani transaksi-transaksi yang terjadi di antara berbagai bank tersebut. Kelima ministri ini juga adalah seperti guru dari guru-guru perguruan tinggi. Sasaran mereka adalah untuk menghasilkan guru-guru. Jadi, mereka bisa disebut guru-guru dari guru-guru.

Tugas dari berbagai macam ministri adalah untuk menyempurnakan orang-orang kudus kepada pekerjaan ministri. Jadi, mereka adalah ministri-ministri dari ministri-ministri. Mereka yang membantu orang lain dalam cara ini seharusnya memiliki sedikitnya salah satu dari kelima karunia tersebut, atau mereka bisa memiliki kelima karunia tersebut. Jika seseorang tidak memiliki apa pun dari kelima karunia tersebut, dia tidak bisa berbagian dalam ministri-ministri dari ministri-ministri sebab dia tidak bisa menyempurnakan orang lain ke dalam ministri-ministri mereka. Tentu saja, seorang beriman yang biasa-biasa bisa melakukan pekerjaan dari kelima karunia itu bahkan ketika dia tidak memiliki panggilan Allah. Hasil dari pekerjaannya sama dengan pekerjaan dari mereka yang memiliki panggilan bagi ministri-ministri tersebut.

Matius 25 memberi tahu kita bahwa Tuhan mendistribusikan talenta-talenta kepada hamba-hamba. Ada yang mendapatkan lima talenta, ada yang mendapatkan dua talenta, dan ada yang mendapatkan satu talenta. Setiap hamba memiliki sedikitnya satu talenta. Menurut pendistribusian talenta itu, kita bisa menyimpulkan bahwa sebagian hamba menandakan mereka yang memiliki karunia-karunia yang biasa-biasa, sedangkan hamba-hamba lainnya menandakan mereka yang memiliki karunia-karunia yang khusus. Mereka yang menerima satu talenta menerima karunia yang biasa, sedangkan mereka yang menerima dua atau lima talenta menerima karunia yang spesial. “Bernubuat” dan “mengajar” di dalam Roma 12:6 dan 7 mengacu kepada karunia-karunia para nabi dan pengajar di dalam Efesus 4:11. Karunia kerasulan di dalam Efesus 4 tidak hanya mengacu pada mereka yang sudah bertatap muka dengan Tuhan secara jasmani.

Sendi-sendi Penyuplai

Semua karunia di dalam gereja yang tidak termasuk ke dalam kelima macam karunia yang dibicarakan di dalam Efesus 4 seharusnya menundukkan diri kepada karunia-karunia tersebut. Dengan demikian, tidak ada yang akan menyombongkan diri atau menjadi bangga melalui karunianya. Efesus 4:13 mengatakan, “Sampai kita semua telah mencapai.” Ini membuktikan bahwa pekerjaan dari kelima ministri tadi telah berjalan secara berkesinambungan. Pekerjaan ini akan terus berjalan sampai kita semua mencapai kesatuan iman, pengetahuan yang penuh tentang Putra Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Itu akan terus berlangsung sampai kita semua diikatkan kepada Kepala, Kristus. Ini berarti hari ini kita masih memiliki rasul-rasul. Kondisi di Efesus 4:13-15 membuktikan bahwa kelima karunia itu masih tersedia dan masih eksis. Ayat 16 bebicara mengenai “setiap sendi suplai yang kaya.” Organ-organ fisiologis manusia bisa dibagi menjadi dua kategori. Kategori yang pertama adalah organ-organ pemakan yang memakan energi, seperti tangan dan kaki. Kategori yang kedua adalah organ-organ penyuplai, seperti mulut, telinga, dan mata; mereka menerima benda-benda dari luar tubuh. Kelima karunia yang disebutkan di atas adalah sendi-sendi penyuplai. Di hadapan Allah, kita harus berusaha untuk menyuplai anggota-anggota lain. Ketika orang lain tersuplai, kita juga menerima manfaatnya. Akan tetapi jika kita bukan salah satu dari karunia-karunia itu, kita tidak ada memiliki apa-apa untuk disuplaikan kepada orang lain. Jika demikian keadaannya, lebih baik kita menerima suplaian dari orang-orang yang berkarunia.

Jelas mengenai Ministri Masing-masing

Satu Korintus 12:28-30 berbicara mengenai sembilan macam karunia. Tiga karunia yang pertama adalah para rasul, nabi, dan pengajar. Ketiga karunia ini adalah karunia-karunia yang primer (utama). Setelah itu tercatat enam karunia sekunder. Ketiga karunia yang pertama termasuk di dalam Efesus 4; mereka adalah karunia-karunia yang khusus. Enam karunia lainnya adalah karunia-karunia yang bersifat mujizat. Di sepanjang sejarah gereja, banyak karunia-karunia mujizat kadang-kadang berhenti di dalam operasi mereka. Akan tetapi, kelima karunia di dalam Efesus 4 belum pernah berhenti di dalam operasi mereka. Melalui kelima karunia ini, gereja telah dibangunkan. Lima karunia ini adalah karunia-karunia yang khusus, sedangkan yang lainnya adalah karunia-karunia yang biasa-biasa.

Sekarang kita harus bertanya: Siapakah yang memiliki kelima karunia ini? Kita semua harus membereskan pertanyaan ini di hadapan Tuhan. Jika kita adalah salah satu dari kelima karunia tersebut, kita harus bertanya: Apakah ministri pribadi saya? Kita harus bertanya sebab ministri kita secara intim berhubungan dengan orang-orang lain. Jika kita tidak jelas mengenai ministri kita, kita akan menendang kaki orang lain ketika kita bergerak ke depan, dan kita akan menginjak jari orang lain ketika kita membalikkan badan. Ministri yang telah Allah tugaskan kepada setiap orang dari pekerja-pekerja-Nya memiliki ruang lingkupnya masing-masing. Kita hanya bisa bekerja di dalam ruang lingkup yang telah Tuhan tugaskan untuk pekerjaan kita. Apapun ruang lingkup dari ministri kita, kita harus bekerja di dalam ruang lingkup tersebut. Tentu saja, kadang-kadang ada pengecualian, dimana kita bisa bekerja di luar ruang lingkup kita.

Ministri masing-masing orang berhubungan dengan ministri-ministri orang lain. Untuk hubungan tertentu kita perlu memimpin, sedangkan untuk hubungan lainnya kita perlu tunduk. Begitu kita jelas mengenai ruang lingkup kita, kita seharusnya bekerja di dalam ruang lingkup kita sendiri. Kalau tidak, kita akan beradu dengan orang lain. Mereka yang tidak memiliki ministri seharusnya berhati-hati dan bersabar. Mereka seharusnya menunggu Allah dan tidak bertindak sembarangan. Perselisihan di antara para sekerja biasanya adalah perselisihan mengenai ministri-ministri, bukan perselisihan mengenai karunia-karunia. Misalnya seseorang adalah pekerja beton, namun dia memaksa untuk melakukan pekerjaan tukang kayu. Dia mungkin menginginkan bagian orang lain, namun dia tetap tidak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan orang lain. Semua ministri ditetapkan oleh Tuhan, dan semua karunia didistribusikan oleh Roh. Seharusnya terdapat suatu koordinasi yang harmonis di antara para pekerja dan gereja-gereja. Di satu pihak, para pekerja tidak seharusnya mempersulit gereja-gereja. Di lain pihak, gereja-gereja tidak seharusnya menghambat pekerjaan para pekerja. Sasaran dari gereja-gereja seharusnya adalah pertambahan dari pekerjaan. Jadi, saudara-saudara pewajib di dalam gereja-gereja lokal tidak seharusnya menghalang-halangi pekerjaan dari ministri atau pekerjaan dari para pekerja.

Mengarahkan Ministri-ministri

Alkitab memisahkan para pekerja dari gereja-gereja. Pekerja para pekerja berada di pundak para rasul, sedangkan tanggung jawab dari gereja-gereja berada di pundak para penatua. Para rasul adalah bagi semua gereja, sedangkan para penatua adalah untuk satu gereja. Petrus adalah seorang rasul dan juga adalah seorang penatua. Dia adalah seorang rasul bagi semua gereja, tapi pada saat yang sama, dia adalah seorang penatua di Yerusalem. Di satu pihak, dia melayani di dalam gereja lokal sebagai seorang penatua. Di lain pihak, dia bekerja di antara gereja-gereja sebagai seorang rasul. Baik ministri-ministri lokal maupun ministri-ministri para pekerja, keduanya adalah ministri-ministri, yang di dalam bahasa aslinya adalah diaconia, yang juga diterjemahkan sebagai diaken. Ketika sebuah sidang dimulai untuk pertama kalinya, mungkin belum ada saudara-saudara yang pantas untuk bertindak sebagai para pewajib. Beberapa di antara mereka mungkin untuk sementara waktu harus mengambil beberapa tanggung jawab. Pada suatu titik, ketika jumlahnya semakin besar, orang-orang yang lebih layak dibandingkan mereka yang sementara tadi mungkin sudah ternyatakan. Orang-orang yang sementara tadi seharusnya mengalah dan menyerahkan pekerjaan mereka kepada saudara-saudara yang memiliki lebih banyak karunia yang termanifestasi. Seorang saudara pewajib dari suatu gereja seharusnya bukan hanya berkarunia, melainkan seharusnya juga memiliki nama yang baik, dipenuhi Roh, dan penuh dengan hikmat.

Perjanjian Baru memperlihatkan kepada kita bahwa orang-orang yang berlainan memiliki ministri-ministri yang berlainan. Apolos memiliki ministri, dan Silas memiliki ministri. Apolos, Silas, Timotius, Efaproditus, Titus, Markus, dan Lukas, semuanya memiliki ministri mereka masing-masing. Paulus bisa mengarahkan sebagian dari mereka, namun dia tidak bisa mengarahkan semuanya. Dalam perkara mengarahkan orang lain, yang mengarahkan dan yang diarahkan harus sama-sama menyetujui hubungan tersebut. Kita tidak bisa bertindak sebagai denominasi, dimana kekuasaan organisasi melebihi para minister. Apapun yang diarahkan organisasi kepada para minister, mereka harus mematuhinya. Akan tetapi, ini bukan cara Allah. Allah ingin melihat saling tunduk di antara orang-orang yang berkarunia. Otoritas yang sejati muncul dari pekerjaan salib yang dalam. Mereka yang mengarahkan orang lain harus juga merupakan seseorang yang bisa diarahkan oleh orang lain. Paulus juga tidak terkecuali. Dia mengutus Timotius dan Titus, namun dia juga tunduk kepada pengutusan para saudara. Jika seorang beriman memiliki masalah dalam tunduk kepada orang lain, kita harus pertama-tama bertanya apakah persekutuannya dengan Allah telah terputus. Tidak ada maknanya jika kita setuju akan cara-cara tertentu. Jika kita tunduk, kita harus tunduk dari hati kita. Allah damba untuk melihat kita saling menundukkan diri.

Tunduk kepada Otoritas

Ada yang mengira bahwa lepas dari denominasi adalah sama dengan bebas dari otoritas. Sebenarnya, merdeka dari denominasi hanya membebaskan kita dari otoritas manusia. Kita masih berada di bawah otoritas Tuhan. Di dalam kehidupan dan pekerjaan kita sehari-hari, Allah telah menunjuk banyak wakil otoritas supaya kita belajar tunduk. Jika seseorang mengatakan bahwa dia tidak bisa menemukan otoritas yang kepadanya dia bisa tunduk, pasti ada sesuatu yang salah dengan orang itu. Ketika sebuah keluarga berkumpul, kita pasti menemukan segala macam otoritas. Orang tua adalah otoritas bagi anak-anak, kakek-nenek adalah otoritas bagi orang tua, dan kakak adalah otoritas bagi adik. Ketika kita berada di rumah, kita harus tunduk kepada otoritas. Ketika kita berada di luar rumah, polisi di jalanan adalah otoritas kita, dan kita harus tunduk kepada mereka. Kita tidak bisa menggulingkan otoritas mereka hanya karena kita tidak mau tunduk kepada mereka.

Jika seorang saudara pewajib dari sebuah jemaat ingin mengetahui apakah dia seharusnya menjadi seorang pewajib, cara yang paling baik adalah dengan bertanya kepada orang-orang lain apakah mereka merasa bahwa dia seharusnya menjadi seorang pewajib. Saudara-saudara lain tidak perlu bersikap politis. Jika seorang saudara pewajib melakukan pekerjaan yang baik, dia bisa melanjutkannya. Kalau tidak, dia seharusnya mundur.

Doa Otoritas

Ketika terjadi sesuatu di dalam jemaat yang di luar kendali manusia, gereja seharusnya menggunakan otoritasnya untuk berdoa dan meminta Tuhan untuk campur tangan. Jika suatu pekerjaan di dalam sebuah lokalitas dilaksanakan sesuai kehendak Tuhan, takhta-Nya akan mendukung dan berada di belakang pekerjaan tersebut. Ini adalah seperti Kedutaan Besar Inggris di Cina. Kedutaan Besar ada di sini untuk mewakili Inggris, dan duta besar menjalankan pergerakan dari takhta Inggris. Jika seseorang membunuh duta besar, itu adalah penghinaan kepada seluruh Inggris. Demikian juga, jika suatu jemaat di dalam sebuah lokalitas adalah suatu perwakilan dan kesaksian dari Tuhan, otoritas-Nya akan berada di belakang jemaat tersebut. Jika diperlukan, para pewajib seharusnya menggunakan otoritas Tuhan untuk menghentikan semua elemen yang mengganggu.

Kita harus membantu orang-orang untuk mengenal bahwa gereja tempat adalah di mana otoritas Allah berada hari ini. Gereja adalah tempat di mana takhta Allah didirikan. Setiap orang yang datang kepada gereja seharusnya mengenal otoritas gereja. Para pekerja adalah perwakilan Tuhan, dan mereka memiliki otoritas Tuhan di dalam diri mereka. Satu Tesalonika 5:12 dan Ibrani 13:7 dan 17 mengindikasikan bahwa para pekerja seharusnya menerima upah ganda dan bahwa orang lain seharusnya tunduk kepada mereka. Kita harus membacakan ayat ini terus menerus kepada saudara-saudara. Kita seharusnya membuat mereka tahu bahwa terdapat otoritas di dalam gereja, dan bahwa kita seharusnya taat dan menghormati otoritas tersebut.

Poin-poin Lainnya

Seorang saudara, yang adalah seorang tukang batu, pada suatu kali di dalam sebuah sidang, berdiri dan meminta semua orang untuk membaca Yohanes 17. Dia melakukannya sebab dia menyukai Yohanes 17. Begitu dia berbicara, George Muller berdiri dan berkata, “Saya bisa membacakan ayat ini untuk semua orang.” Ketika dia mengatakan hal tersebut, semua orang berhenti. Walaupun semua orang bisa berbicara di dalam suatu sidang, tidak semua orang yang berbicara bisa merawat orang lain.

Prinsip bernubuat adalah mengutarakan apa yang menjamah batin seseorang. Terlebih lagi, kata-kata yang diucapkan haruslah untuk membangun orang lain. Prinsip berbahasa lidah adalah berbicara ketika seseorang terjamah, namun tidak merawat orang lain. Jika seseorang terjamah di dalam hatinya, dia bertindak di dalam prinsip berbahasa lidah jika perkataannya tidak menjamah orang lain. Firman di dalam 1 Korintus 14:2-9 sangat penting. Dia mengatakan bahwa jika seseorang terjamah oleh sesuatu, apa yang menjamahnya itu haruslah juga menjamah orang lain. Hanya dengan demikian barulah dia bisa berbicara di dalam sidang, sebab hanya dengan demikian barulah perkataannya membangun gereja. Jika sesuatu tidak membangun orang lain, kita tidak seharusnya berbicara. Ini adalah prinsip mendasar dari berbicara di dalam sidang-sidang.


Watchman Nee, Vol 41-30


BAB DUA PULUH DELAPAN

KARUNIA-KARUNIA, MINISTRI-MINISTRI,

DAN OPERASI-OPERASI

Tanggal: 21 Nopember 1935, siang

Tempat: Chuenchow

Pembacaan Alkitab: Kis.6:2-4

KARUNIA-KARUNIA, MINISTRI-MINISTRI,

DAN OPERASI-OPERASI

Satu Korintus 12:4-6 mengatakan, “Ada berbagai karunia, tetapi satu Roh. Ada berbagai pelayanan, tetapi satu Tuhan. Ada pula berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah yang sama juga yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.” Tiga hal disinggung di sini: karunia, ministri (pelayanan), dan operasi (perbuatan ajaib). Karunia berasal dari Roh, operasi berasal dari Allah, dan ministri berasal dari Tuhan. Ketiga hal ini berhubungan dengan Allah Tritunggal. Di masa lalu, banyak orang memberi perhatian hanya kepada karunia-karunia dan mengabaikan ministri-ministri dan operasi-operasi. Kita harus memahami kedudukan dari ministri dan operasi sebelum kita bisa memahami nilai dari karunia-karunia dan operasi dari karunia-karunia ini. Karunia menghasilkan ministri, dan ministri menghasilkan operasi.

Karunia adalah keahlian seseorang. Ministri adalah pekerjaan dari seseorang, dan operasi atau fungsi adalah hasil dari pekerjaan seseorang. Misalnya, di dalam perusahaan konstruksi, mungkin terdapat tukang beton, tukang batu, dan tukang kayu. Ketiga tukang itu masing-masing memiliki keahliannya tersendiri. Sebenarnya, di antara tukang kayu pun ada berbagai keahlian yang berbeda-beda. Ada yang baik dalam mengerjakan lantai, dan yang lainnya spesialis dalam membuat jendela atau pintu. Berbagai keahlian yang berlainan ini adalah seperti berbagai karunia yang disinggung di dalam Alkitab. Setiap pelayan Allah memiliki keahlian tertentu yang berasal dari karunianya. Karunia diberikan oleh Roh Kudus. Ada berbagai karunia, tetapi satu Roh. Setiap orang memiliki karunianya sendiri, namun semua karunia ini harus berada di bawah kendali Roh (ay. 11).

Roh Kudus tidak membagikan berbagai karunia kepada manusia supaya manusia bekerja sendiri. Dia menyalurkan karunia menurut suatu rencana tertentu. Kita menerima karunia dari Roh dengan tujuan untuk berpartisipasi di dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu sesuai dengan penugasan Tuhan. Pekerjaan yang kita terima dari Tuhan menjadi ministri kita. Ini adalah seperti mengatakan bahwa perusahaan konstruksi sedang membangun rumah-rumah di banyak tempat, dan banyak orang ditugaskan ke berbagai tempat. Ada yang ahli dalam mengerjakan lantai, dan mandornya akan menugaskan mereka untuk mengerjakan lantai. Yang lainnya ahli dalam membuat pintu, dan mandor akan menugaskan mereka ke berbagai tempat untuk membuat pintu. Mereka masih berada di bawah pengarahan mandor. Semua orang yang ditugaskan, memiliki keahlian mereka sendiri, yang adalah karunia mereka. Pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka adalah ministri mereka. Keahlian manusia adalah karunianya, sedangkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya adalah ministrinya. Hasil akhirnya bukanlah untuk keuntungan pribadi seseorang melainkan bagi pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan oleh mandor untuk mereka capai.

Apakah perbedaan antara pekerjaan Paulus dan pekerjaan Apolos? Paulus menanam dan Apolos menyiram, dan Allah yang menumbuhkan (1 Kor. 3:6). Inilah operasi. Paulus dan Apolos masing-masing memiliki keahlian dan kecakapan, dan Tuhan menugaskan mereka suatu pekerjaan menurut kecakapan dan keahlian mereka. Berdasarkan penugasan mereka yang berbeda, mereka akhirnya memiliki ministri yang berbeda. Jika Anda memiliki keahlian, maka Anda memiliki karunia. Ketika Anda melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada Anda oleh ahli bangunan, Anda memiliki ministri. Hasil akhir dari pekerjaan-pekerjaan dari semua ministri adalah operasi-operasi.

Hari ini kita semua harus bertanya kepada Tuhan, karunia apa yang telah kita terima dari-Nya dan apakah ministri kita. Jika kita sudah menerima karunia dan ministri, kita seharusnya meminta kepada Tuhan untuk mengeluarkan operasi kita. Di alam semesta ini, Allah memiliki suatu operasi yang besar. Bagaimana Dia bisa menggenapkan operasi yang besar ini? Dia menggenapkannya melalui Roh Kudus. Roh mendistribusikan karunia, dan Allah mengarahkan semua orang untuk memakai karunia-karunia tersebut bagi penggenapan sasaran-Nya. Tanggung jawab kita adalah bekerja dengan setia di dalam ministri-ministri yang ditugaskan oleh Tuhan sesuai dengan karunia-karunia yang telah kita terima. Kita tidak perlu kuatir dengan fungsi kita, karena kita tidak bisa melakukan apa pun bagi mereka. Itu adalah urusan Allah.

Satu Korintus 12 meletakkan karunia bersama-sama dengan Roh, ministri dengan Tuhan, dan operasi dengan Allah. Ini mewahyukan bahwa karunia berasal dari Roh Kudus, ministri ditugaskan oleh Tuhan, dan operasi direalisasikan melalui Allah. Paulus bisa menanam dan Apolos bisa menyiram, namun Allahlah yang menumbuhkan. Paulus memiliki ministri menanam, dan Apolos memiliki ministri menyiram. Akan tetapi, walaupun ada penanaman dan penyiraman, Allah masih harus memberi pertumbuhan. Ini sama sekali berbeda dari pekerjaan meletakkan ubin lantai atau membuat jendela dan pintu.

PEMBAGIAN KARUNIA-KARUNIA DAN MINISTRI-MINISTRI

Alkitab membagi karunia-karunia ke dalam dua kategori. Berdasarkan kedua kategori ini, terdapat dua macam ministri. Kategori yang pertama mencakup karunia-karunia yang membuat seseorang mampu untuk bekerja bagi Tuhan, dan kategori yang kedua mencakup karunia-karunia yang membuat seseorang mampu untuk memikul tanggung jawab lokal. Semua karunia dan ministri adalah termasuk ke dalam salah satu dari kedua kategori tersebut. Setiap orang memiliki ministrinya sendiri dari Tuhan. Mereka yang bekerja bagi Tuhan memberikan diri mereka sepenuh waktu untuk melakukan pekerjaan Allah., sedangkan mereka yang memikul tanggung jawab lokal menangani urusan-urusan praktis. Bahkan seorang saudara atau saudari yang biasa-biasa saja memiliki ministri. Kisah Para Rasul 6 menyinggung perbedaan antara kedua macam ministri ini. Ada dua macam pekerjaan di dalam gereja—yang satu adalah rohani dan yang satunya lagi adalah jasmani. Yang pertama berhubungan dengan hal-hal rohani seperi ministri doa rasul dan pemberitaan firman. Yang kedua berhubungan dengan urusan-urusan bisnis seperti ministri Stefanus dalam melayani meja.

JELAS MENGENAI MINISTRI SENDIRI

Di sini saya harus mengatakan suatu perkataan yang keras kepada para sekerja. Anda semua harus jelas mengenai ministri Anda sendiri. Sebelum Anda menemukan apakah ministri Anda yang spesifik, Anda seharusnya menemukan termasuk kategori manakah ministri Anda itu. Apakah Anda termasuk ke dalam ministri yang menyisihkan diri sendiri bagi pekerjaan Tuhan, ataukah Anda termasuk ke dalam ministri yang memikul tanggung jawab lokal? Apakah Anda seharusnya memberikan diri Anda kepada doa dan pemberitaan firman? Atau apakah Anda seharusnya melayani meja? Apakah ministri Anda rohani atau jasmani? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang besar. Petrus mengatakan bahwa mereka akan memberikan diri mereka kepada doa dan ministri firman; ini adalah ministri rohani. Kemudian, mereka menunjuk tujuh diaken untuk menangani sisi bisnis dari pekerjaan.

Kita harus jelas mengenai ke dalam kategori ministri manakah Tuhan memanggil kita sebelum kita bisa menanyakan ministri spesifik yang kita miliki. Ini berlaku bagi semua saudara penanggung jawab di dalam semua lokalitas. Mereka harus jelas mengenai ministri yang Allah tugaskan kepada mereka. Jika Anda tidak jelas mengenai hal ini, Anda tidak akan mungkin mengetahui apakah ministri pribadi Anda. Berapa banyak di antara kita yang benar-benar jelas mengenai ministri yang ke dalamnya Allah telah memanggil kita? Kita harus berdoa dengan hati-hati di hadapan Tuhan. Kita semua memiliki ministri kita masing-masing. Kategori dari pelayanan kita dan fungsi pribadi kita di hadapan Tuhan bergantung kepada panggilan-Nya.

Jika Anda jelas bahwa Tuhan telah memanggil Anda kepada ministri doa dan pemberitaan firman, Anda harus berjerih lelah untuk mencapai sasaran ini. Jika Anda tidak jelas, Anda seharusnya tinggal di dalam kategori ministri yang satunya lagi. Di denominasi-denominasi, banyak penginjil tidak tinggal di dalam ministri yang telah Allah tetapkan kepada mereka. Jika Tuhan belum menugaskan Anda kepada ministri doa dan pemberitaan firman, Anda tidak pernah boleh meletakkan diri Anda ke dalamnya dengan kekuatan daging Anda. Tuhan hanya akan menyuplai ministri-ministri yang telah ditunjuknya sendiri. Dia hanya akan memberkati mereka yang tinggal di dalam ministri yang telah ditetapkan-Nya. Jika Anda tidak tinggal di dalam ministri yang telah ditetapkan Allah, Dia tidak akan menyuplai atau memberkati Anda. Ini bukan berarti hanya mereka yang berada di dalam ministri doa dan pemberitaan firman yang bisa berdoa atau memberitakan firman. Stefanus tidak berada di dalam ministri doa dan pemberitaan firman, akan tetapi dia melakukan pekerjaan ministri doa dan pemberitaan firman ke mana saja dia pergi. Yang penting adalah jelas mengenai ministri Anda sendiri dan tinggal di dalam ministri ini.

Jika seseorang mengira bahwa dia memiliki ministri doa dan pemberitaan firman, dan jika dia menetapkan untuk menginjil dan bekerja, Alkitab tidak melarang aktivitasnya. Di dalam Filipi 1 Paulus mengatakan bahwa dia bersukacita selama Kristus diberitakan dengan maksud apapun (ay. 18). Tentu saja, kita tidak bisa menyebut orang-orang semacam itu sebagai sekerja kita atau menumpangkan tangan ke atas mereka. Saudara-saudara pewajib lokal seharusnya melarang orang-orang yang belum pernah menerima penumpangan tangan untuk menginjil di dalam sidang-sidang lokal mereka. Tentu saja, sampai taraf tertentu, mereka seharusnya diizinkan untuk bekerja, namun mereka tidak seharusnya dibiarkan untuk menjadi terlalu aktif.

Apabila kita tidak bisa memutuskan untuk menumpangkan tangan kepada seseorang, kita bisa menundanya dan menunggu persetujuan Tuhan atas pekerjaannya sebelum kita menumpangkan tangan ke atasnya. Jika Tuhan tidak memperlihatkan persetujuan yang jelas, kita seharusnya dengan jujur berkata kepadanya, “Maaf, saudara-saudara tidak bisa menumpangkan tangan ke atas diri Anda.”

Watchman Nee, Vol 41-28


BAB DUA PULUH ENAM

TIDAK MENGUASAI DIRI DEMI ALLAH

Tanggal: 20 Nopember 1935, malam

Tempat: Chuenchow

MENGUASAI DIRI DEMI MANUSIA DAN

TIDAK MENGUASAI DIRI DEMI ALLAH

(BEING SOBER-MINDED FOR MEN AND

BEING BESIDE OURSELVES TO GOD)

Tuhan kita dan juga Paulus dituduh sebagai orang gila ketika mereka berada di bumi (Mrk. 3:21; Kis. 26:24). Semua orang yang mengikuti Tuhan dengan setia kemungkinan akan menerima sebutan yang sama. Baiklah saya menanyakan satu pertanyaan: Walaupun Anda menguasai diri di hadapan manusia, apakah Anda tidak menguasai diri demi Allah? Jika Anda belum pernah tidak menguasai diri demi Allah, Anda baru setengah Kristen. Seorang Kristen seharusnya seperti Paulus, yang menguasai diri di hadapan manusia, tapi tidak menguasai diri demi Allah (2 Kor. 5:13).

Bagi seorang Kristen untuk tidak menguasai diri bukan berarti bahwa dia tidak menguasai diri dengan ketidak-warasan. Melainkan, dia tidak menguasai diri secara tepat. Tidak menguasai diri seperti ini tidak membuat seseorang bodoh dalam tindakan dan perkataan; ini adalah tidak menguasai diri demi Allah. Orang semacam ini sangat jelas dalam tindakan dan perkataannya. Dia menguasai diri di hadapan manusia, namun tidak menguasai diri demi Allah. Alkitab memberi tahu kita bahwa Tuhan dan juga kaum beriman dianggap gila oleh orang lain. Orang-orang mungkin merasa kasihan terhadap Paulus. Dia itu terpelajar, cakap, dan mampu untuk melakukan banyak hal. Namun dia memilih untuk mengikuti seseorang dari Nazaret yang seharusnya sudah mati, dan dia memberitakan bahwa Dia ini sudah bangkit dari kematian. Akan tetapi, Allah berkenan terhadap Paulus sebab Paulus adalah seseorang yang tidak menguasai diri demi Allah. Hanya orang-orang yang semacam itu yang bisa bekerja bagi Tuhan. Hari ini Tuhan sedang mencari sekelompok orang yang tidak menguasai diri bagi pekerjaan Allah. Jika tidak ada sekelompok orang yang sedemikian, pekerjaan Tuhan tidak akan menghasilkan apa-apa. Tuhan sedang mencari sekelompok orang yang menguasai diri di hadapan manusia tapi tidak menguasai diri demi Allah. Dia hanya bisa memakai orang-orang semacam itu, dan hanya orang-orang semacam itu yang bisa menggenapkan kehendak Allah dan memuliakan nama-Nya. Berapa banyak orang hari ini di dalam gereja yang tidak menguasai diri demi Allah? Semakin banyak orang-orang yang tidak menguasai diri di dalam gereja, akan semakin cemerlang masa depan gereja. Gereja benar-benar memerlukan sekelompok orang yang tidak menguasai diri.

TIDAK MENGUASAI DIRI DALAM MEMBERITAKAN INJIL

Orang macam apakah yang tidak menguasai diri demi Allah di dalam Alkitab? Seperti apakah mereka itu? Jenis orang yang tidak menguasai diri adalah mereka yang memberitakan kebangkitan Tuhan dari kematian. Mereka bertekad untuk mati jika diperlukan. Apapun keadaan yang mereka hadapi, apakah kematian, pemenjaraan, ataupun pemukulan, mereka bertekad untuk berbicara mengenai kebangkitan Yesus Kristus. Orang lain mungkin berpikir, “Jika orang lain tidak mau mendengarkan, mengapa kita harus repot-repot berbicara? Tidakkah kita seharusnya melakukan sesuatu yang lebih tepat dan biasa?” Pada saat itu, Kekaisaran Romawi adalah kekaisaran yang paling besar di bumi, dan di mana-mana dia menganiaya mereka yang disebut orang-orang Galilea. Akan tetapi, injil telah menyebar ke seluruh Yudea pada tahun 30 sampai 40 Masehi, dan menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi pada tahun 80 Masehi. Orang-orang Roma tidak bisa melakukan apa-apa terhadap sekelompok orang Galilea ini. Mereka tidak berhikmat. Mereka hanyalah orang-orang desa, namun injil menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi melalui orang-orang “bodoh” ini. Haleluya! Sekelompok orang “bodoh” ini, yang tidak menguasai diri, yang tidak mengasihi diri mereka sendiri, yang tidak mempedulikan diri mereka sendiri, dan yang tidak di dalam diri mereka sendiri, telah menghasilkan gereja. Tuhan sering memilih orang-orang yang gila di mata manusia. Namun Tuhan memakai mereka secara besar-besaran. Di mata manusia, semua hamba Tuhan yang besar adalah orang gila. Ketika Paulus dibawa ke hadapan para penguasa dan raja, dia tidak takut. Dia mulai berbicara kepada mereka. Dia sudah berbicara kepada orang-orang di luar. Sekarang dia berbicara kepada orang-orang di dalam. Syukur pada Tuhan. Melaui orang semacam itulah gereja dimulai, dan melalui merekalah gereja terus berlanjut sampai hari ini. Tapi, adakah orang semacam itu hari ini? Allah tidak menginginkan orang-orang yang takut akan banyak hal. Dia menginginkan orang-orang yang tidak menguasai diri demi Dia. Hari ini Allah sedang memanggil orang-orang yang akan tidak menguasai diri.

Pada suatu waktu pemerintahan Romawi melakukan segala upaya untuk menganiaya orang-orang Kristen. Akan tetapi, hasil dari penganiayaan ini adalah perkembang-biakan gereja. Yakobus dibunuh, tapi orang-orang Kristen terus berbicara. Gereja di Yerusalem dianiaya, dan murid-murid melarikan diri, akan tapi mereka memberitakan Tuhan Yesus ke mana saja mereka pergi (Kis. 8:1-4). Betapa berbedanya situasi hari ini dibandingkan hari-hari tersebut! Hari ini kita tidak mendapatkan penganiayan apa pun dari Kekaisaran Romawi, namun kita juga tidak memiliki orang-orang yang tidak menguasai diri bagi injil. Hari ini gereja memerlukan orang-orang yang tidak menguasai diri, seperti orang-orang di dalam kitab Kisah Para Rasul. Gereja memerlukan orang-orang yang tidak malu, yang tidak tahu malu, dan yang hanya tahu untuk mempertaruhkan nyawa mereka dan segala mereka untuk memberitakan Tuhan.

Kita melihat dari kitab Kisah Para Rasul bahwa banyak murid tidak menguasai diri. Sejarah gereja juga memperlihatkan kepada kita bahwa banyak pengikut setia Tuhan tidak menguasai diri. Mereka dipakai oleh Tuhan untuk memberitakan injil dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Tidak pernah ada kekurangan akan orang-orang semacam ini di seluruh jaman. Di Amerika Utara ada seorang penginjil yang brilian yang bernama David Brainerd, yang pergi untuk memberitakan injil kepada orang-orang Indian pada masa mudanya. Dia mempertaruhkan nyawanya bagi injil. Dalam lima tahun, dia sudah menempuh lebih dari tiga ribu mil di atas kuda bagi injil. Dia meninggal dikarenakan kelelahan pada usia tiga puluh tahun, namun dia meninggalkan buah yang tidak terhitung banyaknya.

Henry Martyn ingin pergi ke India untuk memberitakan injil. Sebelum dia berangkat, dokter memeriksa dia dan mengatakan, “Kesehatan Anda terlalu jelek. Jika Anda pindah ke India, Anda mungkin tidak bisa menyesuaikan diri dengan cuaca di sana, dan Anda mungkin tidak akan bisa hidup lama.” Dia menjawab, “Menurut opini Anda, berapa tahun yang saya miliki?” Dokter itu berkata, “Paling lama tujuh tahun.” Ketika Henry Martyn mendengar hal itu, dia sangat gembira, dan dia berkata, “Saya memiliki tujuh tahun lagi untuk melakukan banyak pekerjaan yang baik!” Pada tahun 1806 dia berangkat ke India. Setelah menginjil di Persia pada tahun 1811, dia mencoba untuk pulang melalui Asia Kecil. Akan tetapi pada tahun 1812 dia meninggal karena sakit di kota Tokat, Turki.

Seorang perempuan memiliki enam orang putera, yang mana lima orang dari mereka pergi ke India demi injil dan meninggal di sana. Ketika orang lain menanyakan apa yang akan dia lakukan terhadap anaknya yang keenam, perempuan itu menjawab bahwa dia juga akan mengkonsikrasikannya bagi pengabaran injil.

Di Cina, Allah telah membangkitkan sejumlah orang yang telah mempertaruhkan nyawa mereka semua untuk memberitakan injil. Kita menemukan orang-orang semacam itu di Foochow, di Chefoo, dan di banyak tempat lainnya.

TIDAK MENGUASAI DIRI DALAM PERSEMBAHAN

Alkitab juga memberi tahu kita mengenai banyak orang yang tidak menguasai diri dalam mempersembahkan harta dan rumah mereka. Kisah Para Rasul 4 menyinggung murid-murid menjual segala milik mereka dan meletakkan uang yang telah mereka dapatkan di kaki para rasul (ay. 34). Banyak orang setuju bahwa kita harus bergairah, namun mereka mengatakan bahwa kita harus berhati-hati, seimbang, dan jangan ekstrim. Namun, di sepanjang dua ribu tahun terakhir ini, semua orang yang telah dengan sungguh-sungguh mengkonsikrasikan diri mereka kepada Tuhan adalah orang-orang yang mempertaruhkan segala sesuatu untuk mempersembahkan diri mereka sendiri. Semakin seseorang mengasihi Tuhan, semakin dia berkonsikrasi. Seorang saudara bertanya kepada saya, “Bagaimana Anda bisa demikian mengasihi Tuhan, dan mengapa saya tidak bisa mengasihi Tuhan sebanyak itu?” Saya mengatakan, “Jika Anda memberikan uang Anda kepada Tuhan, Anda akan mengasihi Dia. Tuhan mengatakan bahwa di mana hartamu berada, di situ jugalah hatimu berada.” Jika Anda ingin supaya hati Anda mengikuti Tuhan, uang Anda harus terlebih dahulu pergi kepada Tuhan. Ketika uang Anda masuk ke dalam peti persembahan, dan Anda mengatakan, “Amin,” hati Anda akan pergi bersamanya.

Di Shanghai, dua orang saudari yang bekerja sebagai perawat, masing-masing menerima kurang dari seratus dolar perbulannya. Mereka menabung gaji mereka di bank. Setelah mereka mendengar perkataan Tuhan, mereka tergerak di dalam hati mereka, dan seorang demi seorang mempersembahkan seluruh tabungan mereka.

Hari ini banyak orang merencanakan terlalu banyak hal bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak bersedia untuk mempersembahkan segala milik mereka. Mereka mencadangkan sesuatu bagi diri mereka sendiri. Hasilnya adalah injil kehilangan daya dobrak. Selama setiap kebangunan yang besar di dalam sejarah, kita menemukan orang-orang yang tidak menguasai diri dalam mengasihi Tuhan, yang mempertaruhkan segalanya untuk mempersembahkan diri mereka. Saya bukan sedang menganjuri Anda untuk memberikan segala sesuatu kepada Tuhan, namun Anda harus menjadi seseorang yang sepenuhnya terkonsikrasi kepada Tuhan.

Pada suatu kali seorang saudari tua datang kepada George Muller dan berkata, “Ulang tahunku yang ketujuh puluh tahun sudah mendekat. Pada saat itu saya akan sudah menabung sejumlah uang yang cukup untuk membeli baju hangat. Ini sudah menjadi harapan saya selama bertahun-tahun. Saya sudah menabung sejak saya berusia empat puluh dua tahun, dan saya sudah menantikan hari dimana saya akan memiliki baju hangat seperti itu. Saya sudah menunggu selama dua puluh delapan tahun. Hari ini akhirnya saya bisa membelinya. Akan tetapi, Tuhan menjamah saya untuk mempersembahkan kelima belas pound ini.” Ketika Tn. Muller mendengar hal ini, dia merasa bahwa harga yang dikeluarkan saudari tua tersebut terlalu besar, dan dia bertanya-tanya kalau-kalau saudari tua itu akan menyesalinya kelak. Dia tidak berani untuk menerima uang tersebut. Namun saudari itu cukup pasti dan ngotot untuk mempersembahkannya. Di kemudian hari, Tn Muller mempersaksikan bahwa dia dulu mengira bahwa sulit bagi orang-orang miskin untuk mengasihi Tuhan. Namun Tuhan telah mati bagi semua orang, dan ketika seseorang dijamah oleh Tuhan, bahkan tabungan selama dua puluh delapan tahun pun tidak berarti apa-apa lagi baginya.

Beberapa tahun yang lalu saya bekerja di Asia Tenggara selama empat bulan. Pada akhir kunjungan saya, kami mengadakan sebuah sidang. Setelah sidang tersebut, dua orang anak datang kepada saya ketika kami sedang minum teh. Yang satu berusia delapan tahun, dan yang satunya lagi dua belas tahun. Mereka memberi tahu saya bahwa mereka ingin mempersembahkan sesuatu. Yang satu menyerahkan enam dolar, dan yang satunya lagi menyerahkan delapan dolar. Ini adalah jumlah yang telah mereka dapatkan dari hasil bekerja selama liburan musim panas. Mereka bermaksud untuk menggunakan uang tersebut untuk membeli sepatu, akan tetapi pada hari ini mereka memutuskan untuk mempersembahkannya kepada Tuhan. Saya tidak tahu apakah mereka jelas mengenai apa yang sedang mereka lakukan, dan saya bertanya kepada paman mereka apakah mereka benar-benar mempersembahkan uang tersebut. Dia memberi tahu saya bahwa mereka benar-benar serius. Sulit bagi saya untuk menerima uang tersebut. Uang tersebut adalah uang hasil jerih payah anak-anak itu. Mereka telah membayar harga yang tinggi untuk mendapatkannya. Karena mereka akan mempersembahkannya kepada Tuhan, saya tidak bisa mengembalikannya kepada mereka. Saya harus menerimanya, tapi saya berkata kepada Tuhan, “Uang ini berasal dari keringat dan darah anak-anak. Jika saya tidak memakainya dengan benar, saya akan berdosa di hadapan-Mu.”

Hari ini kita menginginkan semua orang muda untuk mempersembahkan waktu mereka kepada Tuhan. Pada saat yang sama, kita menginginkan mereka untuk mempersembahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Sebagian mungkin harus memberikan diri mereka untuk mencari uang bagi Tuhan. Orang-orang semacam itu harus berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan uang dan mempersembahkannya. (Tentunya, kita harus mencari uang kita melalui sarana yang benar.) Sebagian mungkin harus mempersembahkan diri mereka untuk melayani Tuhan sepenuh waktu. Kita memerlukan kedua macam orang ini. Bukankah injil perlu diberitakan di banyak tempat? Bukankah gereja mengambil jalan yang benar? Jika injil tidak perlu diberitakan, dan jika gereja berada di jalan yang salah, kita bisa menahan uang kita dan menyimpannya untuk keperluan kita sendiri. Tapi jika injil perlu diberitakan, dan jika gereja berada di jalan yang benar, kita harus tidak menguasai diri demi Tuhan. Pekerjaan Allah di Cina tidak seharusnya terbatas hanya pada wilayah pesisir atau hanya pada propinsi kwangtung dan Kwangsi. Ada wilayah-wilayah yang luas di pedalaman Cina yang belum pernah mendengar injil. Kita harus bangkit dan tidak menguasai diri. Kita harus tidak menguasai diri dalam mengabarkan injil dan dalam mempersembahkan segala kita.

TIDAK MENGUASAI DIRI DALAM MENDERITA

Tidak saja kita harus tidak menguasai diri dalam memberitakan injil dan dalam mempersembahkan segala kita, kita juga harus tidak menguasai diri dalam menderita. Stefanus dirajam sampai mati. Paulus dan Silas dipenjara bagi Tuhan. Akan tetapi, kitab Kisah Para Rasul memperlihatkan kepada kita bahwa murid-murid bersukacita, walaupun mereka sedang menderita. Setelah mereka dibebaskan, mereka tidak dipermalukan melainkan semakin berkembang. Mereka benar-benar tidak menguasai diri demi Tuhan. Tidak ada yang terlalu besar, terlalu sulit, atau terlalu sukar bagi mereka ketika dikerjakan demi Tuhan.

Ketika Polycarp, seorang uskup dari Smirna yang berusia delapan puluh enam tahun, dimasukkan ke dalam penjara, para eksekutornya tidak tega melihat dia dibunuh. Mereka mencoba untuk bersikap lunak terhadapnya dan hanya meminta dia untuk mengatakan, “Saya tidak mengenal Yesus dari Nazaret,” sehingga mereka bisa membebaskan dia. Namun dia menjawab, “Saya tidak bisa menyangkal Dia. Saya sudah melayani-Nya selama delapan puluh enam tahun. Selama delapan puluh enam tahun tersebut, Dia tidak pernah menyangkal saya. Bagaimana saya sekarang bisa mengasihi tubuh saya dan menyangkal Dia?” Mereka mengikat dia pada kayusula. Ketika bagian bawah tubuhnya terbakar, dia masih bisa berbicara, dan dia berkata, “Syukur pada Allah bahwa saya memiliki kesempatan untuk dibakar di sini pada hari ini. Syukur pada Allah bahwa saya bisa bersaksi bagi Dia dengan hidup saya.” Dia benar-benar tidak menguasai diri dalam menderita.

Seorang saudari dianiaya demi Tuhan. Di tengah-tengah penderitaannya, mereka yang menganiayanya memberi tahu dia bahwa jika dia mau menyembah patung Artemis, mereka akan melepaskannya. Namun dia berkata, “Apakah saya harus memilih Kristus, atau memilih Artemis? Sejak hari yang pertama saya sudah memilih Kristus. Jika Anda meminta saya untuk memilih lagi, saya masih tetap memilih Dia.” Akhirnya dia dibunuh. Dua orang saudari lainnya yang masih hidup berkata, “Banyak anak Allah telah ditangkap dan mati martir. Mengapa kita masih di sini?” Kemudian, mereka juga dimasukkan ke dalam penjara. Mereka melihat banyak orang dimasukkan ke dalam arena dan diumpankan kepada binatang-binatang buas, tapi tidak ada seorangpun dari mereka yang merasa menyesal. Kedua saudari itu berkata, “Banyak orang sudah bersaksi dengan darah mereka. Mengapa kita hanya bisa bersaksi dengan mulut kita?” Salah satu dari kedua saudari itu sudah menikah, dan yang satunya lagi sudah bertunangan. Orang tua, suami, dan tunangan mereka datang dan memohon supaya mereka berubah. Mereka bahkan membawa anak dari saudari yang sudah menikah itu untuk memohon kepadanya supaya menyangkal Tuhan. Akan tetapi saudari itu mengatakan, “Apa yang bisa kalian berikan kepada kami sebagai ganti Kristus?” Pada akhirnya mereka juga diumpankan kepada singa. Sementara mereka sedang berjalan menuju kematian mereka, mereka menyanyi, dan mereka tidak berhenti menyanyi sampai tubuh mereka dicabik-cabik oleh singa.

Di dalam bukunya, The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemerosotan dan Kejatuhan Kekaisaran Romawi), Edward Gibson berbicara mengenai seorang pejabat di dalam pasukan Romawi yang mengirim surat kepada Kaisar bahwa jika mereka melemparkan semua orang Kristen di dalam Kekaisaran Romawi kepada singa, maka semua penduduk akan habis. Pada saat itu, orang-orang Kristen di dalam Kekaisaran Romawi tidak bersaksi dengan mulut mereka. Mereka bersaksi dengan darah mereka. Begitu seorang dari mereka mati martir, banyak orang Kristen akan dihasilkan. Mereka tidak takut mati. Walaupun mereka dianiaya dengan kejam, mereka masih mampu untuk bersaksi dengan kuat bagi Tuhan. Ketika orang-orang melihat mereka satu persatu dibunuh, orang-orang berpikir bahwa mereka itu gila! Akan tetapi, inilah kuat kuasa injil. Hari ini Tuhan sedang memanggil orang-orang untuk meninggalkan diri mereka sendiri untuk menjadi martir bagi Tuhan. Tuhan sekarang sedang bertanya, “Di manakah mereka yang tidak menguasai diri?” Bisakah Anda menjawab, “Aku di sini, Aku mutlak bagi-Mu?”

Watchman Nee, Vol 41-27


BAB DUA PULUH LIMA

PEMBICARAAN (1)

Tanggal: 20 Nopember 1935, jam 3 sore

Tempat: Chuenchow

MEREKA YANG SUDAH MENERIMA PENCURAHAN ROH

Setelah Anda menerima pencurahan Roh, Anda harus mengendalikan roh Anda setiap hari. Allah bukan Allah kekacauan, melainkan Allah damai sejahtera. Anda harus mematuhi Allah dan pada saat yang sama tidak membiarkan roh Anda tidak terperiksa. Anda harus bertanggung jawab atas perkara ini dan jangan pernah membiarkan roh Anda tidak terperiksa. Pencurahan Roh bukan untuk hiburan Anda. Jika Anda tidak memerlukannya, jangan memintanya. Ada seorang saudara di Chefoo yang menerima pencurahan Roh. Kemudian, ketika dia sedang duduk makan, dia akan mengalami pencurahan lagi. Akan tetapi, karena dia tidak memerlukannya, dia menolaknya. Di lain waktu, dia menghentikan pencurahan lagi ketika dia sedang menyetir mobil sebab tidak ada keperluan untuk pencurahan. Dia adalah seorang saudara yang sangat kuat dan sudah menyelamatkan orang-orang yang tidak bisa diselamatkan oleh orang lain. Dalam prinsipnya, apa yang dia lakukan adalah benar. Kita seharusnya hanya menerima pencurahan Roh ketika kita memerlukannya dan tidak seharusnya menganggapnya sebagai suatu hiburan atau kenikmatan rohani ketika kita tidak memerlukannya.

Saya percaya bahwa pengalaman pertama kita akan pencurahan biasanya sejati. Akan tetapi, pengalaman-pengalaman selanjutnya akan pencurahan kadang-kadang meragukan. Alkitab mengatakan bahwa jika kita yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anak kita, apalagi Bapa yang di surga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Luk. 11:13). Jika kita berdiri di atas ayat ini dan meminta kepada Bapa, Dia pasti akan memberikan Roh Kudus kepada kita. Banyak orang memiliki motif yang tidak tepat di hadapan Tuhan. Mereka meminta pencurahan Roh Kudus dikarenakan rasa ingin tahu atau untuk membuktikan bahwa mereka itu hebat dan rohani. Hal ini memimpin kepada penipuan roh-roh jahat. Kita harus berhati-hati dan tidak menuntut pencurahan Roh dikarenakan rasa ingin tahu. Kita seharusnya menuntutnya dikarenakan ada keperluan akan pencurahan.

Kita juga harus menguji roh yang turun ke atas kita. Kapankala kita mengalami pencurahan Roh, kita harus menerapkan ujian tersebut. Kita harus melakukannya setiap kali, sebab kita ini bukan lawan si jahat di alam rohani.

PENCURAHAN TIDAK SEPENTING DOA DAN IMAN

Dalam bekerja bagi Tuhan, pencurahan Roh tidak bisa lebih penting dari doa dan iman. Kita masih memerlukan doa dan iman dalam pekerjaan Allah. Pencurahan adalah untuk menguatkan kita, namun kita tidak bisa memakai penguatan ini sebagai jalan pintas. Kita tidak bisa menggantikan doa dan iman dengan pencurahan Roh. Selama konperensi ini, banyak orang telah menjadi sangat liar. Sebagian mengira bahwa semakin mereka menjadi liar, semakin mereka menjadi rohani. Hasilnya, mereka membawa masuk banyak masalah. Pembebasan Roh dimulai dari roh kita dan berlanjut melalui jiwa kita ke dalam tubuh kita. Sangat berbahaya bagi mereka yang belum pernah dibereskan oleh salib untuk menerima pencurahan Roh. Hal pertama yang diterima seseorang setelah mengalami pencurahan Roh adalah kekuatan Roh. Setelah itu kekuatan tubuh dan kekuatan jiwa juga dibebaskan. Ini adalah seperti air di bawah tanah yang bersih namun menjadi terkontaminasi ketika dia melewati berbagai lapisan tanah. Demikian juga, ketika tidak ada pemberesan salib, roh menjadi tidak murni ketika dibebaskan melalui jiwa dan tubuh.

Bagaimana kita bisa tahu jika kekuatan yang termanifestasikan di dalam kita memang berasal dari pencurahan Roh? Kita bisa mengujinya dengan salib. Hayat jiwa dan hayat jasmani harus pertama-tama ditaklukkan oleh salib. Ketika Roh dicurahkan, kekuatan rohani dibebaskan. Akan tetapi, mereka yang belum dibereskan di dalam hayat jiwa dan hayat jasmani mereka akan menemukan bahwa seluruh energi dari roh, jiwa, dan tubuh mereka akan dibebaskan pada saat yang sama ketika mereka mengalami pencurahan. Akibatnya, ketika sebagian orang mengalami pencurahan Roh yang kuat, mereka menemukan bahwa energi jiwani dan jasmani mereka tercampur di dalam manifestasi tersebut. Satu ujian yang pasti adalah dengan bertanya, “Apa yang dilakukan seseorang ketika dia dibebaskan dan tidak lagi berada di bawah belenggu?” Mereka yang tubuhnya belum dibereskan oleh salib akan meloncat-loncat tanpa terkendali ketika mereka mengalami pencurahan Roh. Hal yang sama bisa terjadi pada jiwa—mereka yang jiwanya belum dibereskan akan menemukan kekuatan laten jiwa mereka dibebaskan. Saya harus memperingatkan saudara saudari sekerja bahwa kita secara khusus harus berhati-hati atas pembebasan kekuatan jiwa. Mereka yang kekurangan dalam kekuatan jasmani akan dengan mudah membiarkan jiwa mereka untuk dibebaskan. Ketika Roh dicurahkan di dalam sebuah sidang, mereka yang sudah dibereskan oleh salib bisa membedakan orang-orang yang hanya sekadar membebaskan kekuatan jiwa mereka. Anda bisa menipu ribuan orang baru, tapi Anda tidak bisa menipu seseorang yang sudah dibereskan oleh salib sebab dia mengenal kondisi yang sesungguhnya.

Alkitab menyinggung dua macam kuat kuasa. Yang pertama adalah kuat kuasa kebangkitan (Flp. 3:10), yang ada di dalam manusia. Yang satunya lagi adalah kuat kuasa Roh Kudus (Kis. 2:4), yang berada di luar manusia; inilah kuat kuasa yang mengikuti pencurahan Roh. Jika seseorang memiliki kuat kuasa Roh Kudus namun tidak mempunyai kuat kuasa kebangkitan, kekuatan jiwani dan jasmani akan dibebaskan bersama dengan kuat kuasa Roh. Mereka yang berpengalaman bisa dengan mudah membedakan kedua arus tersebut. Ini bukan sesuatu yang ingin kita lihat. Kita hanya menginginkan satu arus—roh yang murni dan tanpa campuran.

Kita juga harus mengenal apakah hayat kebangkitan itu. Hayat kebangkitan adalah kekuatan “menghidupkan kembali.” Kekuatan menghidupkan kembali berarti kekuatan yang telah melewati kematian. Kita semua memiliki kebaikan alamiah yang kuat seperti kekuatan jiwani kita, emosi kita, kemampuan kita untuk membuat orang lain menangis, dll. Semuanya ini perlu melewati kematian. Hanya mereka yang sudah dibereskan oleh salib bisa memberikan suplaian rohani yang murni kepada orang lain di dalam sidang-sidang. Bantuan yang mereka berikan kepada orang lain adalah murni, dan tidak mengandung campuran dari jiwa atau daging.

Ada seorang hamba Allah di Cina yang merupakan seorang saudara yang sangat baik. Dia sangat kuat dan sudah menyelamatkan banyak orang. Pada suatu hari saya melihatnya menuangkan minyak ke atas kepala tiga atau empat puluh orang dan kemudian memukuli wajah mereka dan menendangi tubuh mereka. Akhirnya mereka sembuh dari penyakit mereka. Anda tidak bisa mengatakan bahwa dia memiliki roh jahat. Saudara ini memiliki kuat kuasa dari pencurahan Roh, namun dia tidak memiliki kuat kuasa kebangkitan yang batini. Hasilnya, tindakannya tidak sesuai dengan pola salib. Pencurahan Roh memberi kita kekuatan dan berkat, dan salib memurnikan kekuatan tersebut. Salib menghadang ciptaan lama. Dengan salib, ciptaan lama dihentikan. Para pekerja yang sudah melewati pemberesan salib memiliki kuat kuasa kebangkitan di batin dan kuat kuasa Roh di luar. Oleh karena itu, walalupun kita sedang membicarakan pencurahan Roh, kita tidak bisa memisahkannya dari kebenaran akan salib yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Kebenaran akan salib sangat penting. Itu akan memimpin kita kepada jalan pemurnian.

Setelah kita kembali dari konperensi ini, kita harus pertama-tama membantu orang lain untuk memiliki pengalaman menang dan kemudian membawa mereka kepada pengalaman akan pencurahan Roh. Urutannya tidak bisa dibalik. Tanpa kuat kuasa kebangkitan di batin, akan sangat berbahaya untuk memiliki kuat kuasa Roh di luar. Sebelum seseorang menerima pencurahan Roh, kita harus memberi tahu dia bahwa dia perlu mengendalikan dirinya sendiri dan jangan menjadi liar. Kita harus membantu orang lain untuk tetap waras dan tidak lepas kendali. Kita seharusnya hanya mengajar orang lain untuk bekerja sama dengan Roh Kudus. Jika seseorang tidak mau bekerja sama dengan Roh, kita lebih baik mengajar dia tentang kebenaran-kebenaran yang lebih penting.

Hari ini saya harus mengakui kesalahan saya. Ketika kita mengalami pencurahan Roh, sidang kita menjadi terlalu liar. Sebenarnya, saya tidak memulai sidang tersebut; kaum saleh yang memulainya. Saya sudah berulang kali mengatakan bahwa setiap kali kita menerima pencurahan, kita harus menguji roh tersebut. Kita tidak boleh longgar dalam perkara ini.

PERBEDAAN ANTARA PENCURAHAN

DAN PEMENUHAN ROH KUDUS

Mari kita melihat kembali perbedaan antara pencurahan dan pemenuhan Roh Kudus. Pencurahan Roh adalah untuk setiap orang beriman, sedangkan pemenuhan Roh adalah untuk sekelompok orang yang khusus—mereka yang sudah dikosongkan. Dalam mengkaji Alkitab, kita harus menyadari bahwa setiap istilah bisa dipasangkan dengan istilah cocok dengannya. Misalnya, kebangkitan dengan kematian, dan pemenuhan dengan kekosongan. Kita harus mempertimbangkan semua istilah yang cocok sebelum kita bisa memahami suatu kata secara akurat. Mereka yang sudah dipenuhi dengan Roh adalah mereka yang sudah dikosongkan sebab pemenuhan dan kekosongan saling berhubungan. Sebelum hari Pentakosta, keseratus dua puluh orang murid berkumpul. Mereka semua mengenakan Roh dan dipenuhi dengan Roh. Mereka bisa bersama-sama selama sepuluh hari dan berdoa bersama dalam kesehatian sebab mereka semua sudah dibereskan oleh Tuhan yang sudah bangkit. Ketiga ribu orang pada hari Pentakosta juga menerima pencurahan Roh, namun Alkitab tidak mengatakan bahwa mereka dipenuhi dengan Roh. Keseratus dua puluh orang murid menerima pemenuhan dan juga pencurahan, sedangkan ketiga ribu orang hanya menerima pencurahan. Sesudah itu, lima ribu orang juga menerima pencurahan Roh tanpa menerima pemenuhan Roh.

Bagaimana kita tahu bahwa ketiga ribu dan kelima ribu orang tersebut hanya menerima pencurahan Roh? Jika seluruh gereja sudah dipenuhi oleh Roh, maka tidak akan ada perselisihan dalam pembagian makanan sehari-hari. Tapi ketika pembagian keperluan sehari-hari kepada para janda diabaikan, mereka bersungut-sungut dan berselisih (Kis. 6:1). Ini membuktikan bahwa murid-murid tidak dipenuhi dengan Roh Kudus. Kemudian para rasul mengangkat tujuh diaken untuk melayani meja. Ketujuh orang ini dipenuhi dengan Roh (ay. 3). Jika seluruh gereja sudah dipenuhi dengan Roh, tidak akan diperlukan suatu pemilihan. Akan tetapi, dikarenakan tidak semua orang dipenuhi dengan Roh, ketujuh orang tersebut harus dipilih. Ini membuktikan bahwa banyak orang menerima pencurahan Roh, namun tidak menerima pemenuhan Roh.

Pencurahan Roh turun ke atas kita sebagai hasil dari iman kita dalam Tuhan yang terangkat. Ini tidak banyak hubungannya dengan ukuran hayat kita. Pemenuhan Roh Kudus adalah hasil dari ketaatan batini kita kepada Tuhan yang bangkit, dan ini menuntut hayat kita dikuduskan di batin.

Jika Anda ingin memiliki pemenuhan Roh, Anda harus datang ke sidang-sidang dengan kosong, lapar, dan tidak puas. Jika Anda melakukannya, Anda akan dipenuhi dan dipuaskan ketika Anda pulang ke rumah. Anda harus kosong dan lapar setiap waktu sebelum Anda bisa dipenuhi dengan Roh setiap waktu. Anda tidak seharusnya puas dengan apa yang telah Anda terima dari konperensi ini. Anda harus mengizinkan salib untuk membereskan Anda setiap hari. Ini akan mendatangkan pemenuhan sehari-hari. Kapankala Anda tidak menang, Anda tidak memiliki pemenuhan Roh Kudus. Jika Anda memiliki pemenuhan Roh Kudus hari ini, itu adalah dikarenakan Anda telah mengalami pemberesan salib dan sedang menempuh penghidupan yang menang.

Suatu kali saya diundang ke rumah seorang saudara untuk makan-makan. Pada akhir makan-makan tersebut saya berkata, “Sudah cukup.” Tapi saudara itu terus menambahkan nasi dan lauk-pauk ke mangkuk saya. Ini terjadi sampai dua puluh kali atau lebih. Saya berpikir, “Kapan ini akan berakhir?” Inilah cara kita mengalami kasih karunia. Suplaian Allah yang limpah lengkap masih sedang menantikan kita. Kasih karunia yang kita nikmati adalah kasih karunia yang limpah lengkap, yang terus menerus bertambah. kita mungkin sudah mengalami kemenangan dan mungkin sudah menerima pencurahan Roh. Kita bahkan mungkin sudah sering mengalami pemenuhan Roh, tapi kita tidak seharusnya puas dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Roh Kudus masih bisa mengisi kita lagi, dan tingkat pemenuhannya akan lebih besar ketika kita dipenuhi untuk kali kedua, ketiga, dan keempat. Semakin dalam salib bekerja di dalam kita, semakin banyak kita akan menerima pemenuhan Roh. Semakin dalam salib mengiris kita, semakin dalam kita akan dipenuhi oleh Roh. Pemenuhan Roh kadang-kadang membawa kepedihan dan penderitaan, dan kadang-kadang membawa kesengsaraan. Akan tetapi, semuanya itu adalah pekerjaan penggalian dari salib. Mereka memiliki tujuan untuk menambah ukuran kita dan membuat kita menjadi lebih besar dan lebih kaya. Di bawah keadaan-keadaan ini, kita tidak seharusnya takut untuk mencucurkan air mata atau berduka. Jika kita mengikuti peremukan ini, Tuhan akan memakai kita. Tapi jika kita bersungut-sungut di dalam hati kita dan berdebat dengan Allah, hayat yang menang akan langsung hilang. Ketika hayat yang menang ini hilang, maka bahkan pencurahan Roh pun akan menjadi tidak berguna. Di hadapan Tuhan, kapankala kita mengizinkan salib untuk menggali dan mengiris kita, semakin hal-hal yang kita kasihi dan dambakan akan dipotong. Pemotongan ini adalah pekerjaan salib, dan bertujuan untuk menambah ukuran kita. Semakin ukutan kita bertambah, semakin banyak kasih karunia yang akan kita terima.

Sebagian orang mengira bahwa mereka sudah mengalami pemotongan salib dan sudah dipenuhi oleh Roh. Sebenarnya, ukuran mereka hanyalah seukuran air di dalam kulit kerang. Ini bukanlah penderitaan yang sesungguhnya dan bukan pemenuhan yang sesungguhnya. Ukuran kita diperbesar ketika kita menjumpai sesuatu yang berlawanan dengan kehendak kita. Kapankala kita tunduk kepada kehendak Allah, kita sedang mengizinkan salib untuk mengiris kita dan sedang mengizinkan Roh untuk memenuhi kita.

KESAKSIAN KITA

Kita harus dikuduskan di mata orang-orang dosa dan bahkan di mata orang-orang Kristen. Jika kita belum melewati salib dan tidak dipenuhi oleh Roh Kudus, dan jika kita hanya bisa menunjukkan kepada orang-orang hal-hal seperti penudungan kepala dan baptisan melalui diselam, saya akan menjadi orang yang pertama yang mendeklarasikan bahwa saya tidak ada hubungannya dengan sekte semacam itu. Kita harus memberi tahu orang-orang mengenai rencana penuh Allah dan pusat Allah. Kita harus membiarkan orang lain melihat bahwa kita sudah mengkonsikrasikan diri kita kepada Allah dengan tujuan untuk menggenapkan kehendak-Nya. Kita berada di sini untuk mengejar satu kehendak yang tinggi, bukan hal-hal lainnya.

Setelah kita pulang ke rumah dari konperensi ini, kita tidak seharusnya melelang kemenangan kita dengan murah. Setelah kita menerima pencurahan Roh, kita harus mempersaksikan lebih banyak tentang Tuhan. Kita harus mempersaksikan bagaimana Dia sudah menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita dan sekarang hidup bagi kita. Jika kita melakukannya, orang lain akan menjadi lapar dan haus untuk menuntut Tuhan. Supaya pekerjaan kita bisa efektif, kita harus menghidupkan rasa lapar yang sejati di dalam orang lain. Jika Tuhan memimpin kita untuk berbicara, kita harus dengan tepat dan jelas menjelaskan bagaimana Tuhan telah menjadi hayat kita yang menang, dan kita harus membantu orang lain untuk mengosongkan diri mereka sendiri dan mengalami pemenuhan Roh.

Kita harus memberi perhatian pada satu hal lagi: Kita tidak seharusnya mengiklankan pencurahan Roh sebagai sesuatu yang berasal dari rasa ingin tahu, dan kita tidak seharusnya menjadikannya sebagai sebuah butir dalam propaganda. Kita seharusnya bersaksi hanya ketika Tuhan memimpin kita. Apa yang telah terjadi selama beberapa hari ini adalah suatu pengecualian. Di masa yang akan datang, kita tidak seharusnya melakukan hal yang sama di tempat-tempat lain sebab itu akan menyandung orang lain. Jika ada beberapa orang yang memerlukan pengalaman pencurahan Roh, kita bisa membawa mereka ke rumah dan mengumpulkan tiga atau lima orang untuk berdoa bersama dan menuntut pencurahan.

Watchman Nee, Vol 41-26


BAB DUA PULUH EMPAT

ROH KUDUS DAN HUKUM TAURAT

Tanggal: 20 Nopember 1935, pagi hari

Tempat: Chuenchow

Sebagai orang-orang beriman, kita hidup oleh Roh Kudus, bukan oleh hukum Taurat. Banyak orang tidak mengenal apa hukum Taurat itu. Akibatnya, mereka juga tidak mengenal Roh Kudus. Mereka tidak tahu apa artinya hidup oleh hukum Taurat dan apa artinya hidup oleh Roh. Kegagalan di dalam pekerjaan kita adalah dikarenakan fakta bahwa kita bekerja berdasarkan hukum Taurat dan bukan berdasarkan Roh. Jika kita bersandar pada hukum Taurat, kita tidak akan memiliki kekuatan atau buah karena hukum Taurat adalah sesuatu yang telah dihakimi oleh Tuhan.

APAKAH HUKUM?

Hukum itu bukan hanya Sepuluh Perintah atau beberapa ratus ketentuan milik Perjanjian Lama. Itu adalah hukum-hukum Perjanjian Lama, tapi ada juga hukum-hukum Perjanjian Baru. Bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama memiliki hukum mereka, dan gereja di dalam Perjanjian Baru juga memiliki hukumnya. Apakah prinsip hukum? Ketika Allah memiliki suatu kehendak, dan kehendak ini ditulis pada loh batu atau pada kertas, termasuk segala sesuatu dari sebutir sampai ribuan butir ketentuannya, kita memiliki hukum. Melalui berjalan menurut ratusan dan ribuan butir dari hukum tersebut, manusia menjadi jelas mengenai apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang jahat. Dia juga menjadi jelas mengenai jalan yang harus dia tempuh. Itulah hukum. Ini adalah tanpa hayat. Begitu seseorang berjalan menurut hukum yang mati ini, dia bisa mengenyampingkan Allah dan mengabaikan-Nya. Ini adalah seperti seorang pelajar bisa mengabaikan kepala sekolah dari sekolahannya selama dia mengikuti aturan-aturan sekolah. Inilah hukum. Baik dan jahat, benar dan salah, dikenali menurut tulisan. Jalan yang harus ditempuh seseorang muncul sepenuhnya dari pengetahuannya dan bukan dari pimpinan batini dari Allah.

Banyak orang bisa mengenal perbedaan antara benar dan salah, baik dan jahat, tanpa pernah bersekutu dengan Allah. Akan tetapi, pengetahuan ini tidak ada gunanya. Mereka yang hidup seperti ini masih hidup di bawah hukum. Jika Anda mengukur segala sesuatu menurut autran ini, Anda akan menemukan bahwa banyak hal masih berada di bawah hukum. Manusia secara alamiah lebih condong kepada hukum sebab dia bisa dengan mudah mengenal apa itu baik dan apa itu salah dari hukum. Kebanyakan orang takut untuk hidup menurut Roh. Lebih lebih suka hidup menurut aturan-aturan yang tertulis. Memelihara hukum adalah resmi dan mati, tapi juga adalah sesuatu yang nyaman. Dia bisa mengenal berapa banyak hukum yang telah dia pelihara dan berapa banyak hukum yang masih belum. Hukum memalingkan manusia dari Allah. Dengan hukum, manusia tidak perlu mengontaki Allah; dia bisa mengenyampingkan-Nya. Setelah Anda melewati pintu gerbang kemenangan, Anda seharusnya tidak lagi hidup di bawah hukum, melainkan hidup menurut Roh (Rm. 7:6).

HIDUP DI BAWAH HUKUM

Mari kita melihat arti dari berjalan menurut hukum. Saya tidak tahu apa artinya hidup menurut hukum sampai beberapa tahun yang lalu, yaitu, sampai tahun 1928. saya sudah menjadi pengkotbah selama bertahun-tahun, namun saya tidak tahu apa artinya memelihara hukum. Memang benar bahwa saya bisa menjelaskan hukum kepada orang lain berdasarkan pengetahuan teologi saya. Akan tetapi dalam pengalaman praktisnya, saya tidak pernah memahami perkara ini. Ada saat dimana saya sakit parah. Tuhan menyembuhkan saya. Setelah saya sembuh, saya beristirahat dan memulihkan diri di daerah pesisir. Di sana saya berjumpa dengan Saudara Simon Meek dan tinggal bersamanya selama beberapa saat. Kesehatannya juga tidak terlalu baik, dan dia ingin supaya saya memberi dia beberapa nasihat. Saya bertanya, “Apakah yang bisa saya bantu?” Dia menjawab, “Mohon beri tahu saya apakah memohon penyembuhan itu alkitabiah.” Saya mengatakan, “Allah memang menyembuhkan orang-orang. Tapi Timotius harus minum sedikit anggur, dan Epafroditus tidak disembuhkan. Mata Paulus tidak terlalu baik dan tidak bisa membaca huruf-huruf yang kecil.” Saya melanjutkan untuk memberi tahu dia pengalaman dari banyak orang yang sudah disembuhkan. Saudara Simon Meek berkata, “Jawaban Anda sama sekali bukan jawaban.” Pada saat itu, saya menyadari apa hukum itu. Jika Alkitab memberi tahu kita apa yang harus dilakukan setahap demi setahap, yang perlu kita lakukan hanyalah melaksanakannya. Ini adalah memelihara hukum. Akan tetapi, Allah menginginkan persekutuan yang langsung dengan kita. Dia ingin supaya kita menerima wahyu-Nya dan kemudian bertindak menurut wahyu-Nya tersebut. Jika kita tidak bersekutu dengan Dia, Roh tidak akan memiliki saluran untuk pekerjaan-Nya.

Manusia senang memiliki instruksi yang jelas dari Alkitab mengenai segala sesuatu yang dia kerjakan. Misalnya, di dalam perkara kesembuhan ilahi, dia menginginkan jawaban “ya atau tidak” yang jelas dari Alkitab. Akan tetapi Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa beberapa penyakit disembuhkan dan beberapa penyakit tidak disembuhkan. Alkitab tidak memiliki ketentuan apa pun mengenai perkara ini. Allah tidak menghendaki gereja berpegang pada huruf-huruf yang mati dan meninggalkan Dia. Dia ingin melihat manusia mencari, berdoa, dan menanti dengan tenang pada-Nya. Dia tidak menginginkan kita untuk bersandar pada sesuatu yang bukan Dia.

Hukum berbicara mengenai kehendak Allah di masa lalu; itu bukan kehendak Allah hari ini. Akan tetapi, manusia selalu ingin mengetahui kehendak Allah hari ini berdasarkan kehendak masa lalu-Nya. Allah menginginkan manusia untuk bersekutu dengan-Nya dan memahami kedambaan-Nya hari ini melalui Roh Kudus. Dia tidak menginginkan kita untuk hanya memelihara hukum. Itulah sebabnya mengapa kita perlu memiliki persekutuan yang segar dengan Allah setiap hari. Hanya dengan demikianlah kita bisa mengenal kehendak-Nya.

Aspek yang kedua dari hukum adalah bahwa hukum mengatur bagaimana kita seharusnya hidup. Allah tidak mau memutuskan bagaimana gereja seharusnya hidup hari demi hari. Dia menginginkan gereja untuk bersekutu dengan-Nya setiap saat sehingga gereja bisa mengenal kedambaan-Nya. Jika saya menuliskan segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang pegawai saya dan bagaimana dia seharusnya hidup, dia bisa mengikuti tulisan saya selama satu hari, satu minggu, atau bahkan satu bulan tanpa bersekutu dengan saya atau menanyakan sesuatu kepada saya. Ini adalah prinsip dari hukum. Hukum adalah melakukan kehendak Allah tanpa berkomunikasi dengan-Nya.

Ketika saya berada di Shanghai, saya memiliki seorang pembantu yang juga adalah seorang saudara. Pada suatu hari saya mempertimbangkan bagaimana Tuhan menginginkan kita untuk memakai roh kita dan tidak mengikuti hukum ketika bekerja bagi-Nya. Saya ingin melihat apakah bisa berhasil jika saya berhubungan dengan pembantu saya menurut Roh dan tidak menurut hukum. Sangat nyaman untuk membuat hukum di dalam kehidupan sehari-hari kita. Jika saya membuat beberapa hukum, akan mudah bagi pembantu saya untuk bekerja bagi saya. Tentu saja saya juga harus mematuhi hukum yang sama. Saya mulai berbicara dengan pembantu saya dan memberi tahu dia bahwa dia seharusnya bertanya kepada saya di dalam segala sesuatu dan jangan membuat usulannya sendiri. Saya juga sama sekali tidak memberi peraturan tertulis kepadanya. Ketika saya sedang berbicara dengan seorang teman, pembantu itu datang beberapa kali dan setiap kali bertanya, “Anda ingin makan apa? Anda ingin minum apa?” Saya mengatakan, “Tunggu sebentar.” Kemudian, pembantu itu mengakui bahwa lebih mudah untuk bekerja menurut hukum daripada meminta instruksi dalam segala sesuatu. Dari sini kita melihat bahwa memelihara hukum itu mudah, akan tetapi tidaklah mudah untuk bekerja menurut pimpinan Roh. Akan tetapi, mudah atau sulit, itu adalah kedambaan Allah, dan kita tidak bisa mengambil jalan yang mudah. Kita harus mengambil jalan yang ditetapkan Allah, yang tidak berada di bawah hukum melainkan di bawah Roh.

HIDUP DALAM ROH

Hidup yang berdasarkan Roh tidak mengikuti peraturan yang pasti. Semua peraturan yang mati sudah disisihkan, dan kita mencari kehendak Allah secara langsung. Setelah pembantu saya selesai membersihkan lantai, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Ketika pukul dua belas tiba, dia tidak tahu apakah saya ingin makan. Inilah cara seseorang hidup ketika dia berada di dalam Roh. Dia bergerak ketika dia memiliki wahyu dari Roh dan menantikan Tuhan kalau tidak memiliki wahyu. Bagaimana kita bisa tahu apakah seseorang sudah beroleh selamat dan siap untuk dibaptis? Kita bisa menanyai dia tentang kebenaran mengenai keselamatan dan baptisan, dan dia mungkin menjawab semuanya dengan benar. Jika karena itu kita mengatakan bahwa dia sudah bersyarat untuk dibaptis, kita sedang bertindak menurut hukum. Misalnya ada seorang wanita tua dari desa yang tidak bisa membaca atau mengatakan istilah-istilah Alkitab. Dia tidak bisa menjawab semua pertanyaan mengenai keselamatan, pertobatan, atau pengampunan. Namun dia memiliki damai sejahtera di dalam hatinya. Apakah kita boleh membaptisnya? Masalahnya bukan pada perkara apakah orang-orang yang akan dibaptis itu lulus dari ujian kita dan bisa menjawab pertanyaan kita atau tidak. Masalahnya adalah apakah dia sudah dilahirkan kembali atau belum. Banyak orang-orang desa yang tidak tahu apa-apa mengenai istilah-istilah, namun mereka memiliki damai sejahtera dan sukacita secara batini. Orang-orang seperti itu mungkin tidak memahami apa pun di dalam pikiran mereka, tapi mereka benar-benar sudah diselamatkan.

Pada sidang meja Tuhan kami di Shanghai, kami sering kedatangan tamu yang tidak diundang. Berapa lama seharusnya kita meminta mereka untuk menunggu sebelum kita mengundang mereka untuk memecah roti bersama kita? Haruskah mereka menunggu seminggu atau sebulan? Sebenarnya, jika kita tahu bahwa orang itu sudah beroleh selamat, kita bisa langsung mengundang dia untuk memecah roti bersama kita. Tidak perlu menunggu.

Para sekerja tidak pernah boleh membuat hukum apa pun. Kita harus mengizinkan Roh Kudus untuk beroperasi dan bekerja di dalam masing-masing orang secara terpisah. Segala sesuatu di dalam Alkitab adalah hidup, tapi dia hidup hanya ketika berada di dalam Roh. Jika kita membuat sesuatu menjadi sebuah ketetapan, dengan segera itu menjadi mati. Kebenaran dari Alkitab harus direalisasikan di dalam Roh; hanya dengan demikian kebenaran itu akan menjadi hidup. Di dalam mengadakan konperensi-konperensi, kita kadang-kadang menerima berita dari Tuhan dan mengutarakannya. Ini mungkin menghasilkan keselamatan bagi banyak orang. Akan tetapi, kali selanjutnya kita mengadakan konperensi lagi, kita mungkin mengira bahwa kita seharusnya melakukan hal yang sama karena ada banyak orang yang diselamatkan pada konperensi yang lalu. Kita mungkin kemudian memberikan berita yang sama, dan ternyata tidak ada yang beroleh selamat. Kita mungkin mengira bahwa jika suatu berita menyelamatkan orang-orang pada satu kali, berita tersebut akan menyelamatkan orang-orang setiap kali. Tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. Suatu berita menyelamatkan orang-orang ketika diberikan dalam Roh. Berita yang sama yang diulangi menurut hukum tidak akan menyelamatkan siapapun juga. Di sinilah terletak perbedaan antara berjalan menurut Roh dan berjalan menurut hukum.

Segala sesuatu yang tidak dilakukan menurut pimpinan yang hidup dari Roh adalah semacam hukum. Kita seringkali mengambil pimpinan kemarin sebagai bimbingan hari ini. Akan tetapi, menerapkan bimbingan kemarin pada hari ini adalah berjalan menurut hukum. Kita tidak seharusnya berpikir bahwa karena Roh memimpin kita dalam satu cara di masa lalu, maka Dia akan memimpin kita dalam cara yang sama hari ini. Meniru pimpinan kemarin adalah berada di dalam hukum. Bahkan memungkinkan untuk berjalan menurut hukum dalam mentaati kebenaran alkitabiah. Jika kita ingin dibaptis hanya karena Alkitab mengatakan demikian, bukan karena hasil dari pimpinan Roh di batin, kita sedang mengikuti hukum. Kita harus berjalan menurut Kitab Suci, tapi pimpinan kita barulah benar ketika perjalanan kita ini dikonfirmasi oleh bimbingan batini. Jika seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu benar karena Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa itu adalah salah, dia sepenuhnya berada di dalam alam hukum. Banyak orang menulis kepada saya untuk bertanya apakah ini atau itu adalah benar atau salah. Saya menulis balik dan bertanya apakah mereka memiliki Roh Kudus di batin atau tidak. Jika mereka memilikinya, mereka seharusnya belajar untuk mengikuti bimbingan batini dari Roh Kudus. Saya bukan peramal atau dukun; saya tidak bisa mengetahui kehendak Allah bagi Anda. Andalah sendiri yang harus belajar untuk mengenal pimpinan batini dari Roh.

Dalam belajar untuk mengikuti bimbingan Roh, kita harus bertanya apa yang dikatakan Roh sebelum kita bertanya apa yang dikatakan Alkitab. Hal pertama yang seharusnya kita tanyakan adalah apa yang sedang dikatakan perasaan batini kepada kita. Akan tetapi, kebanyakan orang hari ini bertanya terlebih dahulu apa yang dikatakan Alkitab dan tidak menanyakan apa yang dikatakan Roh di batin. Ini tidak normal. Seorang beriman Perjanjian Baru memiliki Roh Kudus tinggal di batinnya. Ini adalah hal yang mustika. Kita harus belajar untuk mengenal pimpinan batini Roh Kudus di dalam kita. Ada perbedaan antara prinsip dan perintah di dalam Alkitab. Seorang beriman tidak boleh hanya mentaati perintah-perintah di dalam Alkitab saja, melainkan juga berjalan menurut prinsip-prinsip yang ada di balik semua perintah tersebut. Pertimbangkanlah perkara penudungan kepala. Jika Anda menudungi kepala hanya karena 1 Korintus 11 berkata demikian, di dalam realitasnya Anda belum menudungi kepala Anda. Kecuali seseorang mentaati Alkitab menurut pimpinan Roh, ketaatannya adalah sama dengan ketidak-taatannya. Hal yang utama adalah apa yang dikatakan Tuhan di dalam seseorang. Jika Tuhan memimpin Anda untuk mentaati kebenaran tertentu di dalam Alkitab, dan Anda bertindak sesuati dengannya, ini adalah ketaatan yang sejati kepada Allah.

Di dalam Perjanjian Lama ada dispensasi hukum, tapi hari ini kita berada di dalam dispensasi Perjanjian Baru. Namun masih ada terlalu banyak “orang Yahudi” di dalam gereja hari ini. Mereka memelihara hukum dan membuat Alkitab menjadi kitab hukum. Banyak orang saling bertanya apa pendapat mereka tentang ini dan itu. Ini berarti mereka tidak tahu cara bertanya kepada Roh di batin mereka. Ini tidaklah normal.

PIMPINAN ROH DIKONFIRMASI OLEH ALKITAB

Setiap domba mengenal suara gembalanya. Banyak orang mengira bahwa jika mereka tidak mengenal tulisan Alkitab, mereka tidak akan mengenal bagaimana cara untuk hidup. Apakah ini berarti mereka akan berdosa setiap hari? Sebenarnya, jika kita mengikuti pimpinan Roh, kita malah akan mengalami hal yang sebaliknya. Jauh lebih baik untuk mengikuti pimpinan Roh daripada sekadar mengikuti Alkitab saja. Kita bisa lupa, tapi Roh Kudus tidak akan pernah lupa. Kita mungkin bertanya, “Jika pekerjaan Roh Kudus demikian pentingnya, apakah itu berarti kita tidak memerlukan Alkitab lagi?” Secara teori, pimpinan Roh Kudus di batin sudah cukup, namun dalam mengikuti pimpinan batini ini, adalah mungkin bagi kita untuk melakukan kesalahan. Oleh karena itu, kita masih memerlukan Alkitab. Dengan kata lain, kita bukan mengikuti pimpinan Alkitab; kita mengikuti pimpinan Roh di batin. Akan tetapi, kita memeriksa pimpinan batini sehari-hari ini dengan Alkitab. Hanya ketika kita mentaati keduanya, pimpinan rohani dan pimpinan di luar, baru kita benar-benar mentaati Allah. Kita tidak bisa hanya mentaati pimpinan Alkitab saja. Kita harus mengikuti pimpinan Roh di batin dan kemudian membandingkannya dengan Alkitab. Jika pimpinan tersebut tidak bisa dikonfirmasi oleh Alkitab, itu bukan pimpinan dari Roh melainkan sebuah pekerjaan yang berasal dari emosi. Masalah yang sesungguhnya adalah penyetelan batini.

Di Chefoo, dua orang bertanya kepada saya apakah mereka seharusnya meninggalkan denominasi atau tidak. Saja menjawab, “Saya tidak tahu.” Mereka berkata, “Apakah ini berarti Anda melarang kami untuk meninggalkan denominasi?” Kemudian saya bertanya kepada mereka, “Bagaimanakah perasaan hayat di dalam Anda ketika Anda berada di dalam denominasi? Apakah Anda merasa bahwa hayat di batin Anda mekar ketika Anda tinggal di denominasi? Jika Anda merasa demikian, Anda seharusnya tinggal di denominasi. Kalau tidak, Anda seharusnya pergi.” Itu sepenuhnya bukan perkara benar atau salah melainkan perkara hayat.

Pernah ada seorang misionaris Barat di Chefoo yang tiga kali datang untuk mendiskusikan perkara sekte dengan saya. Pada dua kali kedatangan yang pertama, saya menghindari dia dan tidak berbicara mengenai subyek tersebut dengannya. Kali terakhir dia datang, dia memaksa untuk membicarakan hal tersebut. Saya merasa bahwa ada pimpinan Roh, dan saya berbicara dengannya selama lima menit. Setelah pembicaraan tersebut, kami duduk untuk minum teh. Saya memberi tahu dia bahwa saya berada di dalam suatu lingkaran yang besar, namun dia berada di dalam sebuah lingkaran yang kecil di dalam lingkaran yang besar. Setelah pembicaraan tersebut, saya mengantar dia pergi. Dua hari kemudian, dia datang kepada saya di pagi hari dan berkata, “Tadi malam saya mengirim tiga surat pengunduran diri.” Saya memberi tahu dia, “Anda tidak seharusnya terpengaruh oleh saya. Perkara semacam itu hanya bisa diputuskan oleh Allah sendiri. Hanya Allah yang bisa memanggil Anda keluar dari denominasi.” Dia berkata, “Saya bertanya kepada Allah tadi malam dan melihat bahwa lingkaran kecil di dalam lingkaran besar adalah pilihan manusia dan bahwa pilihan manusia adalah sebuah dosa.” Saya merasa bahwa merupakan kehendak Allah bahwa saya seharusnya meninggalkan denominasi saya. Itulah sebabnya saya bangun tadi malam dan menulis surat pengunduran diri.” Saya menjabat tangannya. Mulai saat itu, dia mulai maju secara positif di dalam jalan Tuhan dan tidak terganggu oleh elemen-elemen negatif manapun.

Sebagai pekerja-pekerja Tuhan, kita seharusnya berhati-hati untuk tidak memimpin orang-orang menurut Alkitab saja. Kita seharusnya membiarkan Roh Kudus untuk membimbing mereka secara pribadi dari batin mereka. Kita tidak perlu membuat semua orang beriman untuk menjadi sama persis menurut standar-standar luaran atau menjaga tatanan yang luaran. Jika kita melakukan hal ini, Roh Kudus tidak akan memiliki dasar atau kebebasan untuk bekerja. Kita tidak boleh menjadi Musa, menyalurkan huruf-huruf dan hukum kepada orang lain. Hukum kita hanyalah Roh Kudus. Dia adalah pembimbing kita yang absolut. Kita harus belajar untuk mengikuti bimbingan Roh di batin. Jika seseorang memelihara hukum, dia bisa maju tanpa Allah. Tapi jika seseorang hidup oleh Roh, dia tidak akan mampu untuk meninggalkan Allah walaupun untuk sejenak. Bagitu dia meninggalkan Allah, dia akan mati.

Watchman Nee, Vol 41-25


BAB DUA PULUH TIGA

NADA DARI PENGHIDUPAN YANG MENANG

Tanggal: 19 Nopember 1935, malam hari

Tempat: Chuenchow

Pembacaan Alkitab: Rm. 8:37; Mzm. 20:5

Kita perlu melihat hal lainnya malam ini—nada dari suatu penghidupan yang menang. Sebelum kita masuk ke dalam perkara ini, kita harus mengulang apa yang telah kita lihat. Kita pertama-tama melihat bahwa metode manusia untuk mencapai kemenangan adalah dengan menahan diri, bergumul, dan berdoa, dll. Sebenarnya, tidak ada satupun dari metode ini yang berhasil. Kedua, kita melihat bahwa Kristus adalah kemenangan kita. Menang adalah Kristus itu sendiri. Hayat yang menang yang telah diberikan Allah kepada kita tidak lain adalah Kristus itu sendiri. Ketiga, karakteristik yang paling penting dari hayat yang menang adalah bahwa itu merupakan suatu pertukaran, bukan pengubahan. Keempat, kita melihat bahwa ada dua hal yang harus kita lakukan—merelakan dan percaya. Kelima, kita melihat bahwa ada dua hal juga yang harus kita lakukan setelah menang—mengakhiri semua dosa dan berkonsikrasi secara penuh. Keenam, kita melihat bahwa Tuhan adalah Dia yang menjaga kita di dalam menempuh kehidupan yang menang; Tuhan secara terus menerus menang bagi kita. Kita harus menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan setiap hari. Kita harus bersandar pada-Nya dan menyerahkan diri kita kepada-Nya hari demi hari dan waktu demi waktu, mengizinkan kemenangan-Nya untuk dimanifestasikan di dalam kita. Jika ada yang belum melakukannya, saya harap Anda mau melakukannya hari ini.

Sekarang mari kita melihat nada dari kehidupan sehari-hari seorang pemenang. Ketika kita berkidung, kita memiliki kata-kata dan nada. Banyak orang menyanyi dengan kata-kata yang benar tapi dengan nada yang salah. Mohon diingat bahwa hayat yang menang juga memiliki nadanya. Setelah seseorang melewati pintu gerbang kemenangan, dia tidak bisa menang setiap hari jika dia tidak membawa nada kemenangan bersamanya. Jika nadanya salah, segala sesuatunya akan salah. Orang Fukien dan orang Amoy berbicara dengan nada yang berbeda. Tapi hanya ada satu nada bagi hayat yang menang. Jenis kemenangan yang ada di dalam Alkitab adalah yang membuat kita lebih daripada orang-orang yang menang (Rm. 8:37). Itu bukan jenis kemenangan yang hanya sedikit mengizinkan kita untuk menang. Kata hanya sedikit (barely) adalah perkataan saya sendiri; Alkitab tidak pernah menggunakan kata tersebut. Akan tetapi, faktanya adalah banyak orang Kristen yang hanya menang sedikit. Kemenangan mereka bukanlah kemenangan yang membuat mereka lebih daripada orang-orang yang menang. Kemenangan semacam itu bukanlah kemenangan yang sejati.

BERSORAK-SORAI DALAM KEMENANGAN

Keselamatan dan kemenangan adalah kata yang sama di dalam bahasa Ibrani. Bersorak-sorai dan bersukacita juga adalah kata yang sama di dalam bahasa Ibrani. Jadi, Mazmur 20:5 yang mengatakan, “Kami mau bersorak-sorai dalam keselamatan-Mu,” bisa diterjemahkan menjadi “Kami mau bersukacita dalam kemenangan-Mu.” Apa perbedaan antara kemenangan dengan bersorak-sorai bagi kemenangan? Misalnya dua kelompok pelajar sedang bertanding dan salah satu tim menang. Ini adalah kemenangan; tim tersebut telah menang. Bersorak-sorai bagi kemenangan adalah bagi para penggembira untuk bersorak-sorai dengan lantang bagi tim yang menang. Para pelajar yang benar-benar bertanding adalah orang-orang yang menang. Teman-teman mereka tidak menang, namun mereka bisa bersorak-sorai dalam kemenangan. Demikian juga, kemenangan adalah Kristus; ini tidak ada hubungannya dengan kita. Kita tidak bertanggung jawab atas kemenangan-Nya, tapi kita bertanggung jawab untuk satu hal—untuk bersorak-sorai dalam kemenangan. Tuhan sudah mendapatkan kemenangan, dan kita bersorak-sorai dalam kemenangan. Inilah nada dari penghidupan yang menang. Setiap orang dari kita seharusnya memiliki nada kemenangan yang seperti ini di dalam kehidupan sehari-hari kita. Jika kita memiliki nada kemenangan, kita memiliki penghidupan yang menang. Tanpa nada kemenangan, kehidupan sehari-hari kita masih gagal. Lebih daripada orang-orang yang menang adalah menang terus menerus dan memiliki nada kemenangan setiap waktu.

Kemenangan dari banyak orang adalah kemenangan yang ogah-ogahan. Itu adalah kemenangan yang hanya sedikit dan sunyi senyap. Misalnya, ketika orang lain mencaci-maki, Anda mungkin tidak bereaksi; sebaliknya, Anda menutup mulut Anda. Anda mungkin mengira bahwa melalui berdiam diri seperti itu Anda sedang menang. Memang benar bahwa itu adalah menang, tetapi itu adalah kemenangan yang hanya sedikit. Itu bukan kemenangan yang membuat Anda lebih daripada orang-orang yang menang, juga bukan sorak-sorai kemenangan. Sorak-sorai kemenangan yang mengikuti suatu kemenangan adalah kemenangan yang bersukacita, bersyukur, dan memuji secara berkesinambungan. Itu bukan suatu usaha yang ogah-ogahan, juga bukan suatu tindakan menahan diri atau bersabar. Bersorak-sorai bagi kemenangan adalah memuji di dalam segala macam situasi dan bagi segala macam alasan. Inilah lebih dari menang. Kebanyakan orang mengira bahwa berdiam diri ketika mereka sedang dicaci-maki adalah menang. Akan tetapi ini bukanlah kemenangan yang sesungguhnya. Kemenangan yang sesungguhnya adalah bersyukur dan memuji Tuhan di dalam segala macam kesulitan dan penderitaan. Ini bukan hanya kemenangan, melainkan sorak-sorai dari kemenangan. Kita harus ingat bahwa cawan yang telah Allah berikan kepada kita adalah cawan yang melimpah (Mzm. 23:5). Itu bukan cawan yang hanya memiliki beberapa tetes air. Cawan kita meluap adalah kita bersorak-sorai bagi kemenangan. Jika orang lain meminta saya untuk berjalan satu mil, dan saya berjalan satu mil, itu bukan kemenangan. Lebih dari menang adalah jika orang lain meminta saya untuk berjalan satu mil, saya berjalan dua mil. Jika orang lain meminta baju saya, dan saya memberi baju saya, itu tidak menang. Tapi jika orang lain meminta baju, dan saya menyerahkan jubah saya juga, itu adalah kemenangan yang sesungguhnya. Ketika orang lain mencaci-maki saya, saya tidak hanya sekadar berusaha untuk menekan diri saya atau berusaha untuk bersabar. Melainkan, saya berkata kepada Allah, “Aku mengucap syukur,” dan saya mengatakannya tanpa rasa ogah-ogahan atau ragu-ragu. Inilah kemenangan yang membuat kita lebih dari menang. Kita seharusnya mengatakan kepada Tuhan, “Semua kesulitan yang telah menimpaku adalah pemberesan-Mu yang penuh kemurahan. Aku bersyukur pada-Mu bahwa aku mampu untuk menderita bagi-Mu.” Inilah nada kemenangan. Tuhan memberi Anda kemenangan supaya Anda bisa bersyukur dan memuji Dia. Banyak orang kelihatannya menang, namun mereka tidak memiliki nada kemenangan. Misalnya, seseorang mungkin berada di dalam kesulitan dan berkata kepada Tuhan, “Aku sedang menderita.” Ini berarti dia sudah kehilangan nada kemenangan. Mereka yang tidak bisa bersyukur dan memuji di dalam penderitaan mereka hanya berhasil sedikit; mereka tidak lebih dari orang-orang yang menang.

BERSUKACITA SENANTIASA

Beberapa bagian di dalam Alkitab berbicara mengenai bersukacita. Matius 5:11-12 mengatakan, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." “Bersukacita dan bergembira” berarti “bersukacita dengan sangat dan sambil bersorak-sorai (greatly and jubilantly).” Yakobus 1:2 mengatakan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.” Apakah nada kita di tengah-tengah pencobaan? Yakobus mengatakan bahwa kita harus menganggapnya sebagai kebahagiaan. Inilah kemenangan yang riil. Seekor ikan harus berada di dalam air untuk bisa bertahan hidup. Demikian juga, hayat yang menang hanya bisa bertahan di dalam suatu lingkungan ucapan syukur dan pujian. Jika diletakkan di dalam suatu atmosfir kesedihan, dia akan mati. Kapankala hati kita kehilangan ucapan syukur dan pujian, dia kehilangan kemenangannya. Filipi 4:4 mengatakan bahwa kita harus bersukacita senantiasa. Bersukacita di dalam Perjanjian Baru itu tidak ada hentinya, bukan sekali-kali. Seharusnya tidak ada waktu istirahat bagi sukacita kita. Kapankala kita kehilangan kebahagiaan kita, kita kehilangan kemenangan kita. Jadi, kita harus bersukacita dalam Tuhan setiap waktu. Satu Petrus 4:13 mengatakan bahwa kaum beriman seharusnya bersukacita di dalam segala macam keadaan dan dipenuhi dengan ucapan syukur dan pujian. Banyak orang beriman tidak memiliki senyum di wajah mereka. Ini adalah ekspresi dari ketiada-sukacitaan. Pada suatu kali Paulus dan Silas dipukuli dan dibelenggu pada tangan dan kaki mereka. Namun mereka masih mampu untuk menyanyi. Saat mereka menyanyi, mungkin mulut mereka mengarah ke bawah, tapi hati mereka pasti mengarah ke atas. Ucapan syukur dan pujian ini mengguncangkan bumi dan membuka pintu penjara. Roh mereka sudah keluar, namun tubuh mereka masih di situ (Kis. 16:22-28). Inilah kemenangan yang diinginkan Tuhan. Dia ingin mendengar nyanyian kita di tengah malam sebab Dia tahu bahwa matahari terbit hanya tinggal beberapa jam lagi.

MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA SESUATU

Dalam hal apakah kita seharusnya mengucap syukur? Kolose 3:17 dan 1 Tesalonika 5:18 mengatakan bahwa kita seharusnya mengucap syukur dalam segala sesuatu. Kita seharusnya memiliki suatu kebiasaan untuk mengucap syukur. Ini berarti apapun yang mungkin terjadi—hal yang besar, hal yang kecil, hal yang baik, atau hal yang buruk—kita harus mengucap syukur. Seorang saudara adalah pekerja di rel kereta api. Sekali waktu, ketika dia sedang bekerja, sebuah kereta api lewat dan karena kecerobohan, salah satu kakinya terpotong oleh kereta tersebut. Ketika dia bangun di rumah sakit, dia ditanyai mengenai keadaannya. Dia menjawab, “Syukur dan puji Tuhan.” Ketika dia ditanya, “Bagaimana Anda bisa mengucap syukur dan memuji Tuhan pada saat-saat seperti ini?”, dia menjawab, “Saya tidak melihat berapa banyak kaki saya yang hilang. Saya melihat berapa banyak kaki yang masih saya miliki.” Inilah nada kemenangan. Nada kemenangan adalah nada dimana kita mengucap syukur dan memuji di tengah-tengah pencobaan. Hati kita seharusnya menyerah kepada Tuhan. Kita seharusnya menerima dengan sukacita apapun yang Dia berikan kepada kita, dan kita seharusnya beristirahat di dalam kehendak-Nya. Tidaklah memadai bagi kita untuk hanya sekadar menanggung pencobaan. Jenis daya tahan yang dijabarkan di dalam Alkitab bukanlah daya tahan yang pasif. Kolose 1:11 mengatakan bahwa kita dikuatkan untuk menanggung segala sesuatu dengan sukacita. Jenis daya tahan yang ditopang melalui kertak gigi tidak banyak gunanya bagi siapapun juga. Daya tahan yang menang adalah daya tahan yang menanggung dengan sukacita, dan hanya mereka yang sepenuhnya menerima kehendak Allah bisa menanggung dan menderita dengan gembira.

UCAPAN SYUKUR DAN PUJIAN ADALAH

JALAN MENUJU KEMENANGAN

Ucapan syukur dan pujian adalah nada kemenangan. Mereka juga adalah jalan menuju kemenangan. Dua Tawarikh 20:21-22 menceritakan mengenai bangsa Israel mengalahkan musuh-musuh mereka di dalam pertempuran melalui puji-pujian. Yosafat, raja Yehuda, mengangkat orang-orang Lewi untuk memberikan pujian dalam pakaian kudus (ay. 21) dan untuk keluar di muka orang-orang bersenjata, menyanyikan nyanyian syukur kepada Yehova. Mereka berpakaian kudus; mereka tidak memakai baju zirah atau membawa senjata. Orang lain mungkin tercengang melihat mereka. Di satu pihak, mereka harus berperang, dan di lain pihak, kemenangan bukanlah milik mereka. Mereka berperang berdasarkan kemenangan. Pertama, mereka menang, dan kemudian mereka berperang—inilah kemenangan yang sejati. Berperang dan kemudian menang bukanlah kemenangan, melainkan kekalahan. Kita pertama-tama percaya bahwa kita sudah menang dan kemudian maju untuk berperang. Kita tidak berperang supaya menang. Ada suatu perbedaan yang besar di antara keduanya. Alkitab mengatakan bahwa kita berperang sebab kita sudah menang. Jika kita nampak hal ini, kita akan tahu bagaimana cara menerapkan fakta ini di masa yang akan datang. Misalnya godaan mendatangi kita. Jika kita melihat bahwa Tuhan adalah kemenangan kita dan bahwa Dia sudah menang, dan jika kita maju berperang berdasarkan hal ini, kita ini sedang bersorak-sorai bagi kemenangan. Tapi jika kita berperang supaya menang, kita sudah kalah. Kemenangan yang sejati adalah mengenal bahwa kita sudah menang dan kemudian pergi berperang berdasarkan pengetahuan tersebut.

Peperangan kemenangan semacam itu mengalahkan musuh melalui ucapan syukur dan pujian. Begitu kita mengucap syukur dan memuji, musuh lari tunggang-langgang. Ketika kita percaya dalam Firman Allah, kita bisa membualkan pujian. Mazmur 106:12 mengatakan bahwa setelah Allah menenggelamkan seluruh pasukan Firaun di Laur Merah, bani Israel percaya kepada segala firman-Nya dan menyanyikan puji-pujian kepada-Nya. Kapankala kita memiliki iman, kita bisa menang dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Kita harus belajar untuk mengucap syukur dan memuji Dia dengan tidak putus-putusnya. Kita tidak seharusnya mengubur ucapan syukur dan pujian kita. Jika kita mengucap syukur dan memuji Dia dengan tak putus-putusnya, kita akan secara berkesinambungan menempuh suatu kehidupan yang menang.