BAB ENAM
KISAH PENCIPTAAN DAN KEBENARAN MENGENAI DISPENSASI
Jika kita ingin memahami Alkitab dengan jelas, kita harus membagi Alkitab ke dalam beberapa dispensasi yang berlainan. Wahyu Allah di dalam Alkitab berbeda menurut dispensasi yang berlainan. Allah menggunakan cara tertentu untuk membereskan orang-orang di dalam masing-masing dispensasi. Jika dispensasi-dispensasi ini dicampur-adukkan dalam pengkajian Alkitab, ada yang akan melihat banyak kontradiksi dan menemukan banyak bagian yang sulit untuk dimengerti sebab mereka tidak menyadari bahwa pemberesan Allah terhadap manusia berbeda-beda menurut dispensasi yang berlainan. Orang-orang tidak percaya mengira bahwa kontradiksi ini eksis dikarenakan para penulis Alkitab tidak memiliki konsep yang lengkap mengenai Allah. Mereka mengira bahwa konsep Allah berevolusi secara bertahap sampai menjadi terang dan jelas pada jaman Tuhan Yesus. Ini adalah nada orang-orang tidak percaya yang berusaha untuk mendiskreditkan Alkitab sebagai wahyu Allah. Kita tidak bisa menerimanya, tapi kita mengakui bahwa memang ada kemajuan doktrin di dalam kitab-kitab yang berlainan di dalam Alkitab. Apa yang kita lihat hanya secara samar-samar di dalam permulaan Perjanjian Lama termanifestasi, dalam terang Perjanjian Baru yang jelas, kekurangan wahyu yang penuh. Ini bukan dikarenakan konsep manusia terhadap Allah yang berubah, melainkan karena wahyu Allah terhadap manusia berbeda. Pemberesan Allah terhadap manusia berbeda-beda menurut suatu dispensasi tertentu; oleh karena itu, Allah secara bertahap mewahyukan Diri-Nya kepada manusia dan juga mewahyukan perbuatan seperti apa yang seharusnya dimiliki seseorang selama dispensasi dimana dia hidup.
Kita harus membagi Alkitab menjadi beberapa dispensasi yang berbeda-beda. Banyak orang mengira bahwa satu-satunya pemisahan dispensasional di dalam Alkitab adalah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Walaupun pemisahan ini adalah suatu bantuan yang baik sekali dalam pengkajian, tapi belum sempurna. Semua sarjana Alkitab yang telah mempelajari Alkitab dengan cermat telah melihat bahwa ada tujuh dispensasi di dalam Alkitab. Analisa ini bukan berdasarkan ide manusia. Melalui pengkajian yang tekun, kita bisa melihat bahwa ada pembagian yang alami (dari tujuh dispensasi) di dalam Alkitab.
Dispensasi yang pertama adalah dispensasi tanpa dosa (dispensation of innocence), mencakup periode waktu dimana Adam dan Hawa berada di taman Eden. Dispensasi yang kedua adalah dispensasi hati nurani, mencakup periode waktu yang dimulai setelah Adam diusir dari firdaus dan menerima hati nurani sampai akhir banjir besar. Dispensasi ketiga adalah dispensasi pemerintahan manusia, mencakup periode waktu setelah banjir besar sampai penyerakan di Babel. Dispensasi keempat adalah dispensasi janji, mencakup periode antara pemanggilan Abraham dan keluarnya bani Israel dari Mesir. Dispensasi kelima adalah dispensasi hukum Taurat, mencakup periode mulai dari keluar dari Mesir dan pemberian hukum di Gunung Sinai sampai waktu ketersaliban. Dispensasi keenam adalah dispensasi kasih karunia, mencakup periode waktu mulai dari kematian Tuhan Yesus dan turunnya Roh Kudus sampai keterangkatan kaum saleh. Dispensasi ketujuh adalah dispensasi kerajaan, dimulai dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua dan penegakkan kerajaan di bumi sampai akhir milenium. Setelah milenium, langit dan bumi akan dibakar oleh api. Lalu Allah akan membuat langit baru dan bumi baru dimana orang-orang benar akan tinggal. Ini akan menjadi permulaan dari kekekalan.
Dua dispensasi yang paling penting di dalam Alkitab adalah dispensasi hukum Taurat dan dispensasi kasih karunia. Kedua dispensasi ini adalah yang paling panjang dan paling sering disinggung di dalam Alkitab. Kondisi awal manusia, perjanjian Allah dengan manusia, kejatuhan manusia, dan penghakiman Allah semuanya berbeda-beda di dalam masing-masing dispensasi ini. Jika kita tidak membedakan dispensasi yang berlainan ini ketika kita membaca Alkitab, kita akan melihat banyak kontradiksi. Allah membereskan orang-orang secara berbeda di dalam masing-masing dispensasi. Jika kita tidak dengan cermat membedakan dispensasi, kita bisa menuntut orang-orang di dalam dispensasi ini untuk memelihara hukum Taurat. Ini akan menghasilkan kekacauan dan membuat kita menyalah-artikan makna dari Alkitab. Ketujuh dispensasi dari Alkitab ini memberi tahu kita cara-cara yang berlainan yang diambil Allah dalam membereskan manusia. Tujuan terbesar Allah di dalam ketujuh dispensasi ini, sejauh menyangkut manusia, adalah untuk memperlihatkan bahwa manusia seharusnya diselamatkan oleh kasih karunia dan bukan oleh pekerjaan. Galatia 3 memberi tahu kita bahwa ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, tujuan-Nya adalah supaya manusia bisa diselamatkan melalui kasih karunia. Pada saat itu manusia tidak tahu bahwa dia itu berdosa dan tidak mau mengakui bahwa dia tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya sendiri melalui pekerjaan baik. Untuk memperlihatkan manusia bahwa dia berdosa dan tidak bisa melakukan kebaikan, Allah menambahkan hukum Taurat setelah Dia memberikan janji-Nya kepada Abraham supaya manusia bisa mengenal dirinya sendiri. Semua perintah dan ketentuan di dalam hukum Taurat memperlihatkan ketidakmampuan dan kecemaran batini manusia sehingga dia akan bersedia untuk menerima kasih karunia dan diselamatkan. Menurut alamiah manusia, tidak seorang pun menyukai kasih karunia. Semua orang mengira bahwa diri mereka mampu, mampu untuk berbuat baik, tanpa dosa di dalam diri mereka, bersih, dan mampu untuk diselamatkan melalui pekerjaan yang baik. Karena itulah Allah harus pertama-tama membuat manusia mengenal dirinya sendiri; hanya dengan demikianlah dia akan mengakui bahwa dia itu tidak berdaya, hanya dengan demikianlah dia akan mengaku bahwa dia adalah orang berdosa dan menerima kasih karunia Allah tanpa kesombongan sama sekali. Allah menghabiskan lebih dari seribu lima ratus tahun di dalam dispensasi hukum Taurat untuk membuktikan bahwa tidak seorang pun di dunia bisa memelihara hukum Taurat-Nya atau pun melakukan kebaikan. Setelah ujian selama lima belas abad Allah memanifestasikan tujuan sebenar-Nya di dalam dispensasi kasih karunia; manusia bisa diselamatkan melalui percaya pada kasih karunia-Nya. Kasih karunia ini diberikan kepada dunia melalui kematian Tuhan Yesus bagi orang-orang berdosa. Sungguh disayangkan bahwa bahkan hari ini masih ada banyak orang yang tidak tahu bahwa mereka itu penuh dengan dosa. Mereka masih berencana untuk diselamatkan melalui pekerjaan. Orang-orang ini seharusnya kembali kepada dispensasi hukum Taurat dan diuji supaya mengenal diri mereka sendiri!
Kita hanya bisa berbicara sedemikian mengenai pengajaran tujuh dispensasi. Sekarang kita akan menunjukkan mengapa kisah penciptaan di dalam Kejadian 1 mengekspresikan pengajaran tujuh dispensasi di dalam Alkitab. Ada banyak penulis di Eropa dan Amerika Serikat yang lebih cakap dari saya dan yang sudah menulis banyak wacana mengenai poin ini. Saya tidak percaya kalau saya bisa menulis lebih baik dari mereka, tapi saya hanya ingin menyinggung poin-poin ini secara singkat untuk membantu mereka yang belum mengenal pengajaran ini.
Sebelum kita maju lebih jauh, kita harus pertama-tama menyinggung satu ayat secara khusus. Kita tahu bahwa di dalam dispensasi ketujuh akan ada seribu tahun. Ini adalah kerajaan seribu tahun, dan Wahyu 20 dengan jelas memberi tahu kita bahwa dispensasi kerajaan akan benar-benar berlangsung seribu tahun. Banyak yang menyalah-artikan Sabat dari penciptaan sebagai lambang dari kerajaan seribu tahun. Karena hari Sabat milenial itu seribu tahun, berdasarkan 2 Petrus 3:8 mereka mengira bahwa enam hari juga adalah enam ribu tahun. Mereka mengira bahwa tujuh hari penciptaan adalah lambang dari tujuh ribu tahun sejarah dunia. Dasar mereka adalah "bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." Ini keliru, dan saya sendiri tidak percaya. Pengajaran di dalam 2 Petrus 3:8 tidak memberi tahu kita bahwa Tuhan menganggap satu hari sebagai seribu hari. Tujuan dari ayat ini adalah untuk menjelaskan kepada kaum saleh bahwa waktu bukan masalah bagi Allah yang kekal. Dia adalah Allah yang kekal; karena itu, waktu tidak mempengaruhi-Nya. Jika kita mengatakan bahwa tujuh hari penciptaan berarti tujuh ribu tahun karena Tuhan menganggap satu hari seperti satu tahun, lalu bagaimana kita menjelaskan kalimat selanjutnya yang mengatakan bahwa Tuhan menganggap "seribu tahun sama seperti satu hari." Oleh karena itu, makna yang sebenarnya dari ayat ini bahwa Tuhan menganggap "seribu tahun sama seperti satu hari" adalah bahwa dalam penderitaan-Nya yang berkepanjangan (longsuffering), seribu tahun itu tidak banyak. Dalam hubungan dengan keterlambatan-Nya, Tuhan menganggap bahwa "satu hari sama seperti seribu hari." Ini berarti keterlambatan satu hari bagi Dia sama dengan terlambat seribu tahun. Ini berbicara mengenai kesetiaan dari janji Tuhan dan kelapangan kasih karunia-Nya. Ini terbukti di dalam ayat selanjutnya. Kita tidak seharusnya membawa firman dari Alkitab keluar dari konteksnya untuk membuktikan ide kita.
Sekarang kita kembali kepada judul kita. Kejadian 1:1 mengatakan, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Ini menandakan dispensasi tanpa dosa. Apa yang Allah ciptakan adalah sempurna, baik, dan tanpa cacat. Selama dispensasi tanpa dosa, umat manusia juga tanpa dosa. Akan tetapi, langit dan bumi yang diciptakan oleh Allah tidak tetap dalam kondisi yang sama seperti ketika mereka keluar dari tangan Allah. Ayat 2 memberi tahu kita bahwa "bumi tanpa bentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera dalam." Bumi yang diciptakan Allah berubah dari penampilannya yang semula. Dia dihakimi oleh Allah; oleh karena itu, dia jatuh ke dalam keadaan yang gersang. Kesempurnaan yang sebermula telah hilang. Ini menunjukkan situasi setelah manusia diusir dari taman Eden. Manusia berdosa, jatuh, mengikuti perkataan Satan, dan memberontak melawan perintah Allah. Mereka menerima penghakiman dan murka Allah. Mereka tidak lagi memiliki hak untuk tinggal di dalam firdaus Eden yang indah. Mereka diusir dalam ketelanjangan, penderitaan, dan kutukan. Walaupun mereka ditutupi oleh jubah kulit, mereka telah kehilangan rupa mereka yang sebermula. Sejak saat itu, satu-satunya cara untuk menjabarkan kondisi mereka adalah bahwa dengan keringat di wajah, dia akan makan roti, dan dalam dukacita dia akan melahirkan anak dan berada di bawah penindasan. Inilah permulaan dan kesimpulan dari dispensasi pertama--dispensasi tanpa dosa.
Pekerjaan pada hari pertama adalah lambang dari dispensasi kedua, dispensasi hati nurani, sebab pekerjaan pada hari itu dengan jelas menunjukkan kondisi sebelum banjir besar. Walaupun terang bersinar, penerangan tersebut tidak menginterfensi ataupun membantu penciptaan. Bersinarnya terang itu hanya mewahyukan kegersangan. Pada saat ini walaupun manusia menerima suatu hati nurani untuk membedakan yang baik dari yang jahat dan memahami benar dan salah, mereka tidak memiliki pertolongan Allah untuk mengekang sifat dosa mereka atau perbuatan dosa yang berasal dari sifat dosa mereka. Selain mewahyukan kedosaan manusia, hati nurani tidak menahan seseorang dari berbuat kejahatan. Pekerjaan hati nurani adalah seperti bersinarnya terang Allah ke dalam orang-orang berdosa; dia mewahyukan satu demi satu kegagalan dari orang-orang berdosa dan dengan sepenuhnya mengekspos bahkan hal yang paling kecil sekalipun. Sama seperti terang hari pertama tidak bisa memberikan bantuan kepada dunia yang gersang, hati nurani juga tidak bisa memberi kita bantuan apa pun.
Pekerjaan pada hari kedua adalah penciptaan cakrawala. Tidak sulit untuk menemukan makna cakrawala di dalam Alkitab. Daniel 4:26 mengatakan, "Segera sesudah tuanku mengakui, bahwa Sorgalah yang memiliki kekuasaan." Menurut Alkitab, cakrawala terutama mengacu kepada posisi otoritas. Air berada di atas cakrawala. Jika kita mempelajari sifat dari air, kita tahu bahwa air adalah substansi yang paling lemah dan paling tidak menentu. Ekspresi "lemah seperti air" mengindikasikan hal ini. Cakrawala dan air bergabung berarti otoritas yang lemah dan tidak menentu. Ada otoritas, tapi lemah dan tidak menentu. Pekerjaan pada hari kedua adalah lambang dari dispensasi pemerintahan manusia. Setelah banjir besar, Allah menyerahkan otoritas untuk memerintah kepada manusia. Sebelum banjir besar, ketika adik Kain mati, dia berkata, "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?" (Kej. 4:9). Setelah banjir besar, Allah memerintahkan, "Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia" (9:6). Ini dengan jelas membicarakan pemerintahan manusia sebab Allah menyerahkan otoritas kepada manusia untuk mengeksekusi hukuman mati. Ada otoritas, tapi manusia yang memiliki otoritas selemah air. Perintah itu diserahkan kepada Nuh, tapi tidak lama kemudian Nuh mengekspos kelemahannya sendiri dalam perkara mabuk-mabukan dan tidur dalam ketelanjangan (ay. 21). Walaupun Allah tidak memuji bahwa pekerjaan-Nya pada hari kedua itu baik, tujuan-Nya adalah baik. Pemerintahan manusia didirikan oleh Allah. Dia tidak bisa memberkati pemerintahan manusia, tapi melalui pemerintahan ini Dia bisa membuat manusia menerima berkat.
Pekerjaan pada hari ketiga adalah lambang dari dispensasi janji. Di dalam pekerjaan pada hari ketiga, daratan kering dipisahkan dari samudera. Menurut pengajaran Daniel 7:2-3 dan 17 dan Wahyu 17:15, kita tahu bahwa samudera mengacu kepada bangsa Kafir. Di dalam Alkitab, tanah kering adalah lambang dari bangsa Yahudi. Kita sering bisa melihat hal ini di dalam kitab-kitab para nabi, sebab setiap kali para nabi menyinggung "tanah/negeri ini," itu mengacu kepada tanah/negeri Yehuda. Oleh karena itu, pemisahan daratan kering dari samudera menandakan bani Israel dipisahkan dari bangsa Kafir. Dispensasi janji dimulai dengan pemanggilan Abraham. Panggilan untuk meninggalkan Ur-kasdim adalah seperti daratan kering dipisahkan dari samudera. Dimulai dengan Abraham, bani Israel menjadi umat pilihan khusus Allah. Panggilannya untuk dipisahkan dari bangsa Kafir adalah permulaan dari pemisahan bani Israel oleh Allah. Tujuan Allah dalam memisahkan daratan kering dari samudera adalah supaya dia menghasilkan buah. Ini membawa kita kepada bagian kedua dari pekerjaan di hari ketiga.
Kita sudah menyinggung sebelumnya bahwa pekerjaan pada hari ketiga terbagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama, Allah memisahkan daratan kering dari samudera; pada bagian kedua, Allah membuat daratan menghasilkan buah. Bagian pertama dari pekerjaan adalah lambang dari dispensasi keempat, dispensasi janji. Bagian kedua dari pekerjaan di hari ketiga adalah lambang dari dispensasi kelima, dispensasi hukum Taurat. Allah memberikan hukum Taurat kepada bani Israel supaya mereka berbuah. Hukum Taurat adalah seperti bajak untuk menggarap tanah dalam-dalam sehingga dia bisa menghasilkan buah. Ketika Allah memberi hukum Taurat kepada bani Israel, maksud sebermulanya adalah supaya mereka berbuah. Air tidak bisa menghasilkan buah. Demikian juga Allah tidak menuntut bangsa Kafir untuk menghasilkan buah kepada-Nya. Allah memperhatikan tanah. Melalui hukum Taurat dia menaburkan benih ke dalam bangsa Israel. Sebagai pemilik tanah, Dia sering mengutus para pelayan-Nya kepada para penggarap tanah untuk meminta buah. Kita tahu bahwa hanya sedikit buah yang dihasilkan oleh bani Israel. Walaupun demikian, Allah memakai mereka untuk menghasilkan buah sebab "keselamatan datang dari bangsa Yahudi" (Yoh. 4:4). Tuhan Yesus adalah seorang manusia yang berada di bawah hukum Taurat (Gal. 4:4). Dia memelihara hukum yang sempurna dan menghasilkan buah yang paling baik. Dia adalah seorang Israel sejati. Sedangkan untuk bani Israel lainnya, mereka akan menghasilkan buah di dalam kerajaan seribu tahun.
Pekerjaan pada hari keempat adalah lambang dari dispensasi keenam, dispensasi kasih karunia. Benda-benda penerang surgawi dengan jelas membicarakan Kristus dan gereja-Nya. Ini mewakili jaman gereja hari ini. Kristus adalah seperti matahari yang muncul di dalam hati manusia melalui kuasa Roh Kudus. Dalam cara ini manusia memahami dan menerima kasih karunia-Nya. Selama periode ini gereja memiliki tanggung jawab untuk memantulkan terang Kristus. Jaman hari ini adalah malam panjang yang sangat gelap. Selama periode ini Kristus telah naik ke surga. Gereja dan kaum saleh adalah satu-satunya benda penerang di bumi. Kita tahu bahwa semua benda penerang ini berasal dari langit. Kita bersinar di hadapan manusia berarti kita seharusnya dilihat sebagai orang-orang dari dunia lain. Orang-orang akan melihat bahwa Kristus itu bukan dari dunia dan bahwa kita juga bukan dari dunia. Kehidupan kita seharusnya juga memikul sifat surgawi dengan Kristus bersinar melalui wajah kita melalui sukacita dan kepuasan kita dalam Dia. Seluruh kesaksian gereja selama jaman kasih karunia ini berhubungan dengan penyinaran ini. Sangat disayangkan bahwa terang hari ini sudah menjadi demikian suram da tidak jelas! Mempelai laki-laki berlambatan, dan terang telah menjadi kabur. Selain dari pelita milik para dara, ada terang apa lagi di dalam dunia? Bersinarnya terang injil adalah karakteristik dispensasi kasih karunia.
Pekerjaan pada hari kelima adalah lambang dari periode kesusahan besar yang dimulai pada akhir jaman gereja. Ada suatu periode pendek di antara akhir dispensasi keenam dan permulaan dari dispensasi ketujuh yang disebut dengan kesusahan besar. Ini adalah waktu pengujian bagi penghuni bumi.
Di dalam pekerjaan hari kelima ini, Allah kembali bekerja pada air (menciptakan makhluk-makhluk di dalam air – red). Pada saat itu gelombang dan ombak bergelora di laut. Situasi ini dijabarkan di dalam Mazmur 93:3-4. "Air bah (the floods) telah mengangkat, ya Tuhan, air bah telah mengangkat suaranya, air bah mengangkat bunyi hempasannya." Ini adalah kondisi sebermula dari hari tersebut. Tapi "dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan ombak laut yang hebat, lebih hebat Tuhan di tempat tinggi" (Mzm. 93:4).
Ini adalah hari pengujian bagi dunia sebab pada waktu ini Allah akan menjatuhkan ujian kepada seluruh penghuni bumi (Why. 3:10). Samudera mengacu kepada bangsa Kafir. Pada saat itu bangsa Kafir akan menjadi liar dalam cara-cara mereka dan memberontak melawan Tuhan. Oleh karena itu, mereka akan berada di bawah ujian dari Allah. "Di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala yang menimpa bumi ini" (Luk. 21:25b-26a). "Sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar" (Yes. 26:9). Oleh karena itu, samudera akan penuh dengan banyak makhluk hidup. Pada saat itu Allah akan sudah memanggil pulang semua umat surgawi-Nya sebab Allah ingin mempersiapkan umat bumiah-Nya di atas bumi. Walaupun lamanya periode ini tidak akan panjang, Allah akan melakukan pekerjaan persiapan, sebab Dia ingin semua penghuni bumi untuk menikmati berkat di dalam hari-hari dimana kebenaran dan keadilan-Nya meraja.
Sementara penghuni bumi sedang diuji, Allah akan bekerja di udara. Allah tidak hanya menciptakan makhluk hidup di air, Dia juga membuat unggas bersayap di udara pada hari tersebut. Makna rohani dari hal ini tidak sulit untuk dipahami. Alkitab memberi tahu kita bahwa ketika penghuni bumi, bangsa Kafir, berada di bawah pengujian dan sedang dihakimi oleh Allah, kaum saleh akan diterima oleh Tuhan di udara. "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh lebih berharga daripada burung-burung itu?" (Mat. 6:26). "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu receh terkecil? Namun, seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu....Karena itu, janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit" (Mat. 10:29, 31). Tidakkah ini mengacu kepada orang-orang Kristen? Unggas bersayap sebenarnya adalah hewan di langit. Walaupun kadang-kadang mereka turun ke bumi, pada akhirnya mereka kembali ke rumah. Tempat di mana mereka tinggal dan terbang adalah di udara. Allah telah menetapkan bahwa unggas bersayap bisa terbang di atas bumi di udara. Pada masa kesusahan besar, "Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan" (1 Tes. 4:16-17). Unggas bersayap akan segera pulang.
Di dalam pekerjaan hari keenam, Allah menciptakan Adam dan Hawa dan memerintahkan mereka untuk menguasai bumi. Ini adalah lambang dari dispensasi ketujuh, dispensasi kerajaan. Rasul Paulus memberi tahu kita di dalam Roma 5:14 bahwa Adam adalah lambang Kristus yang akan datang. Dia juga memberi tahu kita di dalam Efesus 5:25 dan 32 bahwa Hawa adalah lambang dari gereja, yang akan dipersembahkan kepada Kristus tanpa cacat atau kerut. Selama dispensasi ketujuh, Kristus, sebagai Putra Manusia, akan duduk di atas takhta-Nya bersama umat-Nya (Why. 1:13; 3:21). Pemerintahan ini menyangkut Allah memerintah melalui manusia. Manusia ini adalah manusia Kristus Yesus (1 Tim. 2:5).
Di dalam pekerjaan pada hari tersebut, kita melihat banyak makhluk hidup dihasilkan di bumi. Makhluk hidup di air dan unggas bersayap di udara sudah disinggung. Allah akan memalingkan perhatian-Nya kepada bani Israel lagi. Mereka adalah "daratan." Selama seribu tahun, bukan hanya bangsa kafir yang telah melewati kesusahan besar akan menjadi warganegara dari kerajaan, dan bukan hanya kaum saleh akan meraja bersama Kristus, tapi bani Israel juga akan kembali berjaya. Mereka akan menerima berkat Allah yang telah dinubuatkan melalui para nabi; mereka akan menerima apa yang telah Allah janjikan ketika Dia membuat perjanjian dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. "Pada hari-hari yang akan datang, Yakub akan berakar, Israel akan berkembang dan bertunas dan memenuhi muka bumi dengan hasilnya" (Yes. 27:6). Pada saat itu Allah akan menaburkan Yizreel di bumi (Hos. 2:21b-22a).
Sisa dari hari ketujuh adalah lambang dari langit baru dan bumi baru, dan dari kekekalan setelah seribu tahun. Tujuh dispensasi telah berlalu. Yang tertinggal adalah perhentian/istirahat. Perhentian ini bukan lambang dari seribu tahun, sebab seribu tahun bukan suatu perhentian. Allah berhenti pada hari ketujuh dan tidak bekerja lagi. Tapi seribu tahun masih bukan waktu bagi Allah untuk berhenti; Allah baru akan mendapatkan perhentian pada langit baru dan bumi baru. Oleh karena itu, hari perhentian bukanlah lambang dari seribu tahun.
Tidak ada hari lain lagi setelah hari ketujuh. Seluruh pekerjaan akan sudah selesai. Kedambaan hati dari kehendak Allah akan tergenapi. Dia memberkati hari perhentian. Menurut pemikiran Allah, hanya ada tujuh hari. Tidak perlu melanjutkan hari berikutnya setelah tujuh hari. Pekerjaan penebusan akan sudah digenapi. Segala sesuatu akan sudah digenapi menurut tujuan kekal Allah. Waktu tidak akan diperlukan lagi setelah pekerjaan selesai. Allah akan mengagumi Diri-Nya sendiri dalam segala pekerjaan yang telah Dia buat di antara makhluk ciptaan dan akan memberkati mereka selamanya. Akan tetapi, sebelum langit baru dan bumi baru dengan perhentian kekal tiba, pekerjaan Allah belum lengkap. Mata-Nya berkenan untuk melihat pekerjaan penebusan-Nya diselesaikan selengkapnya. Sebelum selesai, Dia tidak bisa beristirahat. Sungguh, bagaimana Allah bisa mendapatkan perhentian sebelum perampungan tersebut? Dia akan beristirahat ketika Dia melihat umat tebusan-Nya sepenuhnya dipersatukan kepada Dia yang unik dan diutus, menerima segala otoritas dan berkat. Inilah kekekalan. Kekekalan terletak pada kepuasan dan pujian Allah. Kapankah waktunya akan tiba?
Sunday, May 23, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment