BAB EMPAT
PENCIPTAAN DAN PENGALAMAN KRISTEN
Kita sudah melihat bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bahwa kemudian bumi menjadi tanpa bentuk dan kosong, dan bahwa Allah memulihkan bumi dan segala sesuatu di bumi dalam enam hari. Sekarang kita akan maju untuk melihat makna rohani dari semuanya ini.
Mengenai ciptaan sebermula, kita hanya tahu bahwa "pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej. 1:1). Pada ayat selanjutnya kita melihat bahwa situasinya berubah. Segalanya tidak lagi sama seperti sebelumnya: "bumi tanpa bentuk, dan kosong; gelap gulita menutupi samudera dalam" (1:2). Tentunya ini bukan situasi yang Allah ciptakan pada mulanya, sebab Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah "menciptakannya bukan porak-poranda" (Yes 45:18). Oleh karena itu, di dalam Kejadian 1, di antara ayat 1 dan 2, terdapat suatu perubahan yang besar. Setelah bumi menjadi gersang, Allah memulai pekerjaan pemulihan bumi-Nya yang telah Dia hakimi. Mulai hari pertama sampai hari keenam, Allah bekerja untuk memulihkan dunia. Pada hari yang ketujuh Dia beristirahat.
Apakah maksud Allah hanyalah supaya kita tahu bagaimana Dia menciptakan dan memulihkan dunia? Atau apakah ada makna yang lebih dalam? Apakah ada perbedaan antara "ciptaan baru" dan penciptaan dunia pada hari-hari itu? Apakah penciptaan dari dunia jasmani serupa dengan dunia rohani? Dunia lahiriah hanyalah suatu refleksi dari dunia batini. Cara yang ditempuh Allah untuk membereskan dunia yang besar ini adalah sama dengan cara Dia bertindak terhadap masing-masing individu. Di dalam rencana Allah dan penggenapannya, proses penciptaan dunia jasmani dan pengalaman pembaharuan kerohanian pribadi memiliki hubungan. Sejarah penciptaan melambangkan jalur pengalaman dari kehidupan kita dalam ciptaan baru.
Fokus kita sekarang ini bukanlah pada sejarah umat manusia jaman purbakala, melainkan pada pengalaman rohani individu-individu hari ini. Pada hari-hari terakhir ini, kegagalan yang paling besar adalah bahwa orang-orang terlalu memperhatikan umat manusia dan melupakan manusia-manusia secara individu. Tapi Allah tidaklah demikian. Walaupun dia ingin memberkati umat manusia, Dia memulainya dengan manusia-manusia secara individu. Dia tidak memandang rendah siapapun juga. "Namun, seekor pun (dua ekor burung pipit) tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu" (Mat. 10:29). Dari tindakan-tindakan Allah, kita seharusnya melihat tangan Bapa. Manusia telah berdosa dan telah jatuh; namun, syukur pada Allah bahwa dia tidak memandang rendah siapapun juga. Hati-Nya tercurah terhadap semua orang. Hanya mengenal ini saja bisa menghibur kita. Hanya hati Allah yang bisa memuaskan hati manusia.
I. "Pada mulanya" berarti permulaan dunia. "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej. 1:1). Ketika langit dan bumi pertama kali keluar dari tangan Pencipta, betapa mereka sangat segar dan cantik! Kesempurnaan, kemurnian, kecantikan, dan kecemerlangan adalah kondisi dari langit dan bumi pada saat itu. "Bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai" (Ayb. 38:7). Betapa sukacitanya! Tidak ada suara keluhan atau dukacita tercampur dengan melodi sukacita tersebut. Betapa harmonisnya Pencipta dan ciptaan! Tidak ada dosa, tidak ada Satan, tidak ada dukacita, tidak ada sakit, tidak ada penyakit, tidak ada maut, melainkan hanya kasih karunia dan kemuliaan. Tentu saja itu merupakan sebuah dunia yang penuh dengan sukacita dan kemuliaan.
Inilah kondisi sebermula dari manusia. Kondisi sebermula dari Adam dan Hawa adalah sempurna, sama seperti dunia jasmani sempurna pada mulanya. Manusia diciptakan dalam gambar Allah dan menurut rupa Allah. Allah mempersiapkan pendamping baginya. Allah meletakan dia di sebuah taman dan memberikati dia dan menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangannya. Dia adalah raja bumi. Allah memerintahkan dia untuk berkembang biak dan memenuhi bumi. Allah mengatakan bahwa itu luar biasa baik. Pada latar belakang Adam, tidak ada warisan dosa. Sifat dosa tidak ada di dalam dia, demikian juga tanda dosa tidak ada pada dirinya, juga kondisi dosa tidak ada di sekelilingnya. Adam adalah manusia ideal yang hidup di dalam lingkungan yang ideal. Adam dan pendampingnya bersekutu dengan Allah mereka. Segala sesuatu seharusnya telah membuat dia puas dan bahagia.
II. "Dan bumi menjadi tidak berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera dalam" (Kej. 1:2). Dunia yang dulunya sempurna telah jatuh, malapetaka datang, dan seluruh bumi berubah. Begitu dosa masuk, maut mengikutinya. Begitu maut masuk, maka masuk pula segala perbuatan milik maut. Karya agung Pencipta dihancurkan. Bejana tukang periuk telah rusak. Apa yang tadinya paling cantik sekarang menjadi yang paling jelek. Apa yang tadinya paling baik menjadi yang paling buruk. Apa yang tadinya disebut kesempurnaan menjadi yang gersang. Suara nyanyian tidak lagi terdengar; terang juga meredup. Seluruh bumi binasa di bawah penghakiman air Allah. Tidak ada lagi cakrawala. Gelap gulita menutupi samudera dalam, dan samudera dalam menutupi seluruh bumi. Tidak ada lagi di bumi yang terpisah dari warna yang suram, bau payau, dan suara gemuruh. Ciptaan sebermula Allah telah rusak.
Ini adalah sebuah gambaran yang gamblang mengenai betapa manusia telah meninggalkan Allah. Betapa kacaunya! Betapa gelapnya! Gelombang nafsu menggelora. Alam kita yang dulunya indah telah terkubur di dalam kedalaman dosa! "Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur" (Yes. 57:20).
Manusia menjadi jatuh. Awalnya dia menerima berkat, tetapi sekarang, kutukan. Maut dan dukacita datang ke tempat dimana tadinya ada hayat dan sukacita. Manusia terperosok ke dalam dosa dan tidak mampu untuk menolong dirinya sendiri. Dia tersembunyi di dalam kegelapan dan tidak bisa melihat dirinya sendiri. Karakteristik yang jelas dari manusia yang jatuh adalah kegersangan. Kegelapan dalam moralitas dan perkara-perkara rohani adalah kondisi umum dari orang-orang berdosa (Ef. 4:18). "Tidak berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera dalam"! Inilah gambaran yang sesungguhnya dari setiap orang berdosa. Betapa menyedihkannya bahwa banyak orang tidak menyadari kondisi mereka sendiri!
Inilah penyebab dari semua malapetaka dan dukacita di dalam dunia. Inilah sumber dari sifat dosa manusia. Manusia kehilangan gambar yang sebermula. Manusia yang diciptakan Allah pada mulanya adalah jujur (Pkh. 7:29). Akan tetapi, manusia kehilangan kondisinya. "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia melalui satu orang, dan melalui dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang" (Rm. 5:12). "Jadi, sama seperti melalui ketidaktaatan satu orang banyak orang telah menjadi orang berdosa" (ay. 19). Sekarang di hadapan Allah, kondisi manusia adalah "tanpa bentuk...kosong...dan kegelapan," "jauh dari hayat Allah" (Ef. 4:18), "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu" (Ef. 2:1), dan "tidak bisa disembuhkan" (Yer. 17:9). "Semua orang telah berbuat dosa" (Rm. 3:23), dan "tidak ada yang berbuat baik" (Rm. 3:12). "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak" (Rm. 3:10). Betapa menyedihkannya! Namun demikian manusia masih menyombongkan pengetahuan, hikmat, pendidikan, dan kebudayaan mereka. Jika manusia mau menyadari bahwa mereka itu "tidak berbentuk," "kosong," dan "gelap gulita," mereka akan diberkati.
III. "Dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air" (Kej. 1:2). Allah tidak bisa beristirahat di dalam situasi yang tanpa bentuk, kosong, dan gelap. Juga Dia tidak bisa bergembira dengan situasi dimana manusia ditaklukkan di bawah dosa, maut, dan Satan. Di dalam situasi yang demikian jatuh dan gersang, tidak akan mengejutkan jika Allah meninggalkan manusia. Namun Allah melalukan sesuatu yang sama sekali tidak diduga. Mengapa Allah masih menguatirkan apa yang telah dia hakimi dengan adil? Mengapa Allah masih memperhatikan yang gersang dan yang hancur? Mengapa Allah masih memiliki belas kasihan terhadap sesuatu yang tidak berbentuk, kosong, dan gelap, yang bahkan tidak layak untuk mendapatkan perhatian-Nya? Pertanyaan-pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Ini hanyalah dikarenakan belas kasih dan kasih karunia Allah. Kasih Allah datang kepada mereka yang tidak layak atas kasih-Nya! Dan hati-Nya memiliki belas kasih atas mereka yang tidak layak untuk belas kasih-Nya! Bumi yang gersang dan manusia yang jatuh tidak memiliki hak untuk meminta Allah untuk bekerja. Di dalam kondisi mereka, meminta Allah atas belas kasihan yang sedemikian kelihatannya tiada harapan. Di dalam diri mereka sendiri, tidak ada sesuatu pun yang layak untuk kasih Allah. Walaupun demikian, alih-alih kemiskinan, ketidaklayakan, kejatuhan, dan kegagalan manusia, Allah masih memberikan kasih karunia-Nya yang tertinggi kepada mereka yang miskin dan tidak layak. Dia memberikan belas kasih-Nya yang tidak tidak ada habisnya kepada mereka yang telah jatuh dan gagal.
Langkah pertamanya adalah dengan "Roh" melayang-layang "di atas permukaan air." Tanpa Roh, bagaimana bumi bisa dipulihkan? Bagaimana orang mati bisa membangkitkan dirinya sendiri? Bagaimana kegelapan bisa mengubah dirinya menjadi terang? Bagaimana mereka yang berada di bawah penghakiman benar Allah bisa membuat diri mereka sendiri mampu untuk menerima berkat Allah? Jika bukan karena operasi Roh Kudus, bagaimana seseorang yang telah jatuh bisa bangkit? Makhluk-makhluk yang gersang dan lemah itu tidak berdaya. Bagaimana mereka bisa dipulihkan, disegarkan, dan dibangkitkan tanpa operasi Roh Kudus? Jika mereka berusaha untuk menang dan disegarkan oleh diri mereka sendiri, pada akhirnya mereka akan mengakui, "Di dalam aku sebagai yang bersifat daging, tidak ada sesuatu yang baik" (Rm. 7:18).
Namun syukur dan puji Allah! Walaupun orang-orang berdosa tidak bisa dilahirkan kembali oleh diri mereka sendiri, sama seperti bumi tidak bisa memulihkan dirinya sendiri, walaupun orang-orang berdosa tidak bisa memisahkan diri mereka sendiri dari dosa, sama seperti bumi tidak bisa memisahkan dirinya sendiri dari air samudera dalam, walaupun orang-orang berdosa tidak bisa bertindak benar, sama seperti bumi tidak bisa berubah dari kegelapan menjadi terang, akan tetapi, Allah sendiri bisa menyelamatkan kita. Ciptaan baru sama seperti ciptaan lama; keduanya diciptakan oleh Allah sendiri. Manusia tidak bisa menciptakan rohnya sendiri, sama seperti dia tidak bisa menciptakan dunia. Allahlah yang harus melakukan semua pekerjaan. Syukur dan puji Allah! Walaupun Dia tidak wajib untuk menyelamatkan kita, Dia menyediakan kasih karunia yang tidak terduga dan datang untuk menyelamatkan kita. Allah melakukan apa yang tidak harus Dia lakukan. Inilah belas kasih. Apa yang tidak layak untuk didapatkan manusia, dia mendapatkannya. Itulah kasih karunia. Mengenai keselamatan, manusia berada di dalam suatu posisi yang mutlak perlu menerima bantuan. Jika seseorang mengira bahwa di dalam dirinya atau di luar dirinya ada sesuatu yang baik, itu merupakan suatu penghinaan kepada Allah dan suatu penolakan akan kasih karunia-Nya.
Pekerjaan Roh Kudus adalah awal dari kelahiran kembali manusia. Di dalam teks aslinya, "melayang-layang" memiliki makna "menudungi (overshadowing)", "mengerami." Ini mengindikasikan kasih dan kelembutan. Kata yang sama dipakai sebagai "melayang-layang" di dalam Ulangan 32:11: "Laksana rajawali menggoyang-bangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya." Oh, semoga kita lebih banyak merespon kasih Allah! Betapa hati-Nya mendambakan kita! Namun siapakah "kita"? Kita hanyalah orang-orang berdosa, keinsanian yang telah jatuh! Dia tidak marah terhadap kita, juga Dia tidak memandang rendah terhadap kita atau membuang kita. Dia tidak menganggap bahwa, walaupun kita ini tidak berbentuk dan kosong dan gelap, kita tidak layak atas pengeraman Roh Kudus-Nya. Walaupun Dia memiliki mata yang "terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman" (Hab. 1:13), Dia merendahkan Diri-Nya sendiri untuk menyelamatkan mereka yang berada di tengah-tengah debu dan kotoran. Ya Allah! "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah putra manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mzm. 8:5). Kita benar-benar tidak mengerti mengapa Allah begitu mengasihi orang-orang berdosa seperti kita. Saya terutama tidak mengerti mengapa Allah mengasihi saya. Malah, "Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita" (1 Yoh. 4:10). Ya Allah! Betapa ajaibnya kasih karunia-Mu! Betapa benarnya bahwa "putra-putra manusia menjadi kesenangan"-Mu (Ams. 8:31).
Kasih Allah adalah alasan mengapa kita dilahirkan kembali. "Karena Allah begitu mengasihi dunia ini...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya...beroleh hayat yang kekal" (Yoh. 3:16). Kasih Allah membuat Dia bekerja di tengah-tengah kegersangan sampai Dia mengatakan, "Sangat baik," dan beristirahat. Sebelum apa yang gersang dipulihkan sepenuhnya kepada keadaan yang "sangat baik," hati kasih-Nya tidak akan pernah bisa beristirahat!
Dilahirkan kembali adalah pekerjaan permulaan dan juga merupakan pekerjaan yang paling penting. Tanpa pekerjaan ini, terang Allah akan bersinar dengan sia-sia. Allah pertama-tama membuat Roh Kudus melakukan suatu pekerjaan yang luar biasa di dalam manusia. Ini berfungsi sebagai suatu persiapan bagi terang-Nya untuk bersinar. "Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh" (Yoh. 3:7-8).
Apa kekurangan orang-orang berdosa adalah hayat. Di dunia ini tidak ada yang bisa menggantikan hayat. Orang-orang berdosa tidak mau Allah dan tidak mau terang yang memancar dari Allah dalam Kristus. Mereka membencinya dan menolaknya. "Manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat" (Yoh. 3:19). Hanya mereka yang telah dilahirkan kembali yang mengasihi terang Allah. Setelah kelahiran manusia yang kedua, dia memiliki perasaan terhadap terang Allah, dan hati nuraninya membuat dia tergerak dan berpaling kepada Allah.
IV. "Berfirmanlah Allah: Jadilah terang. Lalu terang itu jadi" (Kej. 1:3). Ayat sebelumnya mengatakan bahwa "Roh Allah melayang-layang." Di sini dikatakan, "Berfirmanlah Allah." Ini adalah firman Allah. Roh Allah dan firman Allah adalah dua sekerja yang tidak bisa dipisahkan. Pertama, Roh Allah bekerja; lalu firman Allah bekerja. Kita dilahirkan dari Roh Kudus (Yoh. 3:5-6), dan kita juga "dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, melalui firman Allah yang hidup dan yang kekal" (1 Ptr. 1:23). "Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang" (Mzm. 119:130). Oleh karena itu, "Berfirmanlah Allah...Lalu terang itu jadi."
Pekerjaan di hari pertama adalah Allah memanggil terang untuk muncul melalui firman-Nya. Pekerjaan pendahuluan Roh Allah dan firman Allah membuat terang bersinar dari kegelapan. Dosa membuat mata hari manusia gelap; dia membutakan mata pemahamannya. Jika manusia berdiri sendirian tanpa bantuan apa pun, dia tidak akan pernah tahu bahwa posisinya berada di dalam bahaya dan masa depannya adalah kebinasaan. Secara rohani, dia sama sekali buta, tidak tahu bahwa dia memerlukan Juruselamat. Kasih di dalam hatinya, pemikiran di dalam pikirannya, dan keputusan dari tekadnya tidak akan memberinya terang apa pun. Tapi terang Allah bisa datang dan bersinar di dalam hatinya. Hanya terang Allah yang bersinar di tempat yang gersang yang bisa mengekspos kondisi sesungguhnya dari makhluk ciptaan sampai pada puncaknya! Segalanya tetap sama. Satu-satunya yang berubah adalah kegelapan itu sendiri. Tidak ada sesuatu pun yang terekspos bisa menyenangkan hati Allah. Satu-satunya yang baik di pandangan Allah adalah terang-Nya sendiri (Kej. 1:4). Di dalam manusia, tidak ada satu hal pun yang bisa memuaskan Allah atau bisa diterima oleh-Nya. Walaupun demikian, Dia berkenan pada Putra-Nya yang terkasih (Mat. 3:17), yang adalah terang dunia yang sesungguhnya (Yoh. 1:9). Mengenai pekerjaan yang dilakukan Allah pada hari pertama, rasul mengatakan, "Sebab Allah yang telah berfirman: Dari dalam gelap akan terbit terang! Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus" (2 Kor. 4:6). Sama seperti terang Allah dahulu bercahaya di dunia yang gelap, hari ini Kristus dari Allah juga bercahaya di dalam hati yang gelap dan berdosa.
Begitu seseorang menerima penerangan Allah, terang dipisahkan dari kegelapan (Kej. 1:4). Dengan demikian, perasaan dan pengetahuan rohani secara bertahap dipulihkan. Hal-hal yang dahulu dikira benar oleh seseorang, hari ini dia menyadari bahwa itu adalah salah. Apa yang sebelumnya dia kira salah, sekarang dia menyadari bahwa itu adalah benar. Walaupun dalam pengalaman dari kebanyakan orang, mereka tidak langsung memiliki daya pembeda yang akurat, walaupun demikian, di dalam hati mereka, pemisahan antara terang dan kegelapan menjadi suatu realitas. Pada saat ini firman Allah (melalui terang yang dipancarkannya) mulai memisahkan roh manusia yang cemerlang dari jiwanya yang gelap (Ibr.4:12). Mulai titik ini, di dalam seseorang terdapat suatu pemisahan antara "apa yang lahir dari daging adalah daging" dan "apa yang lahir dari Roh adalah roh" (Yoh. 3:6). Walaupun pemisahan ini belum mencapai keadaannya yang sempurna dan kaum beriman belum mengalaminya secara penuh, secara fakta, pembagian di antara keduanya sudah digenapkan.
Allah memisahkan terang dari kegelapan, dan Dia memberikan kepada terang posisinya dan menamakannya siang. Kegelapan masih di sana, dan dia juga memiliki posisinya dan namanya (Kej. 1:5). Kegelapan masih kegelapan; di dalam kekekalan masih akan ada kegelapan, dan dia tidak akan pernah berubah menjadi terang. Bumi tidak pernah menjadi sumber terang. Kapankala bumi membelakangi terang, dia tinggal di dalam kegelapan. Ketika kegelapan dikendalikan terang, dia tidak berdaya untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi kecemerlangan terang. Begitu terang datang, kegelapan dan bayangan hilang. Keduanya masih tetap eksis seperti dulu. Sifat lama (daging) kita dan kehidupan lama (jiwa) kita akan tetap selalu gelap. Akan tetapi, kapankala hayat rohani, sifat ilahi, diperkuat, hal-hal lama menjadi tidak berdaya sama sekali. Akan tetapi, jika kita tidak berjalan dalam terang, kita akan kembali melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan. Selama kita berada di dunia ini, kita bisa selalu berjalan dalam terang. Akan tetapi, kita tidak pernah bisa menghapus kegelapan sepenuhnya, demikian juga sifat dan kehidupan kita yang berdosa tidak bisa diubah. Walaupun kita adalah anak-anak siang dan anak-anak terang, kita masih harus berjalan dalam terang Allah. Kalau tidak, malam akan kembali.
Sebenarnya, siang bukan sepenuhnya terang melainkan terdiri dari "petang" dan "pagi" (ay. 5). Sementara kita berada di bumi, kehidupan yang paling tingi yang bisa kita dapatkan adalah "siang." Walaupun demikian, dia masih terdiri dari "petang" dan "pagi." Jika hanya ada pagi dan tidak ada petang, itu bukan "siang" yang dibicarakan Kitab Suci. "Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri" (1 Yoh. 1:8). "Jika kita berkata bahwa kita tidak pernah berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta" (1 Yoh. 1:10).
Walaupun kegelapan itu sendiri adalah "malam," begitu terang muncul, kegelapan tidak lagi "malam," melainkan "petang." Begitu terang Allah muncul, tidak peduli ada berapa banyak kegelapan, malam tidak bisa menjadi malam jika ada satu sorotan cahaya. Karena malam memiliki sejumlah terang, maka dia tidak lagi seharusnya disebut malam, melainkan "petang." Setelah diterangi oleh terang Allah, kegelapan seorang beriman tetap ada. Dia tidak mengubah sifatnya. Namun setelah diterangi, kegelapannya menjadi kegelapan yang berada di bawah kendali terang; dia tidak lagi tanpa batasan. Kadang-kadang kegelapannya mungkin bahkan diperkuat; namun apa yang dia miliki hanyalah petang. Dia tidak bisa lagi sepenuhnya "malam," sepenuhnya gelap. Walaupun kadang-kadang dia mungkin gagal sepenuhnya dan jatuh sepenuhnya, dia tidak bisa kehilangan terang atau hayat yang muncul dari terang itu. Dia juga tidak bisa kembali menjadi seorang berdosa yang belum percaya. Begitu seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, dia dilahirkan kembali; dan begitu dia dilahirkan kembali, dia memiliki hayat yang kekal. Dia mungkin jatuh, namun dia masih seorang putra Allah. Sementara dia mungkin masih kadang-kadang dikalahkan pelanggaran-pelanggaran (Gal. 6:1), mereka tidak bisa membuat dia untuk kembali ke posisi orang berdosa. Ini adalah kasih karunia Allah!
Di dalam Kejadian 1 disebutkan "petang dan pagi" enam kali. Walaupun terang disebut "Siang," selama enam hari dia disebut dengan "pagi." Pengalaman yang sebenarnya dari "Siang" belum datang. Pagi hanyalah permulaan dari siang; dia bukan puncak dari terang. Dalam penetapan Allah, setelah petang ada pagi. Walaupun kita memiliki terang yang menyingsing, waktu untuk penerangan ini untuk terang "yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari" (Ams. 4:18) ada di masa depan. Apa yang kita miliki hari ini adalah pagi. Pada suatu hari, ketika pekerjaan Allah sudah selesai dan hati-Nya sudah puas dan beristirahat, "siang yang sempurna" itu akan muncul. Tidak akan ada lagi petang atau pagi. Kita akan masuk ke dalam peristirahatan Allah dan secara kekal bersukacita dalam hari yang cemerlang dan tanpa malam. "Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam" (Mzm. 19:2), namun mereka yang mendengar dan memahaminya hanya sedikit jumlahnya.
Tentu saja, terang yang kita miliki sekarang ini hanyalah "pagi." Waktu dimana kita akan memancar dengan cemerlang masih ada di masa yang akan datang. Pada saat itu hal-hal yang sementara akan berlalu, dan kita akan masuk ke dalam kesempurnaan Allah.
V. "Berfirmanlah Allah: Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air" (Kej. 1:6). Ini adalah cakrawala yang kita kenal. Cakrawala memisahkan air di atas dari air di bawah (ay. 7-8). Apa yang sebelumnya samudera dalam yang kotor, gelap, dan suram telah dipisahkan dan menjadi uap yang naik ke cakrawala. Suatu pemisahan yang luar biasa! Melalui "cakrawala," Allah memisahkan apa yang murni dari apa yang jahat dan kotor, sehingga masing-masing bisa memiliki tempatnya masing-masing.
Inilah pekerjaan salib. Pekerjaan salib adalah untuk memisahkan. Terang Allah menyinari permukaan samudera yang dalam dan mengekspos kondisi yang sesungguhnya. Air yang besar sekali, tanpa batas, dan suram ini tersembunyi jauh di bawah penudungan kegelapan; sama sekali tidak mudah untuk mengenal kondisi mereka yang sesungguhnya. Namun terang datang. Mereka tidak bisa lagi bersembunyi. Semakin terang Allah bersinar, semakin dia menerangi kecemaran yang luas dan besar ini. Terang tidak membersihkan; melainkan, mengekspos hal-hal yang memalukan. Di bawah penerangan terang Allah, manusia menjadi merasa berdosa dan sangat menyesal. Hal-hal yang dulu mereka anggap sebagai hiburan, setelah diteliti, ternyata tidak berharga. Kejahatan dari hayat dan sifat dosa menerima evaluasi yang sesungguhnya. Di tengah-tengah kekecewaan dan pertobatan kitalah, kita mengenal kekuatan pemisahan dari salib Allah. Salib telah menyalibkan dosa kita (Rm. 6:6, 11), ego (Gal. 2:20), daging (Gal. 5:24), dunia (Gal. 6:14), dan elemen-elemen dunia (Kol. 2:20). Kematian memisahkan. Kematian adalah pemisahan, pemutusan, dan pelepasan yang besar. Kematian memutuskan segala hubungan dan mengakhiri segala keterlibatan. Tanpa salib, tidak ada yang bisa memisahkan kita dari hal-hal yang ada di bawah. Persatuan kita dengan kematian Kristus melepaskan kita dari hal-hal yang ada "di bawah." Walaupun kita sudah dilahirkan kembali, dosa, ego, daging, dunia, dan elemen-elemen dunia masih bisa dengan kencang memegang dan menarik kita ke bawah. Setelah kelahiran kembali, jika kita mati bersama Kristus secara pengalaman, kita akan menjadi orang-orang yang "terpisah." Tanda salib merupakan bukti bahwa kita adalah orang-orang surgawi dan bahwa kita terpisah dari orang-orang duniawi. Terang Allah membawa kita kepada penghakiman diri sendiri, dan setelah penghakiman diri kepada salib, yang melaluinya kita menerima pelepasan.
Kita tidak seharusnya mencampur-adukkan posisi kita dan pengalaman kita. Begitu kita percaya pada Tuhan sebagai Juruselamat kita, kita memiliki posisi yang paling tinggi dalam Dia. Apa yang telah Dia genapkan bagi kita adalah milik kita. Ketika kita menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi kita, Dia memisahkan apa yang di atas dari apa yang di bawah melalui salib. Ini adalah perkara posisi. Namun pada saat ini, kita mungkin masih belum memiliki pengalaman pemisahan ini. Ketika kita melatih iman kita untuk menerima apa yang telah digenapakan di atas salib dan berada dalam persatuan dengan kematian-Nya, kita memiliki pengalaman yang riil akan dilepaskan dari hal-hal yang di bawah dan meletakkan pikiran kita pada hal-hal yang di atas. Walaupun kita dilahirkan dari yang di atas, makna dari kelahiran kembali, kita tidak memiliki semua pengalaman akan "bukan dari dunia ini" (Yoh. 8:23). Oleh karena itu, kita harus masuk ke dalam kematian Tuhan, untuk membuktikan kematian-Nya, sehingga kita bisa memiliki pengalaman yang riil akan pemisahan roh dan jiwa (Ibr. 4:12). Sama seperti pisau imam besar menusuk dan memisahkan urat dan sendi dari kurban, salib yang diwahyukan melalui Firman Allah juga memisahkan roh dan jiwa kita.
Begitu kita dilahirkan kembali, Allah menganggap kita tersalib bersama Kristus. Kita percaya bahwa kematian-Nya adalah suatu kematian atas nama kita. Karena Dia telah mati bagi kita, kematian-Nya adalah kematian kita. Ini adalah ko-kematian (co-death. Sama seperti co-pilot/ko-pilot - red). Suatu kematian yang menggantikan (substitutionary death) secara alami akan menghasilkan ko-kematian. Bagi Dia untuk mati bagi kita berarti kita mati bersama Dia. Ketika Allah menerima kematian Tuhan Yesus yang dalam nama kita, Dia menganggap kita sudah mati. Dari sudut pandang pengalaman pribadi kita, ini adalah kematian yang menggantikan. Dari sudut pandang penghakiman hukum, ini adalah ko-kematian. Ketika kita percaya pada Tuhan Yesus, kita mati bersama Dia secara fakta; namun kita mungkin masih belum memiliki pengalaman akan kematian ini. Pengalaman ko-kematian ini datang setelah kita dilahirkan kembali, dalam pergumulan antara kedua hayat dan sifat dari terang dan kegelapan, ketika kita mencari kelepasan di salib.
Kaum beriman memiliki pemisahan ini bukan hanya dalam perkara-perkara luaran saja, melainkan juga dalam batin mereka. Allah sedang bekerja di dalam hati manusia secara tersembunyi, membuat kasih dan kedambaannya mengarah ke atas. Kaum beriman sudah dilahirkan kembali dan sudah menerima sifat ilahi Allah (2 Ptr. 1:4). Pekerjaan salib Tuhan membuat sifat ini memisahkan hal-hal yang di atas dari hal-hal yang di bawah. Perbedaan-perbedaan antara hal-hal bumiah dan hal-hal surgawi termanifestasi melalui sifat Allah. Sekarang hati kaum beriman bisa mengarah ke surga. Hati yang lama, tawar, dan gelap, yang dipenuhi dengan kejahatan dan nafsu, sekarang bisa dibersihkan; sekarang dia bisa diarahkan pada hal-hal yang di atas.
Dimana saja ada hayat, harus ada udara bagi hayat ini untuk bernafas. Karena terang surgawi sudah bersinar ke dalam roh kita, roh ini harus menghirup udara surgawi. Allah tidak hanya memisahkan air yang di atas dari air yang di bawah di dalam kita, Dia juga memisahkan hal-hal yang di atas dan hal-hal yang di bawah di luar kita. Di sudah meletakkan "surga" di dalam kita. Dia juga sudah meletakkan kita di dalam "surga," sehingga iman kita bisa memiliki lingkungan yang cocok. Tanda pertama dari seorang beriman adalah bahwa mereka berasal dari surga. Mereka telah menerima suatu panggilan surgawi dan sedang menatap pada kerajaan surgawi, mendambakan suatu kota surgawi. Harapan mereka ada di surga, dan mereka menantikan suatu negeri surgawi, menganggap diri mereka sebagai pengembara yang sedang merantau di atas bumi. Begitu kita memiliki surga secara batini dan lahiriah, kita akan mengenal hal-hal di atas dari hal-hal di bawah.
Surga batini memerlukan surga lahiriah. Seseorang yang memiliki hayat surgawi, tentunya akan memiliki penghidupan surgawi. Sifat dari seorang yang sudah dilahirkan kembali akan memimpin dia untuk tidak "berjalan menurut nasihat orang fasik," dan untuk tidak "berdiri di jalan orang berdosa" (Mzm. 1:1). Kenikmatan, kasih, dan mode duniawi akan mengalami kesulitan untuk menariknya. Jika seseorang yang kuat dan sehat secara jasmani tidak bisa menghirup udara yang kotor, lalu bagaimana seorang saleh bisa bernafas di tengah-tengah kebencian, kejahatan, kesembronoan, dan kekacauan? Mereka akan mengasihi penyertaan saudara-saudara dan teman-teman mereka dalam perantauan mereka. "Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hayat, yaitu karena kita mengasihi saudara seiman kita" (1 Yoh. 3:14).
Sampai saat ini, hati seorang beriman sudah berada di bawah peraturan Allah. Namun dia mungkin belum banyak berubah dari kondisinya yang semula jika daratan kering tidak muncul dan buah tidak dihasilkan. Walaupun hatinya sudah terikat surga, dan lalu lintas antara dirinya dan surga sudah dimulai, dia perlu maju lebih jauh lagi dan menghasilkan buah untuk memuliakan Allah.
VI. "Berfirmanlah Allah: Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan jadilah demikian" (Kej. 1:9). Ini adalah pekerjaan Allah pada hari ketiga. Pekerjaan Allah di sini sama dengan "hari ketiga" (1 Kor. 15:4), sebuah bilangan yang mengindikasikan kebangkitan. Daratan kering muncul dari bawah air. Dia terkubur di bawah laut kegelapan yang suram, namun dia keluar dari kuburnya. Daratan yang bersih, yang bisa ditanami dan menghasilkan buah, muncul dari laut kematian. Walaupun Allah tidak menghilangkan laut, Dia membatasinya sehingga dia tidak bisa keluar dari batasnya. Saat ini, laut memiliki batasannya dan dia tidak bisa membanjiri daratan. Allah memberinya nama (Kej. 1:10) dan mengakui eksistensinya. Baru pada langit baru dan bumi baru, laut akan dihilangkan. Daratan kering juga menerima nama yang baru (ay. 10) untuk membedakannya dari laut. Kemunculan daratan kering adalah pekerjaan dari setengah bagian pertama dari hari ketiga. Pekerjaan pada hari ketiga dibagi menjadi dua bagian. Pada hari itu Allah berfirman dua kali; Dia dua kali mengatakan bahwa pekerjaan-Nya itu baik. Pada setengah bagian pertama, daratan kering muncul; pada setengah bagian kedua, daratan menumbuhkan rumput, tanaman berbiji, dan pohon yang berbuah.
Kita melihat pekerjaan salib dalam hubungannya dengan pekerjaan Allah pada hari sebelumnya. Hari ketiga menandakan kebangkitan. Keduanya, kematian dan kebangkitan, merupakan sarana untuk hayat kita yang baru. Sama seperti Dia telah mati bagi kita, Dia juga telah bangkit bagi kita (Rm. 4:25). Kita memerlukan kebangkitan-Nya sebanyak kita memerlukan kematian-Nya (Rm. 5:10). Jika kita lebih mendahulukan salah satu, kita akan membuat injil menjadi sia-sia. Melalui kematian Kristus kita dibebaskan dari segala sesuatu milik Adam dan manusia alamiah; melalui kebangkitan-Nya kita masuk ke dalam segala sesuatu milik Kristus dan yang berada di luar alam alamiah. Kematian-Nya membebaskan kita dari posisi seorang berdosa dan bisa membebaskan kita dari pengalaman akan dosa-dosa. Kebangkitan-Nya memberi kita posisi seorang yang benar dan bisa memberi kita pengalaman akan kebenaran. "Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Kor. 5:17).
Menurut rencana keselamatan-Nya, Allah tidak memiliki maksud untuk memulihkan atau memperbaiki sifat lama kita, melainkan membuat kita menjadi "ciptaan baru." Dia tidak mau sifat lama kita. Kematian Tuhan Yesus telah membebaskan kita dari yang lama, dan kebangkitan Tuhan Yesus membuat kita masuk ke dalam yang baru. Jika kita dibangkitkan bersama Tuhan, kita akan memiliki pengalaman disatukan dengan Dia. Jika kita memiliki pengalaman berada "dalam Kristus," maka kita akan memiliki pengalaman ciptaan baru, mengenai hal-hal yang lama berlalu dan segala sesuatu menjadi baru. Supaya kita bisa secara praktis menempuh kehidupan ciptaan baru, kita harus mati bersama Tuhan dan dibangkitkan bersama Tuhan.
Tidak ada satu pun yang tercakup di dalam "ciptaan lama" kita, baik hayat kita dan perbuatan-perbuatan yang keluar dari hayat ini, atau pun sifat kita dan maksud-maksud yang keluar dari sifat ini, bisa memuaskan hati Allah. "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam" (1 Kor. 15:22). Di pandangan Allah, segala sesuatu yang berasal dari ciptaan lama kita memiliki tanda "mati." Hal-hal yang mati ini tidak bisa diperbaiki atau dikoreksi. Allah menginginkan sesuatu yang sama sekali baru; Dia menginginkan suatu ciptaan baru dimana hal-hal yang lama berlalu dan segala sesuatu menjadi baru. Oleh karena itu, pekerjaan pertama-Nya adalah melahirkan kembali manusia dan memberinya "roh yang baru" dan "hati yang baru." Ini adalah pekerjaan hari pertama. Roh kita yang baru bekerja sama dengan Roh Kudus Allah untuk meletakkan hayat dan sifat yang lama di atas salib, menyalibkan mereka di sana. Ini adalah pekerjaan pada hari kedua. Karena Allah menghapus semua "hal-hal lama," Dia sekarang bisa mulai untuk membangun "ciptaan baru," sehingga segala sesuatu bisa "menjadi baru." Dengan demikian, selangkah demi selangkah Dia maju ke depan sampai pada akhirnya tubuh kita ditransfigurasi pada hari keenam, manusia baru yang komplit. Nanti kita akan melihat hal ini secara lebih jelas.
Pengalaman kebangkitan datang setelah kelahiran kembali, pada hari pertama, dan setelah ko-penyaliban kita bersama Tuhan, pada hari kedua. Kelahiran kembali adalah permulaan hayat. Setelah menerima hayat kelahiran kembali, kita memiliki suatu bagian di dalam diri kita yang bersedia untuk bekerja sama dengan Roh Kudus; bagian ini bersedia untuk disalibkan bersama dengan Tuhan. Ko-penyaliban ini secara alami akan membawa kita ke dalam ko-kebangkitan. "Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya" (Rm. 6:5). Kelahiran kembali adalah untuk menerima hayat; kebangkitan adalah untuk menerima lebih banyak hayat yang berlimpah. Jika seorang beriman tetap hanya sekedar dilahirkan kembali, dia tidak akan bisa mengalahkan dosa-dosa. Jika dia tetap hanya sekedar berada dalam ko-penyaliban, dia tidak akan mampu maju kepada kebenaran, kekudusan Allah. Kita seharusnya terus maju dalam pengalaman kita. Walaupun dalam pengalaman kelahiran kembali datang pertama, diikuti dengan ko-penyaliban dan ko-kebangkitan, dalam realitasnya saat kita percaya kepada Tuhan Yesus dan dilahirkan kembali, Allah menganggap kita dibangkitkan. Akan tetapi, pada saat itu kita belum memiliki pengalaman akan kebangkitan di dalam kehidupan kita sendiri.
Banyak kaum beriman, melalui introspeksi, tidak bisa melihat bahwa hal-hal lama sudah berlalu dan bahwa segala sesuatu sudah menjadi baru. Ini adalah suatu bahaya yang besar. Entah mereka menganggap diri mereka sendiri belum dilahirkan kembali atau menganggap perkataan ini terlalu keras untuk dialami. Sebagian akan berusaha untuk mengoreksi dan memperbaiki kehidupan mereka dengan harapan bisa sesuai dengan Firman Allah, namun dalam pengalaman mereka, mereka berakhir dengan kegagalan dan kehilangan damai sejahtera, sukacita, kebebasan, dan kekuatan. Jika dengan iman mereka mau menolak ego dan dengan segenap hati mereka memandang kepada kristus, mereka akan memiliki potensi untuk menang. Kegagalan kita datang ketika kita berusaha untuk menolak akar dari ko-penyaliban kita sambil mengejar buah dari kebangkitan. Kita tidak membiarkan salib untuk melakukan pekerjaan yang lebih mendalam di dalam diri kita; namun pada saat yang sama kita damba untuk maju dengan tergesa-gesa untuk menerima hayat kebangkitan. Kita berusaha untuk menciptakan hayat yang baru dengan hayat yang lama. Ini sama sekali mustahil. Kebangkitan berdasarkan salib; tanpa salib, tidak ada kebangkitan. Siapa saja yang mendambakan pengalaman akan kebangkitan harus pertama-tama mengalami salib.
Diterima oleh Allah tidak bergantung pada pengalaman kita. Ketika kita percaya pada Tuhan Yesus, iman membawa kita ke dalam persatuan dengan Dia. Posisi kita "di dalam Kristus" membuat kita layak untuk diterima Allah, dan Dia menganggap kita sebagai manusia baru yang seutuhnya. Diterima dalam Kristus adalah diterima sama seperti Kristus diterima. Allah tidak mempedulikan apa yang kita miliki di dalam kita. Dia memandang kita seluruhnya baru hanya karena posisi kita yang baru. Ini berhubungan dengan keselamatan kita.
Di lain pihak, Allah menginginkan kita, Tubuh dari Putra-Nya, untuk mengalami semua yang telah digenapkan Kepala kita bagi kita. Melalui hal inilah kita dilepaskan dari ciptaan lama dan menjadi ciptaan baru. Kita dibangkitan bersama dengan Kristus; kita tidak bangkit sendiri. Kebangkitan Kristus meletakkan kita ke dalam alam yang baru; kita dibangkitkan bersama dengan Dia. Jika dengan iman kita mengakui fakta ini benar dan menerimanya, kebangkitan Tuhan akan meletakkan kita di daratan kering dimana air laut tidak bisa mencapainya.
Sama seperti daratan keluar dari samudera, demikian juga roh dibangkitkan dari dalam daging. Samudera tidak dihilangkan. Daging tidak menjadi roh, juga tidak dihapus. Air dikumpulkan pada satu tempat dan tidak bisa melewati batas mereka. Demikian juga daging masih ada di sini, namun kematian dan kebangkitan Tuhan memberi kita otoritas untuk membatasinya. Daging tidak bisa disembuhkan dan telah ditolak Allah. Akan tetapi barangsiapa telah mati dan telah dibangkitkan bersama dengan Tuhan "tidak hidup dalam daging" (Rm. 8:9).
Sekarang kita sudah melihat pekerjaan dari setengah bagian hari ketiga. Sekarang kita sampai pada setengah bagian kedua. Kita sudah dibangkitkan; sekarang ini adalah perkara menghasilkan buah (Kej. 1:11-12). Kebangkitan dan menghasilkan buah berhubungan secara langsung. "Sebab itu, Saudara-saudaraku, kamu juga telah mati terhadap hukum Taurat melalui tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah" (Rm. 7:4). "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran" (Rm. 6:18).
Allah menamai daratan kering "Darat." Akar dari kata ini dalam teks aslinya adalah "remuk." Kita semua tahu bahwa tanah yang subur harus diremukkan. Jika dia tidak remuk, dia tidak bisa subur. Semakin tanah daratan dihancurkan sampai bubuk, akan semakin baik panennya. Hanya dalam cara inilah tanah bisa menyuplaikan makanan kepada benih-benih yang ditanam. Walaupun air laut sudah mundur dalam pengalaman kita, daratan mungkin masih keras; dia masih bisa menolak tangan penabur. Walaupun kekuatan daging sudah hilang, hayat jiwa yang alamiah masih menganggap dirinya sendiri sebagai "diri yang baik," memamerkan kemampuan dan kebajikan alamiahnya, menolak untuk menyerah. Hayat jiwa yang sudah remuk dari seorang beriman merupakan tanah yang subur di tangan Bapa surgawi. Allah tidak memerlukan kemampuan kita, melainkan ketidakmampuan kita. Dia tidak meminta kita untuk dipenuhi melainkan untuk dikosongkan. Dia tidak menginginkan kita untuk bertahan, melainkan untuk menyerah. Dia adalah mahaperkasa dan Dia memiliki segala keperkasaan. Kekuatan-Nya termanifestasi dalam kelemahan. Benih Allah bertumbuh paling subur di ladang yang remuk.
Menghasilkan buah bukan datang melalui mempertahankan diri. Melainkan, melalui peremukan diri, perendahan diri, dan kelemahannya; dia datang melalui ketergantungan kita pada Allah yang mengijinkan tangan-Nya untuk bekerja. Kemampuan kita sendiri selalu menjadi penghalang bagi manifestasi kemampuan Allah. "Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (Yoh. 12:24). Jika kita tidak membenci hayat jiwa kita, hayat alamiah kita, kemampuan kita, bakat kita, hikmat kita, dan kebajikan kita, kita tidak bisa menghasilkan banyak buah. Ketika kita mengusir hayat dan kemampuan alamiah yang diwariskan dari daging kita (daratan yang keluar dari air) dan menerima tangan Allah dengan hati yang remuk, kita bisa mendapatkan buah Allah.
Kita seringkali mengira bahwa daging yang penuh dosa dan najis ini seharusnya dihilangkan. Namun kita seharusnya menyadari bahwa untuk menghasilkan buah, adalah penting untuk menanggalkan kebaikan, keadilan, kejujuran, dan kebenaran jiwa (diri) kita. Kita mungkin puas dengan ladang kita, namun Allah berpendapat bahwa ladang tersebut harus diremukkan. Kita menilai diri kita terlalu tinggi! Kita sangat tidak menyadari bahwa diri kita sudah terinfeksi oleh dosa Adam, dan bahwa dia masih lemah dan tidak memiliki kekuatan! Segala resolusi dan maksud kita yang baik adalah seperti bunga yang hanya hidup satu malam dan seperti gelembung sabun.
Ketika kita lemah, kosong, dan miskin, tunduk seperti tanah liat kepada tangan tukang tembikar, hayat Kristus akan hidup di dalam kita, dan kekuatan-Nya akan termanifestasi dalam tubuh kita. Semakin kita mengenal makna salib dan realitas kebangkitan, semakin kita akan mengenal makna yang sesungguhnya dari peremukan hayat jiwa.
Daratan ini bukan diirigasi oleh air laut; produktivitasnya tidak digarap oleh daging. Kabut (Kej. 2:6) adalah sarana yang membasahi; Roh Kudus merawat daratan. Dalam menghasilkan buah dalam kebenaran, segala ketetapan daging "tidak berguna." Membatasi batasannya dan memberinya nama menunjukkan bahwa daging bukanlah bantuan untuk ciptaan lama, dan bahwa dia seharusnya dihakimi dan dianggap tidak bisa disembuhkan.
Juga ada kemajuan yang bertahap dalam buah yang dihasilkan. Pertama ada rumput, lalu tanaman berbiji, dan kemudian pohon yang berbuah. Buah terutama bukanlah untuk kegunaannya sendiri, melainkan untuk dipakai Tuhan. "Agar kita berbuah bagi Allah" (Rm. 7:4). Setiap jenis buah mampu melanjutkan jenisnya masing-masing, "Benih yang ada di dalamnya, menurut jenisnya." Benih (biji) ada di dalam buah, menurut jenisnya. Oleh karena itu, hanya kasih yang bisa memperanakkan kasih, hanya sukacita yang bisa memperanakkan sukacita, dan seterusnya. Jika kita ingin kasih, maka kita harus memperlihatkan kasih. Jika kita ingin sukacita, maka kita harus memperlihatkan sukacita. Buah yang paling lama berada di bawah panas matahari adalah yang paling matang dan paling cocok untuk selera tuannya. Buah yang paling matang memiliki benih yang paling matang. Apa yang dituai manusia adalah berdasarkan apa yang dia taburkan.
VII. "Berfirmanlah Allah: Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi. Dan jadilah demikian" (Kej. 1:14-15). Pekerjaan pada hari ini cukup berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pekerjaan di bumi telah pindah ke langit. Pekerjaan hari ini adalah pekerjaan di langit. Ini adalah kenaikan Kristus bersama kaum beriman-Nya.
Setelah kebangkitan, kejadian berikutnya adalah kenaikan. Kenaikan adalah kebenaran yang penting setelah kebangkitan. Tanpa kenaikan, "ciptaan baru" kita bukanlah pekerjaan yang lengkap. Kita menerima kenaikan, sama seperti semua kebenaran lainnya seperti penyaliban dan kebangkitan, pada saat kita percaya pada Tuhan Yesus. Pada saat itu Allah meletakkan kita pada posisi kenaikan walaupun kita belum memiliki pengalamannya. Pengalaman kenaikan mengikuti pengalaman kebangkitan. Jika kita benar-benar dibangkitkan bersama Tuhan dan bersatu dengan hayat kebangkitan-Nya, kita akan secara spontan menghasilkan buah di bumi, dan kehidupan rohani kita akan terangkat ke tingkat-tingkat langit.
"Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga" (Ef. 2:6). Setelah kebangkitan, secara spontan ada kenaikan. Setiap orang Kristen harus mencapai hayat yang terangkat ini. Tuhan Yesus dibangkitkan dari antara orang mati dan duduk di sebelah kanan Allah, "jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut" (Ef. 1:20-21). Kehidupan yang terangkat adalah kehidupan yang mengalahkan segala otoritas dan kuasa Satan. Sebelum pengalaman kenaikan ini, kita hanya memiliki kemenangan atas daging, dosa-dosa, dan dunia. Ketika kita berada dalam kenaikan, kita mengalami peperangan dengan, dan menang atas, segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut di dalam wilayah kegelapan. Kita bisa mencapai kehidupan yang terangkat ketika roh dan jiwa kita terpisah sepenuhnya, ketika roh kita benar-benar bebas melalui kebangkitan, ketika kita tidak lagi dipengaruhi oleh emosi dan pikiran jiwa, dan ketika kita naik mengungguli segala lingkungan dan urusan duniawi. Orang-orang saleh yang sudah mencapai kehidupan yang terangkat memiliki pandangan yang datang dari takhta. Mereka memiliki pengalaman mengenai tidak terpengaruh oleh apa pun. Mereka yang benar-benar tersalib bersama Tuhan akan dibangkitkan bersama Dia. Dan mereka yang benar-benar dibangkitkan bersama Tuhan akan naik bersama dengan Dia ke tingkat-tingkat langit. "Karena itu, apabila kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah hal-hal yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hayatmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah" (Kol. 3:1-3).
Benda-benda penerang yang berbeda-beda ini adalah matahari, bulan, dan bintang-bintang (Kej. 1:16). Matahari adalah terang untuk siang. Dia adalah sumber panas dan terang bagi bumi. Terangnya adalah berasal dari dirinya sendiri, tidak berubah, dan konstan. Dia benar-benar merupakan lambang dari "Manusia surgawi." Dia pernah berada di bumi, namun Dia telah kembali kepada kemuliaan. Maleakhi 4:2 mendeklarasikan hal yang sama. Kemuliaan Tuhan Yesus adalah "terang besar" di surga. Ketika Dia berada di bumi, Dia adalah "Surya pagi dari tempat yang tinggi" yang mengunjungi kita (Luk. 1:78). Dia juga adalah "terang dunia" (Yoh. 8:12). Dia adalah "Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia" (1:9). "Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya" (ay. 5). "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab siapa saja yang berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak" (Yoh. 3:19-20). Oleh karena itu, Tuhan kembali ke surga untuk tinggal di dalam "tabernakel." Ketika kerajaan seribu tahun tiba, Dia akan menjadi "Surya kebenaran" dan "matahari, yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya" (Mzm. 19:5-7).
Hari ini terang-Nya tidak menyinari dunia ini. Hanya mereka yang percaya kepada-Nya yang berada di bawah penyinaran-Nya. "Sesaat lagi dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu akan melihat Aku" (Yoh. 14:19). "Tetapi yang kita lihat ialah bahwa Yesus...dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat" (Ibr. 2:9). "Itulah sebabnya dikatakan: Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu" (Ef. 5:14).
Di dalam malam yang gelap secara moralitas dari dunia hari ini, orang-orang telah kehilangan pandangan akan matahari. Tetapi gereja telah terangkat tinggi dan masih bisa melihat matahari. Sama seperti bulan memantulkan matahari pada malam hari, maka gereja, yang tinggal di dalam terang Kristus, menjadi terang bagi malam yang telah menolak Kristus. Pada hari pertama dari keselamatan kita, kita menerima terang. "Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang" (Yoh. 12:36). Sekarang kita memantulkan terang, dan kita adalah saksi-saksi Kristus di dalam generasi yang jahat ini. "Kamu adalah terang dunia...Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang" (Mat. 5:14, 16).
Di dalam posisi terangkat ini kaum saleh memiliki persekutuan yang lebih intim bersama Tuhan Yesus. Bukankah di tempat inilah kita melihat situasi yang sesungguhnya dari malam yang gelap? Bukankah di tempat inilah kita merasakan kekuatan kegelapan mendekat? Bukankah di tempat inilah kita memiliki pandangan yang lebih luas? Bukankah di tempat inilah kita memiliki pandangan yang lebih jelas akan Kristus? Suatu posisi yang luar biasa!
Walaupun tingkat terang bulan hanya di bawah matahari (di urutan kedua setelah matahari – red), terdapat perbedaan yang besar sekali di antara keduanya! Walaupun bulan adalah terang malam, pada saat yang paling indah dan bulat, dibandingkan dengan sumber terang, dia hanya tampak dingin dan keperak-perakan. Dia berubah-ubah secara konstan! Dia membesar dan mengecil! Tingkat perbesaran dan pengecilannya bergantung pada sudut pergerakannya dalam menghadap pada matahari! Kadang-kadang dia tidak memancarkan cahaya sama sekali. "Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dari kemuliaan kepada kemuliaan" (2 Kor. 3:18). Betapa mudahnya dia berubah! Menurut ketentuan Allah, dia adalah benda langit yang tinggal di langit. Namun menurut pandangan manusia, dia tidak selalu ada di sana; dan kadang-kadang dia menghilang. Bahkan ketika dia berada di sana, dia jarang berada dalam kepenuhannya. Tidak asing bagi dia untuk menjauhi sumber terang. Pekerjaannya adalah menerima. Dia tidak memiliki kemuliaannya sendiri. Semua kemuliaannya datang dari Tuhannya. Dalam terang-Nya dia bisa bersinar. Dia tidak memiliki terangnya sendiri. Dia tidak perlu kuatir atau berjerih payah. Ketika dia menghadap pada matahari, itu adalah harinya yang cemerlang dan terang. Ketika manusia melihatnya dari bumi, bulan itu "indah" (Kid. 6:10), dia menumbuhkan yang terbaik (Ul. 33:14), dia "ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan" (Mzm. 89:38), dan akan ada "damai sejahtera berlimpah sampai tidak ada lagi bulan" (Mzm. 72:7), namun hayat dan suplai hayat diberikan kepada manusia oleh sinar matahari secara langsung. Posisi kita dalam Kristus sangat mustika; namun pengalaman secara langsung akan kehangatan-Nya juga penting. Ketika matahari terbit, bintang-bintang dan bulan tidak terlihat lagi.
Bintang-bintang adalah lambang dari orang-orang kudus hari ini yang individual, sebab mereka "bercahaya di antara mereka" (Flp. 2:15). Ketika matahari terbenam dan bulan mengecil, bintang-bintang bermunculan. "Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya" (Dan. 12:3).
Semua benda-benda penerang ini diciptakan oleh Allah untuk "menguasai" (Kej. 1:16-17). Terdapat kekuatan untuk menguasai di dalam penerangan kaum saleh. Banyak dosa pasti menyembunyikan diri mereka sendiri di hadapan kaum saleh. Banyak orang yang najis dengan perbuatan-perbuatannya yang korup tidak berani mendekati kaum saleh. Kaum saleh yang berjalan dalam kekudusan, kemuliaan, kebenaran, dan kasih Allah, semuanya mendapatkan bagian dalam kekuatan untuk menguasai ini.
Apa yang dikuasai kaum beriman adalah malam. Otoritas paling besar bagi seorang Kristen yang terangkat adalah memiliki kemenangan atas kuat kuasa kegelapan. Sebelum kenaikan, kaum beriman tidak jelas mengenai peperangan rohani. Mereka tidak memiliki pandangan yang jelas akan siasat Satan, serangan musuh, godaan iblis, atau kepura-puraan roh-roh jahat. Baru setelah mereka mencapai kenaikan barulah mereka merasakan realitas dari kuat kuasa kegelapan. Kemudian mereka menyadari bagaimana mengalahkan musuh melalui darah Domba, melalui perkataan kesaksian mereka, dan bukan melalui mengasihi hayat jiwa mereka. Kemudian mereka tahu bagaimana cara menggunakan pedang Roh, yang adalah firman Allah, untuk menyerang kekuatan Satan. Lalu mereka tahu bagaimana cara berdoa dalam cara yang menantang untuk meminta Allah untuk menghancurkan aktivitas Satan. Lalu mereka tahu bagaimana berdiri di atas dasar salib, memegang kemenangan salib yang telah digenapkan, menggunakan kata-kata pujian untuk mengusir serangan-serangan yang datang dari roh-roh jahat. Kemudian mereka tahu bagaimana melatih kehendak mereka untuk berperang melawan segala tipu daya musuh. Karena kaum beriman yang terangkat sudah mendapatkan posisi yang mengijinkan mereka untuk menguasai kuat kuasa kegelapan, mereka akan memiliki banyak pengalaman meremukkan Satan di bawah kaki mereka.
Benda-benda penerang ini juga adalah untuk "tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,...untuk memisahkan terang dari gelap" (ay. 14, 18). Kaum beriman yang terangkat mengenal tanda-tanda jaman. Mereka tahu bagaimana cara membedakan jaman. Mereka memiliki pandangan Allah dari takhta dan sangat jelas mengenai kejadian-kejadian di dunia. Kaum beriman yang terangkat akan tahu mengenai situasi pada hari-hari terakhir. Oleh karena itu, mereka akan berada dalam keadaan yang tenang dan tidak bergeming ketika hal-hal berubah dan orang-orang yang bingung dan panik bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi dan harus berbuat apa. Mereka akan tahu apa yang tentunya akan terjadi. Ketika mereka mencapai posisi terangkat, kaum beriman akan mengenal pergerakan Tuhan pada hari-hari terakhir ini, mengenai sikap mereka yang tepat terhadap gereja, mengenai sikap mereka terhadap dunia pada hari-hari terakhir ini, dan mengenai betapa mereka harus berjaga-jaga. Mereka akan tahu bahwa pada hari-hari terakhir Kristus-kristus palsu dan nabi-nabi palsu akan menipu dunia. Mereka akan tahu bagaimana roh-roh jahat dan malaikat-malaikat jatuh akan mengacaukan dunia dan memikat orang-orang untuk mengikuti pengajaran-pengajaran setan, menipu kaum saleh yang bodoh untuk mempercayai mujizat dan keajaiban, dan untuk mengejar bahasa lidah yang palsu dan segala macam pengalaman supranatural. Mereka yang tidak berakar di dalam Firman Allah akan tertipu. Namun kaum beriman yang terangkat, yang memiliki pandangan Allah, tidak akan tertipu, sebab mereka akan sudah mengetahui siasat mereka.
VIII. "Berfirmanlah Allah: Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala" (ay. 20). Inilah pekerjaan pada hari kelima. Hari kelima ini adalah periode di antara kenaikan dan kedatangan kembali Tuhan untuk menjadi Raja. Oleh karena itu, tidaklah sulit untuk mendapatkan makna rohaninya.
Allah menciptakan ikan dan burung (ay. 21). Air sendiri tidak bisa menghasilkan ikan; demikian juga daratan tidak bisa menghasilkan burung. Ikan dan burung diciptakan oleh Allah dan ditempatkan di air dan di daratan. Keduanya memiliki hayat (ay. 21). Mereka hanya berbeda dalam bentuk kehidupannya. Air mewakili sifat dosa kita, daging, seperti yang telah disinggung tadi. Ini membawa kita ke dalam pencobaan. Namun di dalam pencobaan ini kasih karunia Allah menggarapkan bentuk hayat bagi kita. Daratan mewakili hayat jiwa kita yang dimurnikan, seperti yang sudah disebutkan tadi. Ini sangat mempengaruhi kita. Di dalam hal ini, kebaikan Allah menggarapkan suatu bentuk hayat bagi kita.
Walaupun kehidupan kita sudah mencapai titik keterangkatan, kita masih manusia dan masih hidup di bumi ini. Kita tidak memiliki cara lain untuk mengekspresikan hayat Allah kecuali melalui tubuh kita. Kenaikan adalah keluar dari dunia; namun hari ini adalah waktu bagi kita untuk hidup di dalam dunia. Melalui pengajaran-Nya, Allah membuat kita mampu untuk mengekspresikan hayat-Nya melalui jiwa kita dan tubuh kita. Ketika kita sudah mencapai tahap ini, kehidupan kita kelihatannya mulai berbentuk. Walaupun bentuk-bentuk kehidupan berbeda-beda, ini adalah waktunya untuk pergi "dari kemuliaan kepada kemuliaan." Kenaikan adalah posisi surgawi kita. Namun hari ini adalah waktunya bagi penghidupan kita untuk diekspresikan di bumi ini. Oleh karena itu, dalam hubungan dengan dunia, kita tidak memiliki pilihan lain kecuali mengekspresikan hayat kita melalui tubuh dan jiwa kita. Bentuk luaran dari ikan dan burung adalah berbeda, tapi prinsip batini dari hayat adalah sama. Ikan di dalam air mengindikasikan adanya kehidupan di dalam air. Burung di daratan mengindikasikan bahwa ada kehidupan di atas bumi. Tadinya, air dan daratan sudah mati dan tanpa kehidupan; namun Allah bisa menciptakan makhluk-makhluk hidup, walaupun dalam bentuk yang berlainan, dan menempatkan mereka di sana. Ini sangat jelas. Ketika kehidupan Kristen kita dimulai, kita tidak memiliki hayat di dalam tubuh kita atau pun jiwa kita. Namun setelah kita naik ke tingkat-tingkat langit, hayat Allah akan diekspresikan melalui tubuh dan jiwa kita melalui penghidupan kita di bumi. Akan tetapi, kita seharusnya jelas, bahwa tidak akan pernah ada hayat di dalam tubuh kita dan jiwa kita; hanya hayat Allah yang terekpresi di dalam mereka. "Sehingga kamu bercahaya di antara mereka...sambil berpegang pada firman hayat" (Flp. 2:15-16). "Hayatmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." Inilah kenaikan. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi" (Kol. 3:3, 5). Ini adalah mengekspresikan hayat. Dengan demikian, kita akan mendapatkan berkat dari Allah (Kej. 1:22).
IX. "Berfirmanlah Allah: Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar. Dan jadilah demikian" (ay. 24). Pekerjaan pada hari keenam, sama seperti pekerjaan pada hari ketiga, dibagi menjadi dua. Makhluk-makhluk hidup di atas bumi diciptakan pada setengah bagian pertama dari hari keenam. Pada titik ini, penampilan kehidupan lebih maju. Sekarang tidak ada air dan kebajikan-kebajikan dari manusia baru dihasilkan.
Jika kita mengkombinasikan pekerjaan pada hari kelima dengan pekerjaan pada setengah pertama dari hari keenam, kita akan menemukan makna yang besar. Semua ikan, burung, ternak, insek, dan binatang liar adalah lambang manusia (Mat. 4:19; Kis. 10:12, 28). Orang-orang Kristen, setelah kenaikan mereka, menjadi saluran bagi hayat Allah; mereka menyampaikan hayat Allah ke dalam hati banyak orang. Semuanya ini mengacu kepada kehidupan dan pekerjaan hari ini.
Sekarang kita akan melihat ke dalam pekerjaan pada bagian kedua dari hari keenam. Allah menciptakan manusia dalam gambar-Nya sendiri dan menurut rupa-Nya (Kej. 1:26-27). Ini membawa kita kepada kedatangan Kristus yang kedua. Secara rohani, ini sudah menjadi realitas.
Kaum saleh yang sudah mengalami kelahiran kembali, ko-penyaliban, ko-kebangkitan, menghasilkan buah, dan kenaikan, dan telah mengekspresikan semua tahap-tahap yang progresif ini di dalam kehidupan rohani mereka, akan secara spontan mencapai tahap ini, yaitu sepenuhnya seperti Allah. "Kristus terbentuk di dalam kamu" (Gal. 4:19) adalah sasaran rohani kaum saleh. Ketika kita dipersatukan dengan Kristus dalam segala hal dan telah mengalami segala yang telah Dia genapkan bagi kita, kita akan bisa mengalami "diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya" (2 Kor. 3:18).
"Karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang penuh menurut gambar Penciptanya" (Kol. 3:9-10). "Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama...supaya kamu dibarui dalam roh pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef. 4:22-24). Dalam pengalaman kita, kita seharusnya memiliki kehidupan "manusia baru" yang benar-benar seperti Allah. "Menanggalkan" dan "mengenakan" adalah tindakan-tindakan yang diinisiasi oleh kehendak kita. Kaum beriman melatih tekad mereka untuk menolak segala perbuatan manusia lama dan memilih kebaruan dari manusia baru. Tingkat tertinggi dari penghidupan Kristen adalah hidup oleh tekad. Pada titik ini, mereka akan diperbaharui dalam pikiran dan pengetahuan mereka, dan mereka akan memiliki gambar Allah secara penuh. Pikiran adalah medan pertempuran rohani. Mereka mungkin benar dan kudus dalam tingkah laku dan kehidupan mereka (Ef. 4:24), namun mereka mungkin belum memiliki pengalaman akan pembaharuan pikiran. Pikiran adalah benteng pertahanan yang paling besar dari hayat Adam yang lama; dia adalah bagian yang paling terkontaminasi oleh dosa. Jika pikiran diperbarui, gambar Allah akan dipulihkan.
Walaupun demikian, pemulihan gambar Allah ada di masa yang akan datang, pada saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. "Karena kewargaan kita terdapat di dalam surga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Flp. 3:20-21). "Apabila Kristus dinyatakan, kita akan menjadi sama seperti Dia" (1 Yoh. 3:2).
Kaum saleh bukan hanya memiliki gambar Allah, namun juga kekuasaan atas segala sesuatu (Kej. 1:26, 28). Ini membawa masuk kerajaan seribu tahun. Ini adalah berkuasanya kaum saleh. "Mereka...memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun" (Why. 20:4). "Kekuasaan atas sepuluh kota" (Luk. 19:17).
Tidak semua kaum beriman akan memiliki kemuliaan dari kerajaan seribu tahun. Melainkan, hanya mereka yang sudah mengalami semua tahap di dalam Kejadian 1 yang akan mendapatkan kemuliaan ini. Mereka yang dipersatukan dengan pengalaman-pengalaman Kristus di masa lalu akan juga dipersatukan dengan kemuliaan Kristus di masa depan. Kita hanya perlu percaya kepada Tuhan Yesus untuk diselamatkan; tapi jika kita tidak setia, dan jika kita tidak menderita dan menang, kita tidak akan mampu meraja bersama dengan Tuhan. Salib adalah jalan menuju mahkota. Penderitaan adalah syarat untuk masuk ke dalam kemuliaan. Allah memberi keselamatan secara gratis, namun Dia tidak akan menghadiahkan mahkota tanpa imbalan. Barangsiapa bersedia untuk menderita kerugian di jaman ini demi Tuhan akan menerimanya di jaman yang akan datang. Bagaimana seseorang yang meraja pada jaman ini bisa menerima kemuliaan pada jaman yang akan datang? Tidaklah mudah untuk merendahkan diri kita sendiri! Sebaliknya, kita selalu siap untuk ditinggikan dan menerima kemuliaan! Mereka yang menempuh kehidupan yang kudus dengan pekerjaan yang setia pasti akan menerima pujian dari Tuhan. Namun untuk meraja seperti ini, kita tidak perlu menunggu sampai jaman yang akan datang. Kita bisa meraja dalam roh kita, walaupun penggenapan selengkapnya ada di masa depan. Kita bisa menerapkan otoritas dari Tuhan untuk menguasai segala sesuatu. Kita seharusnya menjadi raja-raja yang menguasai roh-roh jahat dan melarang mereka bekerja. Karena Satan akan diikat di dalam kerajaan seribu tahun, kita bisa menerapkan otoritas dari jaman mendatang untuk mengikat dia sampai taraf tertentu. Kita juga seharusnya menggunakan senjata doa untuk menguasai lingkungan kita; baik itu adalah urusan nasional, urusan keluarga, urusan gereja, ataupun urusan pribadi, kita bisa menggunakan doa untuk menguasai mereka semua. Oleh tekad kita dan melalui Roh Kudus, kita bahkan bisa mengendalikan diri kita sepenuhnya. Ini, tentu saja, adalah kehidupan yang menang. Orang-orang Kristen "kerajaan seribu tahun" adalah orang-orang Kristen yang paling kuat.
Selain meraja sebagai raja-raja, kaum saleh juga akan memiliki makanan mereka sendiri (Kej. 1:29). Tanaman berbiji adalah sebuah tanda hayat. Kuat kuasa hayat ada di dalamnya. Hanya hal-hal yang memiliki hayat yang baik untuk menjadi makanan. Makanan adalah bagian dari pahala kita di masa depan: "Siapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon hayat yang ada di Taman Firdaus Allah" (Why. 2:7). "Siapa yang menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi" (ay. 17). Perkara makanan akan berlanjut setelah kebangkitan sebab Tuhan kita juga makan dan minum setelah kebangkitan-Nya. Buah dari pohon hayat adalah untuk dimakan oleh manusia di dalam kekekalan, kota surgawi.
Walaupun demikian, hari ini kita bisa mengalami tempat dimana kita akan berada di masa yang akan datang. Apa yang kita makan adalah penyusun dari kesehatan kita. Hanya makanan-hayat yang bisa memberikan perawatan hayat kepada mereka yang memakannya. Oleh karena itu, semua makhluk ciptaan diberikan "segala tumbuh-tumbuhan hijau" sebagai makanan. "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat. 4:4). "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yoh. 4:34). "Akulah roti hayat" (Yoh. 6:48). "Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hayat yang kekal" (ay. 54). Jika kita ingin kuat, kita harus mengambil firman Allah, mengambil kehendak-Nya sebagai makanan kita, dan makan dan minum Tuhan Yesus. Kita tidak seharusnya membaca Kitab Suci secara sembarangan, melainkan memakai doa dan renungan untuk mencerna firman Allah dan menerima perawatan bagi kehidupan rohani kita. Setiap kali kita dengan setia mengambil kehendak Allah, kita akan merasakan bahwa manusia batini kita sekali lagi telah dirawat. Dengan iman, kita mengambil kematian dan hayat (daging dan darah) Tuhan Yesus untuk mengasimilasi mereka ke dalam kehidupan kita sehingga kita bisa maju dengan kekuatan. Untuk menjadi sehat secara rohani, kita perlu mengambil roti hayat. Makanan jenis lainnya hanyalah sekam.
X. "Pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu" (Kej. 2:1-3). Langit dan bumi sudah selesai, juga semua penghuninya. Pekerjaan penebusan Allah sudah digenapkan. Sekarang tidak ada yang lainnya lagi kecuali beristirahat.
Pada pasal pertama Allah berbicara lebih dari sepuluh kali. Segala yang sudah dikatakan-Nya sekarang sudah selesai. Firman Allah bekerja di dalam setiap tahap. Dia selalu berbicara. Setiap pekerjaan Allah memperlihatkan perkembangan dari kuat kuasa intrinsik-Nya. Tahap demi tahap, mereka memperlihatkan kuat kuasa ilahi-Nya untuk melaksanakan rencana ilahi-Nya. "Karena kita adalah mahakarya (masterpiece) Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik" (Ef. 2:10). Diberkatilah mereka yang taat kepada seluruh firman Allah. Tujuh kali Tuhan mengatakan, "Itu baik," namun untuk yang terakhir, Dia mengatakan, "Sangat baik." Hati-Nya puas dengan pekerjaan yang telah Dia selesaikan dengan sabar dan cermat. Karena Dia sudah puas, Dia beristirahat. Inilah perhentian Allah. Ini membawa kita ke langit baru dan bumi baru, jaman perhentian yang kekal. Pada saat itu, kita akan masuk ke dalam perhentian Allah (Ibr. 4:3). "Sebab siapa saja yang telah masuk ke dalam tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya" (Ibr. 4:10). Kekekalan akan dimulai, dan selama jutaan dari hari-hari yang tidak berkesudahan itu kita akan beristirahat di hadapan Allah dan akan berada di dalam Dia, memahami kehendak-Nya, takjub pada kemurahan kasih-Nya, dan memuji kasih karunia-Nya. Sungguh situasi yang luar biasa pada saat itu! "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Kor. 2:9).
Puji Tuhan, sebab kita tidak perlu menantikan masa depan untuk memiliki perhentian tersebut. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan" (Mat. 11:28-29). Di sini ada dua perhentian. Yang pertama kita terima ketika kita percaya pada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita. Yang kedua kita terima ketika kita belajar dari Tuhan Yesus. Jiwa kita ini penuh dengan kedambaan, kegairahan, kerinduan, kesedihan, kejengkelan, dan dukacita. Namun ketika kita melihat kelemah-lembutan dan kerendah-hatian Tuhan, bagaimana Dia menahan penentangan dari orang-orang berdosa terhadap-Nya, bagaimana Dia dengan rela memikul gandar, dan bagaimana Dia memperlihatkan diri-Nya sendiri sebagai suatu teladan dari seekor domba, maka kita tidak lagi letih dan pusing. Jika kita belajar dari Dia, kita akan mendapatkan ketenangan bagi jiwa kita, suatu kehidupan yang damai, suatu kehidupan yang tanpa pergumulan, dan suatu kehidupan yang mengapresiasi kehendak Allah! Betapa sukacita yang besar!
Di dalam seluruh enam hari, ada "petang dan pagi." Setelah petang selalu ada pagi, namun tidak ada satu hari pun yang tanpa malam. Namun pada hari ketujuh, hari Sabat Allah, tidak ada petang ataupun pagi. Sekarang yang kita miliki adalah "siang" (berbeda dari pagi) yang tidak berakhir yang sempurna, penuh, mulia, diberkati, dan dikuduskan oleh Allah.
Penciptaan dunia jasmani adalah lambang dari pembangunan rohani. Sejarah penciptaan dunia jasmani terdiri dari sepuluh tahap, baik di masa lalu maupun di masa depan; namun seluruh tahap ini bisa dialami oleh kaum beriman, walaupun beberapa dari pengalaman ini akan mendapatkan penggenapan penuhnya di masa depan. "Kristus telah mengasihi gereja dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan gereja di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya gereja kudus dan tidak bercela" (Ef. 5:25-27).
Betapa sederhana dan betapa jelasnya perkara-perkara yang telah kita bahas ini! Siapa saja yang ingin memahami pelajaran ini harus memahami suara-suara yang diutarakan melalui penciptaan. Pekerjaan tangan Allah merupakan kesaksian Allah; mereka mengekspresikan pemikiran-Nya yang dalam dan kasih-Nya yang besar. Penciptaan dan penebusan adalah dua cabang dari pekerjaan Allah; mereka diam-diam mengutarakan Diri Allah sendiri. Kristus adalah kunci untuk seluruh Kitab Suci. Kita bukan sedang mengubah Kitab Suci, memotong jari supaya kaki bisa pas dengan sepatu. Allah telah menetapkan bahwa Kitab Suci seharusnya bersaksi mengenai Diri-Nya, mengenai Kristus dan penebusan-Nya. Jika terdapat kesalahan di dalam berita ini, itu hanyalah dikarenakan penulisan yang ceroboh yang gagal untuk menyampaikan makna yang dimaksudkan.
Sunday, May 23, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment