BAB TIGA
PEMULIHAN BUMI DALAM ENAM HARI
Kita sudah melihat bahwa pada mulanya Allah menciptakan sebuah dunia yang sempurna. Kemudian, dikarenakan dosa yang dilakukan oleh Satan dan mereka yang tinggal di atas bumi, mereka dan bumi dihakimi oleh Allah, dan bumi menjadi tanpa bentuk dan kosong. Sekarang kita akan melihat pekerjaan Allah dalam memulihkan bumi.
Di dalam kitab Ayub, Ayub menyinggung mengenai kegagalan pemberontakan Satan untuk menunjukkan bahwa berselisih dengan Allah merupakan suatu kebodohan. "Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat? Dialah yang memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya; yang menggeserkan bumi dari tempatnya, sehingga tiangnya bergoyang-goyang; yang memberi perintah kepada matahari, sehingga tidak terbit, dan mengurung bintang-bintang dengan meterai" (Ay. 9:4-7). Kapan Allah melakukan hal ini? Kapan Dia menggoyangkan gunung dan bumi, dan mengubah posisi benda angkasa dikarenakan ketegar-tengkukan manusia terhadap Dia? Sejak jaman Adam, tindakan Allah yang seperti itu belum pernah terlihat. Bagian ini pasti merupakan penjabaran dari penghakiman Allah atas Satan dan atas bumi yang berada di bawah penguasaannya ketika dia memberontak. Pada saat itu Allah menggoncangkan bumi dan menjungkir-balikkan gunung-gunung. Malapetaka tersebut datang dengan begitu cepat sehingga gunung-gunung jungkir balik tanpa diketahui. Sebagai tambahan kepada bumi, posisi dari benda-benda angkasa juga terpengaruh. Dikarekan penghakiman Allah, matahari hilang sama sekali dan bintang-bintang tidak bersinar. Dunia jatuh ke dalam kegelapan. Tidak ada matahari dan tidak ada panas dihasilkan. Akibatnya, hal ini menggiring kepada jaman es di atas bumi ini. Kemudian, setelah sejangka waktu yang panjang, mungkin oleh panas inti bumi (Why. 9:2), lapisan es tersebut secara bertahap mencair. Akan tetapi, matahari belum muncul dan bintang-bintang masih "termeterai." Ketika Roh Allah mulai bergerak, ada samudra dalam, dan kegelapan menyelimuti permukaan samudra dalam tersebut.
Ayub tidak hanya menyinggung penghakiman Allah, melainkan juga pekerjaan pemulihan-Nya. Dia mengatakan, "Yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas puncak-puncak tinggi laut; yang menjadikan bintang Biduk, bintang Belantik, bintang Kartika, dan gugusan-gugusan Ruang Selatan; yang melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak terduga, dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya" (Ay. 9:8-10). Frase "membentangkan langit" mengindikasikan pekerjaan Allah pada hari kedua. Allah membagi air (waters) dengan cakrawala di tengah-tengah mereka, dan cakrawala ini disebut Langit. Jadi "puncak-puncak tinggi laut" mungkin mengindikasikan air di atas cakrawala. Frase "menjadikan bintang Biduk, bintang Belantik, dan bintang Kartika" mengindikasikan pekerjaan Allah pada hari keempat. Kata "menjadikan" bukan berarti menciptakan melainkan membentuk. Allah tidak menciptakan bintang pada saat ini, melainkan Dia membentuk baru bintang-bintang yang sudah ada. Di dalam Ayub 9:7 dikatakan, "Mengurung bintang-bintang dengan meterai." Ini berarti bintang-bintang sudah ada. Kejadian 1:16 mengatakan, "Menjadikan juga bintang-bintang." Ini adalah pemulihan kepada kondisi mereka sebelum mereka dimeteraikan. Setelah membaca perkataan Ayub, kita semakin yakin bahwa penguraian kita ini benar.
Di dalam Kejadian, Allah memulai pekerjaan pemulihan-Nya. Dia memanggil terang sebab permukaan samudra dalam gelap, dan terang ini memisahkan terang dari kegelapan. Sebelumnya sudah ada terang, dan sekarang terang kembali lagi. Beberapa pengejek mengatakan, "Bagaimana bisa ada terang tanpa matahari?" Akan tetapi, ilmu pengetahuan tidak lagi menertawai catatan di dalam Alkitab yang seperti ini, dan ilmu pengetahuan saat ini telah membuktikan bahwa perkataan Musa itu benar. Catatan di sini adalah "non-ilmu pengetahuan"; bukan "anti-ilmu pengetahuan." Kitab Allah tidak dimaksudkan untuk menjadi buku pelajaran ilmu pengetahun, namun firman Allah tidak salah berdasarkan ilmu pengetahuan. Manusia sekarang paham bahwa selain matahari ada sumber-sumber terang lainnya. Terang adalah suatu energi dari suatu sumber yang tidak diketahui yang menghasilkan getaran-getaran dari eter di sekitar alam semesta. Getaran ini berada di luar imajinasi manusia. (Tentu saja, terang yang kita lihat sekarang berhubungan dengan pembakaran matahari dan juga sumber-sumber terang lainnya.) Namun para ilmuwan tidak bisa memberi tahu kita mengenai sumber-sumber dari energi ini. Mengenai perkara ini, mereka sepenuhnya berada di dalam kegelapan; namun iman tahu. "Berfirmanlah Allah, Jadilah terang. Lalu terang itu jadi" (Kej. 1:3). Sangat disayangkan bahwa sementara Allah itu ada, yang adalah sumber dari segala hal yang positif, dan yang di dalam-Nya setiap orang seharusnya percaya, orang-orang masih menolak Dia dan memilih untuk meraba-raba di dalam gelap, menganggap bahwa percaya pada Firman Allah itu tidak ilmiah dan takhyul! Tapi kita sangat gembira bahwa tidak saja kita memiliki Allah, namun bahwa Dia juga adalah Bapa kita. Tidak dikatakan bahwa terang itu diciptakan atau menjadi ada oleh Allah pada hari pertama. Terang eksis bukan hanya dalam enam ribu tahun saja. Sebelum terang datang, kegelapan dikumpulkan di satu tempat, permukaan samudra dalam (yaitu, seluruh bumi). Kegelapan tertahan pada satu tempat yang sudah ditentukan ini. Ketika terang muncul, dia muncul di tempat (tempat yang gelap) yang sama, seluruh bumi. Ketika Allah mengatakan, "Jadilah terang" (ay. 3), seluruh alam semesta tidak sedang berada di dalam kegelapan. Allah hanya memerintahkan terang untuk muncul di permukaan bumi ini.
Di jaman Musa, ilmu pengetahuan tidak mengenal sumber-sumber terang lainnya selain matahari (seperti Aurora Borealis, cahaya utara). Tapi Musa masih mencatat bahwa Allah pertama memanggil terang, setelah itu baru membuat matahari muncul. Jika ini bukan wahyu dari Roh Kudus, bagaimana mungkin dia bisa membuat pernyataan yang sedemikian? Syukur pada Allah bahwa Dia tidak dibatasi oleh ketidakpercayaan orang-orang. Semakin ilmu pengetahuan memahami hukum-hukum alam yang ditetapkan oleh Allah, semakin mereka menyadari bahwa Firman Allah layak untuk diterima.
"Dan Allah menamai terang itu siang; dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama" (ay. 5). Di sini Allah tidak menciptakan terang, sebab terang sudah eksis sejak lama; Dia hanya memanggil terang. Kapankah hari pertama dimulai? Ada yang mengatakan sejak saat ketika bumi "tanpa bentuk dan kosong" (ay. 2); akan tetapi, itu bukan maknanya di sini. "Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama" (ay. 5). "Pagi" adalah waktu dimana terang pada hari pertama muncul. Jika tidak ada terang sebelum hari pertama, maka "petang" yang disebutkan di sini tidak masuk akal. "Petang" datang lebih dulu, dan kemudian "pagi." Jika pagi mengindikasikan waktu dimana terang hari pertama kali muncul, dan jika tidak pernah ada terang sebelum hari pertama, maka petang akan mengindikasikan kegelapan sebelum terang, yang adalah kegelapan yang berkepanjangan di dalam ayat 2. Jika benar demikian, tidakkah petang pertama itu terlalu lama? Jika petang pada hari pertama merupakan kegelapan di dalam ayat 2, maka hari pertama akan dimulai sejak kegelapan dari ketanpa-bentukan dan kekosongan. Namun Kejadian dengan jelas tidak menganggap ketanpa-bentukan dan kekosongan sebagai hari pertama. Karena itu, sebelum "petang" hari pertama, terang sudah ada. Akan tetapi, terang ini tidak bersinar di atas bumi. Allah menyebut kegelapan itu Malam, namun "petang," yang berbeda dari malam, adalah kegelapan yang berada di bawah kendali terang. Untuk alasan inilah, terang eksis sebelum "petang" pada hari pertama; kalau tidak, bagaimana kita bisa membedakan antara petang dan pagi? Lebih jauh lagi, Alkitab tidak mengatakan bahwa Allah menciptakan terang pada hari pertama; Dia hanya memerintahkan terang untuk muncul. Darimana datangnya terang itu? Jika bukan dari bumi yang tanpa bentuk dan kosong dan berada di dalam kegelapan yang penuh, terang itu pasti berasal dari permulaan ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Ini adalah bukti lebih lanjut bahwa dunia yang kita diami sekarang adalah dunia yang dipulihkan.
Kita seharusnya tahu bahwa masing-masing dari keenam hari adalah dua puluh empat jam. Di dalam Alkitab, hari seringkali dipakai untuk mewakili suatu periode waktu, seperti "hari Tuhan," dll. Namun keeenam hari bukanlah enam periode. Pembaca yang tidak memiliki opini yang sudah terbentuk sebelumnya tidak akan menganggap keenam hari ini sebagai periode-periode waktu. Kapankala Alkitab memakai "hari" yang berarti suatu periode, tidak ada indikasi angka yang berhubungan dengannya. Jika ada angka sebelum hari, itu pasti mengindikasikan waktu dari satu revolusi bumi. Lebih jauh lagi, Alkitab dengan jelas menyatakan "jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama" (ay. 5). Menggabungkan petang dan pagi sebagai hari pertama merupakan sebuah indikasi mengenai suatu hari yang terdiri dari dua puluh empat jam. Terlebih lagi, Allah kemudian menetapkan Sabat, menurut perhentian-Nya pada hari ketujuh. Sabat di dalam Keluaran 20 adalah suatu hari dengan dua puluh empat jam. Jika hari ketujuh adalah dua puluh empat jam, maka keenam hari yang sebelumnya juga pasti dua puluh empat jam. Kembali, jika kita menganggap keenam hari ini sebagai enam periode geologi, lalu mengacu kepada apakah "petang" dari periode-periode geologi ini, dan mengacu kepada apakah "pagi" dari periode-periode geologi ini? Lebih jauh lagi, jika keenam hari ini mengacu kepada enam periode geologi, tidak akan ada rumput atau pohon di bumi sebelum periode ketiga, dan tidak akan ada fosil hewan di bumi sampai periode keenam. Tapi keadaannya tidaklah demikian, sebab tidak ada perbedaan antara hewan dan tanaman di dalam strata geologi di bawah permukaan bumi. Jika keenam hari adalah enam periode yang panjang, maka Adam, yang diciptakan di dalam periode keenam, akan sudah menempuh kehidupan yang panjang di firdaus sebelum dia melakukan dosa. Musa, yang menulis kitab kejadian, tidak memiliki pemikiran untuk menggunakan hari untuk mewakili periode. Kita tidak boleh membengkokkan Firman Allah untuk menyesuaikannya dengan konsep kita atau untuk mengurangi kecaman orang. Jika kita menjelaskan Alkitab berdasarkan ide kita sendiri, kita akan disalahkan oleh orang lain dan juga membahayakan Kitab Suci. Dengan bukti-bukti ini, kita harus menyimpulkan bahwa keenam hari ini hanyalah enam hari dan bukan enam periode. Allah kita ini perkasa; satu hari sudah cukup bagi-Nya untuk memulihkan. Tidak perlu enam periode. Namun karena Dia berkenan untuk memulihkan dunia dalam enam hari, kita harus dengan rendah hati mengamati pekerjaan Allah dan memuji keagungan-Nya. Mengapa kita harus meyesuaikan diri kita kepada opini dari orang-orang yang belum dilahirkan kembali? Kita tahu bahwa jika geologi benar, periode di antara ayat 1 dan ayat 2 cukup panjang untuk menghasilkan seluruh pembentukan geologis dari bumi.
Pada hari kedua Allah memerintahkan lagi. Allah meletakkan udara di cakrawala untuk memisahkan air yang ada dibawah cakrawala dari air yang ada di atas cakrawala. Allah memisahkan air di atas bumi dari kelembaban atmosfir. Kembali, para ilmuwan seharusnya memuji catatan yang indah ini. Ini hanyalah fenomena dari perluasan udara, memisahkan air di atmosfir dari air di bawah; namun batasnya tidak bisa dipindahkan. Atmosfir di atas kita bisa dipenuhi dengan uap lembab (moisture) seperti yang tercatat di dalam Alkitab. Atmosfir ini bukan kolam yang solid untuk menampung air di langit, sebab ayat 20 menyebutkan, "Dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." Cakrawala yang terbuka ini merupakan wilayah atau ruang lingkup dimana burung-burung bisa beterbangan.
"Lalu Allah menamai cakrawala itu langit" (ay. 8). "Langit" di sini berbeda dengan "langit" di ayat 1. "Langit" di ayat 1 mengacu kepada seluruh alam semesta beserta semua isinya. "Langit" di ayat 8 adalah "langit" dari bumi ini. "Langit" di ayat 1 tidak merosot; hanya bumi kita dan posisinya di angkasa yang berubah dari kondisi aslinya dikarenakan penghakiman Allah. Allah melihat pekerjaan-Nya dan menganggap bahwa lima dari keenam hari itu baik. Setelah hari kedua, perkataan "dan Allah melihat bahwa semuanya itu baik" tidak disebut. Apakah Firman Allah mengabaikan hari itu? Tidak, perkataan yang dihilangkan Allah sama berartinya dengan perkataan yang Dia ucapkan. Setiap kata dan setiap frase dari Alkitab diinspirasikan Allah. Penghapusan di sini berhubungan dengan Satan. Dia adalah penguasa kerajaan di udara (Ef. 2:2). Para iblis di bawahnya adalah "kekuatan roh-roh jahat di langit" (Ef. 6:12). Allah mungkin melihat udara sebagai tempat tinggal Satan dan iblis-iblisnya. Itulah sebabnya mengapa Dia tidak mengatakan bahwa semuanya itu baik. Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimana roh-roh jahat (Ef. 2:2) bisa naik ke langit?" Kita sudah mengatakan bahwa penjara mereka adalah lautan dalam yang adalah "samudra dalam" yang menyelubungi seluruh bumi. Ketika Allah memisahkan air, mereka mungkin mengambil kesempatan untuk melarikan diri dari penjara mereka melalui menempelkan diri mereka kepada air yang di atas, dan dengan demikian mereka pindah ke langit dimana penguasa mereka berada. Itulah sebabnya mengapa kita memiliki catatan-catatan di dalam Perjanjian baru mengenai roh-roh jahat yang eksis di langit dan yang bekerja di bumi. Walaupun mereka adalah buronan, Allah untuk sementara waktu mengijinkan mereka untuk tinggal di sana sampai saatnya bagi mereka untuk dilemparkan ke dalam abyss. Karena udara adalah markas besar dari kerajaan kegelapan, sebagian besar dari pekerjaan Satan dimulai dari udara. Oleh karena itu, ketika kita berkumpul untuk bersidang atau berdoa, kita perlu meminta Allah untuk membersihkan atmosfir dengan darah Tuhan yang mustika, supaya kita tidak ditekan oleh Satan.
Pada hari yang ketiga, walaupun air sudah dipisahkan, masih ada air yang menutupi seluruh bumi dan tidak ada daratan yang kering. Allah memerintahkan lagi, "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, dan hendaklah tanah yang kering muncul" (Kej. 1:9). Apa yang dikatakan di sini sesuai dengan apa yang telah kita jelaskan. Allah memerintahkan, "Hendaklah tanah yang kering muncul," Jadi ada daratan yang terkubur di bawah air untuk sejangka waktu yang lama, yang tidak muncul kembali sampai saat itu. Allah tidak mengatakan, "Hendaklah tanah kering muncul dari ketiadaan (nothing)." Dia hanya memerintahkan air untuk mundur, membiarkan daratan yang asalnya diciptakan oleh-Nya untuk muncul kembali. Hal ini membuktikan lebih jauh bahwa pekerjaan enam hari Allah adalah pekerjaan pemulihan bukan penciptaan.
Mazmur 104:5-9 berbicara mengenai bagaimana Allah menciptakan bumi pada mulanya, bagaimana Dia kemudian menghakimi bumi, dan bagaimana Dia akhirnya menghardik air bah (pekerjaan hari ketiga di dalam Kejadian) untuk memulihkan daratan. Yehova "mendasarkan bumi di atas pondasi-pondasinya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya" (ay. 5). Ini adalah penciptaan sebermula Allah. "Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung-gunung" (ay. 6). Ini adalah kondisi setelah penghakiman Allah atas makhluk-makhluk ciptaan di atas bumi pada waktu itu; ini adalah air yang menutupi bumi di dalam Kejadian 1:2 (bandingkan dengan 1:9). "Terhadap hardik-Mu air itu melarikan diri, lari kebingungan terhadap suara guntur-Mu, naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka. Batas Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi bumi." (Mzm. 104:7-9). Inilah pekerjaan Allah pada setengah bagian pertama dari hari ketiga. "Hardik" dan "guntur" berhubungan dengan perintah Allah di dalam Kejadian 1:9. "Melarikan diri" dan "kebingungan" menjabarkan bagaimana air "berkumpul pada satu tempat." "Naik gunung, turun lembah" bukan mengacu kepada penciptaan gunung dan lembah sebab gunung sudah ada di dalam Kejadian 1:6. Melainkan, dia mengacu kepada pemunculan kembali gunung-gunung dan lembah-lembah yang sudah ada sebelumnya namun telah terbenam di dalam air, setelah air ditarik. Ini adalah penjabaran dari gunung dan lembah ketika "tanah kering" muncul setelah air surut. "Ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka. Batas Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi bumi" (Mzm. 104:8-9). Beberapa ayat ini secara eksplisit memberi tahu kita bagaimana air di bawah langit dikumpulkan bersama ke satu tempat supaya daratan bisa muncul. Dengan demikian kita sangat percaya bahwa dunia yang kita diami sekarang adalah hasil dari pekerjaan pemulihan Allah.
Daratan keluar dari air juga telah terbukti oleh ilmu pengetahuan. Para ahli geologi percaya bahwa semua pembentukan geologis terbentuk di bawah air. Banyak orang tidak jelas mengenai pondasi-pondasi bumi (the foundations of the earth), seperti yang disebutkan di Mazmur 104:5. Kita bisa menemukan makna fondasi dari Kejadian 1:10 yang mengatakan bahwa "Allah menamai yang kering itu darat (Earth/bumi)." Pondasi-pondasi bumi mengacu kepada daratan-daratan kering di bumi dan bukan kepada seluruh bola bumi.
Pada hari ketiga Allah masih memiliki lebih banyak pekerjaan. Tanah sudah keluar dari air, namun masih belum ada tanaman. Maka Allah datang untuk mendandaninya.
Pada hari keempat pemulihan daratan kering sudah selesai, maka Allah datang untuk memulihkan benda-benda angkasa. Karena Dia sudah memanggil terang pada hari pertama, Dia sekarang membuat benda-benda penerang di cakrawala langit dan memberikan terang kepada mereka. Terang pada hari pertama sudah memisahka siang dari malam (ay. 4-5). Sekarang benda-benda penerang juga memisahkan siang dari malam; dalam beberapa hal, "terang" pada hari pertama serupa dengan "benda-benda penerang." Mungkin terang pada hari pertama bersinar pada satu sisi bumi selama setengah hari dan kemudian pada sisi yang satunya lagi selama setengah hari. Dengan demikian ada siang dan malam pada hari pertama. Pada hari keempat, Allah membuat benda-benda penerang dan memasukkan terang pada hari pertama ke dalam mereka. Saat bumi dan benda-benda penerang saling berotasi, mereka tidak saja memisahkan siang dari malam, melainkan juga menjadi "tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun" (ay. 14)
Terang yang lebih besar yang dibuat Allah adalah matahari. Kejadian 1:16 tidak mengatakan bahwa Allah menciptakan matahari sebab matahari sudah diciptakan pada mulanya. Allah hanya melakukan pekerjaan pemulihan. Matahari mungkin merupakan sebuah benda penerang di dunia pra-Adam, namun setelah pemberontakan Satan, dia juga terpengaruh dan kehilangan cahayanya, diliputi kegelapan. Meskipun demikian, bumi mungkin masih berotasi mengelilinginya. Pada hari keempat ketika Allah memulihkan matahari, Dia membuatnya menerima dan memancarkan terang lagi dan dengan demikian kembali menjadi sebuah benda penerang.
Para ilmuwan mengatakan bahwa bulan adalah sebuah padang belantara yang mati dan gersang. Jika demikian keadaannya, cukup masuk akal bahwa setelah pemberontakan Satan, matahari, bulan, dan bintang-bintang semuanya terpengaruh.
Setelah Allah membuat kedua penerang yang besar, Dia juga membuat bintang-bintang. Kembali kita seharusnya memperhatikan bahwa bintang-bintang tidak diciptakan pada waktu itu, sebab mereka sudah eksis sejak dahulu kala. Ayub menyediakan buktinya. Di dalam Ayub 38:4-7 Yehova berkata, "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?...Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? -- Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukut padanya? Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?" Tidak peduli bumi yang mana yang disinggung di sini, apakah bumi yang diciptakan sebermula atau bumi yang dipulihkan pada hari ketiga, satu hal yang pasti: sebelum bumi dibentuk, bintang-bintang sudah eksis. Ketika bumi sedang dibentuk, bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, memuji pekerjaan Allah. Di dalam Kejadian Allah hanya menata ulang bintang-bintang yang sudah ada di sana sebelumnya. Setelah Dia mengumpulkan terang ke dalam matahari dan membuatnya menjadi terang yang besar, Dia memulihkan bintang-bintang dan membuat mereka muncul di langit untuk memenuhi keperluan bumi.
Roh Kudus mengilhami Musa untuk menjabarkan pekerjaan Allah dengan kata-kata manusia sebab Alkitab ditulis untuk manusia. Dia tidak membicarakan posisi dan fungsi dari matahari, bulan, dan bintang, melainkan hanya menyebutkan hubungan mereka dengan bumi dan manusia. Walaupun musim, hari, dan tahun berhubungan dengan makhluk ciptaan lainnya, kegunaan benda-benda angkasa "sebagai tanda" secara khusus adalah untuk manusia, sebab selain manusia tidak ada yang bisa mengamati pergerakan benda-benda angkasa untuk membuat tanda-tanda. Allah hanya membicarakan posisi dan fungsi dari matahari, bulan, dan bintang menurut sudut pandang manusia. Dia tidak menyinggung perkara-perkara lainnya. Di mata manusia, matahari adalah terang yang paling besar, bulan adalah yang kedua, dan bintang-bintang adalah terang yang paling kecil. Tidakkah menakjubkan bahwa Allah telah mempersiapkan suatu alam semesta yang demikian luas bagi manusia yang sekecil kita ini?
Pada hari kelima, setelah daratan kering dan benda-benda angkasa dipulihkan, Allah bersiap-siap untuk menciptakan organisme hidup untuk menghuni bumi. "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala" (ay. 20). Perintah Allah mengekspresikan tujuan Allah. "Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap" (ay. 21). Allah menciptakan mereka dari ketiadaan. Kita tidak tahu bahan apa yang dipakai Allah untuk membuat ikan dan kehidupan di dalam air. Sedangkan untuk burung-burung, 2:19 memberi tahu kita bahwa mereka dibuat dari tanah.
Ilmu pengetahuan memberi tahu kita bahwa organisme hidup pertama muncul di dalam air, kemudian di daratan. Organisme di dalam air adalah spesies yang paling primitif di antara semua hewan. Bahkan hari ini, samudra masih merupakan rumah bagi mayoritas makhluk hidup. Burung, di lain pihak, adalah spesies yang paling primitif dari segala hewan berdarah panas. Kita bisa melihat betapa ilmu pengetahuan mirip dengan penjabaran di dalam Alkitab. Walaupun ilmu pengetahuan membuktikan perkataan-perkataan ini, iman mempercayainya tanpa bantuan ilmu pengetahuan!
Pada hari keenam Allah melanjutkan dengan menciptakan segala jenis binatang buas, ternak, dan binatang melata. Akhirnya, Dia menciptakan manusia dalam gambar-Nya sendiri. Kita akan membahas penciptaan manusia secara lebih terperinci pada berita-berita berikutnya. Di sini kita hanya akan membahas subyek secara ringkas. Pasal satu membahas penciptaan manusia secara ringkas untuk menunjukkan kepada kita posisi manusia di antara makhluk-makhluk ciptaan, sedangkan pasal dua menjabarkan asal mula manusia secara terperinci untuk menunjukkan kepada kita hubungan manusia dengan Allah.
Kita seharusnya memperhatikan bahwa manusia "diciptakan" oleh Allah (ay. 27). Manusia bukan berevolusi dari hewan dari kelas yang lebih rendah. Kata "menciptakan," seperti yang telah kita singgung, berarti membuat sesuatu dari ketiadaan. Ini merupakan pekerjaan khusus Allah dan bukan suatu proses evolusi yang alami. Alkitab tidak memberi kepercayaan kepada teori evolusi, yang akan sampai selamanya merupakan ide yang sia-sia! Pada hari ketiga Allah memerintahkan masing-masing jenis tumbuh-tumbuhan, pohon, rumput, dan sayuran, untuk menghasilkan benih sesuai dengan jenisnya masing-masing. Rumput tidak bisa berubah menjadi pohon, demikian juga pohon jenis tertentu tidak bisa berubah menjadi pohon jenis lain. Pada hari kelima ada kehidupan di dalam air dan burung-burung menurut jenis mereka masing-masing. Pada hari keenam ada binatang buas, ternak, dan binatang melata, juga menurut jenis mereka masing-masing. Semua makhluk ciptaan adalah menurut jenis mereka masing-masing. Alkitab tidak memberi tahu kita bagaimana jenis-jenis ini diklasifikasikan, namun kata-kata "menurut jenisnya" sudah merupakan bukti yang cukup bahwa pada masa itu setiap makhluk hidup terdiri dari berbagai jenis. Karena Allah sudah mengatakan bahwa semua "menurut jenisnya," batasan dari masing-masing jenis telah ditetapkan oleh Allah. Benar-benar tidak ada kemungkinan bagi satu jenis untuk berevolusi menjadi jenis lainnya. Tanaman tidak bisa berubah menjadi hewan, bahkan satu jenis tanaman tidak bisa berubah menjadi tanaman jenis lain, demikian juga satu jenis hewan tidak bisa berubah menjadi hewan jenis lain. Kita orang-orang Kristen percaya pada Firman Allah. Segala sesuatu di luar "demikian firman Tuhan," kita tidak akan mempercayainya. Kita tidak seharusnya mendengar suatu teori yang bertentangan dengan Firman Allah. Firman Allah itu cukup untuk membereskan segala masalah. Dunia boleh saja mengejek logika kita, namun kita puas dengan Firman Allah. Manusia yang fana tidak mempercayai Allah kita. Hasilnya, mereka hanyut terombang-ambing dan membuat teori-teori bagi diri mereka sendiri yang padanya mereka meletakkan kepercayaan mereka! Mereka mengira bahwa terlalu luar biasa bagi Allah untuk membuat sesuatu dari ketiadaan, dan untuk membuat manusia dari debu tanah. Akan tetapi, bagi kita, untuk sebuah embrio kecil dari sejenis hewan yang melewati sejumlah proses evolusi untuk menjadi seekor kera, dan kemudian setelah banyak proses evolusi selanjutnya, berubah dari kera menjadi manusia, adalah sesuatu yang jauh lebih luar biasa. Seekor kera berevolusi menjadi manusia adalah luar biasa, jauh lebih luar biasa daripada Allah menciptakan manusia! Saya memperingatkan para pembaca untuk tidak mempercayai omong kosong seperti itu. Bukan saja kita tidak seharusnya mempercayainya, kita bahkan seharusnya tidak mendengarnya. Kita seharusnya tidak membaca majalah atau buku-buku yang memuat teori-teori semacam itu. Kita bersyukur pada Allah bahwa firman-firman-Nya jelas dan mudah untuk dipahami. Dia mengatakan, masing-masing "menurut jenisnya," dan kita melihat di sekitar kita bahwa semua hewan dan tanaman bersikap menurut firman ini. Tadinya, para penganut teori evolusi (evolusionis) mengatakan bahwa nenek moyang manusia adalah sejenis hewan yang berasal dari ribuan tahun yang lalu. Sekarang mereka memberi tahu kita bahwa setelah beribu-ribu tahun, keturunan kita akan menjadi hewan tanpa bentuk tanpa jari tangan ataupun jari kaki. Mereka membicarakan hal-hal yang milik ribuan tahun yang lalu atau ribuan tahun yang akan datang, hal-hal yang tidak akan pernah kita lihat atau yang bisa tangkap untuk kita tanyai! Alkitab kita adalah kitab masa kini. Pada masa kini, semua makhluk berkembang biak menurut jenisnya masing-masing. Alkitab tidak membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab!
Seperti yang diperhatikan oleh banyak penulis sebelumnya, "Elohim," salah satu nama Allah di dalam Kitab Suci yang asli, adalah jamak. Akan tetapi, di dalam Kejadian 1:26 kata kerja yang digunakan setelah Allah adalah tunggal. Kelihatannya tidak cocok untuk memiliki suatu kata benda yang jamak dengan suatu kata kerja yang tunggal. Akan tetapi, ini mengindikasikan bahwa Allah itu tiga-dalam-satu dan satu-dalam-tiga. Karena ada lebih dari satu persona di dalam Ke-Allahkepala-an, kata bendanya tidak memiliki tanda tunggal. Bukan juga hanya ada dua persona. Dengan demikian penandaannya juga bukan ganda. Melainkan, ada tiga persona. Jadi, ada "Elohim" dengan penandaan jamak. Walaupun ada tiga, bukan ada tiga Allah. Untuk alasan inilah, kata kerjanya tidak jamak, melainkan tunggal. Ini mewahyukan bahwa Allah itu tritunggal. Walaupun Alkitab tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Allah itu tritunggal, kita bisa menemukan banyak bukti dan indikasi dari fakta ini di dalam Alkitab. Tidak diragukan lagi bahwa doktrin mengenai Trinitas ini benar-benar merupakan sebuah doktrin yang agung di dalam Alkitab. Lebih jauh lagi, kata "Kita" di dalam ayat 26 mengindikasikan jumlah jamak di dalam Persona-persona ilahi, sementara kata kerja "membuat" mengindikasikan keesaan dari tujuan Allah. Di dalam pasal satu, kata-kata "Allah mengatakan" dipakai tiga puluh satu kali. Apa yang dikatakan Allah adalah Firman Allah. Ketika kita membaca Injil Yohanes 1, kita melihat bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Firman Allah. Kejadian 1 menyinggung pada pekerjaan Tuhan Yesus dalam penciptaan. Dengan demikian, Allah Tritunggal bekerja bersama-sama dalam penciptaan. Kita memiliki "Allah," "Allah mengatakan," dan "Roh Allah." Bapa, Putra, dan Roh Kudus semuanya ada di sini.
Sebelum Allah menciptakan manusia, Dia berhenti sejenak dan mengadakan suatu diskusi di dalam Ke-Allahkepala-an, mengatakan, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa." Ketika kita merenungkan diskusi ini, kita menyadari bahwa Allah sangat serius mengenai perkara ini. Ini kelihatannya mengindikasikan bahwa penguraian kita adalah benar. Satan, dan juga penghuni bumi sebelumnya, telah gagal. Allah memulihkan bumi dan langit, dan membuatnya menjadi cocok untuk tempat tinggal manusia. Semua makhluk hidup sudah siap. Ke-Allahkepala-an seolah-olah berhenti sejenak untuk berbicara antar Mereka sendiri, "Lihatlah, sekarang Kita akan menciptakan manusia!" Inilah roh dari bagian ini.
Di sini Allah memberi tahu kita maksud-Nya dalam menciptakan manusia, "Supaya mereka berkuasa." Satan telah dikalahkan. Di bawah penghakiman Allah, dia tidak bisa lagi memiliki kekuasaan atas dunia. Walaupun dalam realitasnya dia masih bebas, penghakiman atas dirinya sudah diumumkan. Bumi yang telah dipulihkan oleh Allah tidak berhubungan dengan Satan; segala sesuatu di atas bumi ini adalah ekspresi dari tatanan yang baru. Walupun Satan masih memakai gelar "penguasa dunia ini," manusia yang diciptakan Allah diberkati dengan kemauan bebas; dia memiliki kekuasaan otonomi. Allah menetapkan manusia, terpisah dari otoritas Satan, untuk memiliki kekuasaan atas makhluk-makhluk hidup dan tanaman yang baru diciptakan, dan atas seluruh bumi. Jika manusia bisa menjaga baik-baik hak-hak dan kekuasaan yang telah diberikan Allah kepadanya, Satan akan hanya menyandang gelar "penguasa dunia ini" yang kosong. Allah ingin meniadakan otoritas Satan karena Dia sudah dihakimi. Bagi Allah untuk membuang Satan cukup mudah; namun untuk alasan yang tidak kita ketahui, Dia ingin supaya manusia menjadi sekerja-Nya untuk menghancurkan pekerjaan iblis. Oleh karena itu, Allah menciptakan manusia dan mengijinkan dia untuk memiliki kekuasaan. Ini adalah posisi yang pernah dipegang Satan, tapi kemudian lepas. Sayang sekali, segera setelah manusia gagal, manusia kehilangan haknya, dan Satan merebut kembali kekuatan dan kekuasaannya sebagai penguasa dunia. Ini akan kita lihat saat kita sampai pada bab ketiga, tapi baiklah kita jelas akan satu hal: semua rencana dan pekerjaan Allah di dunia ini memiliki satu sasaran, menghilangkan kuat kuasa Satan. Tuhan Yesus memanggilnya si musuh (Mat. 13). Oleh karena itu, kita kaum beriman, sebagai umat pilihan Allah, seharusnya secara konstan memikul tujuan Allah ini di dalam pikiran--menghancurkan kuat kuasa iblis. Dalam melakukan segala sesuatu, kita tidak seharusnya menanyakan apakah sesuatu itu baik atau buruk, melainkan bagaimana dia bisa menguntungkan Allah dan menghancurkan Satan. Kalau usaha kita tidak bisa mempengaruhi kerajaan kegelapan dan menyebabkan iblis mengalami kerugian, maka kita seharusnya tidak melakukannya. Dalam melakukan semua pekerjaan kita bagi Allah, kita tidak seharusnya mencari hasil yang luaran. Melainkan, kita seharusnya mempertimbangkan siapa yang akan mendapat keuntungan dan siapa yang akan menderita kerugian di dalam alam rohani. Ini adalah suatu peperangan rohani dan bukan pergumulan dalam daging dan darah. Pada suatu hari, penghakiman kita di hadapan takhta penghakiman akan ditentukan oleh standar ini. Apakah pekerjaan kita akan bertahan atau terbakar oleh api bergantung pada berapa banyak pekerjaan kita ini membantu menggenapkan tujuan Allah. Cara terbaik untuk berperang melawan kekuatan kegelapan adalah, di satu pihak, dengan dalam roh kita menolak pekerjaan Satan, tidak menyetujui kemenangannya, dan di lain pihak, menggunakan doa sebagai senjata kita melalui meminta Allah untuk menghancurkan pekerjaan dan muslihat Satan. Pada saat yang sama, kita seharusnya mematuhi kehendak Allah secara praktis. Setiap kali kita mematuhi kehendak Allah, Satan menderita kekalahan.
Manusia pertama diciptakan dalam gambar Allah, dan kedua menurut rupa-Nya. Ini tidak mengacu hanya kepada tubuh jasmani manusia. "Dalam gambar Allah" berarti manusia mewakili Allah di atas bumi. "Menurut rupa-Nya" berarti manusia adalah menurut jenis Allah; dengan kata lain, ras Allah (Kis. 17:28). Secara moral dan intelek, terdapat keserupaan antara Allah dan manusia, sehingga manusia bisa mengenal Allah dan bersekutu dengan-Nya. Sayang sekali, manusia telah berdosa dan kehilangan gambar dan rupa Allah. Sekarang ketidakpedulian manusia dalam perkara yang menyangkut Allah sungguh di luar imajinasi. Oleh karena itu, kecuali seorang manusia dilahirkan kembali dari atas, dia tidak tahu bagaimana cara bersekutu dengan Allah. Paulus memberi tahu kita bahwa manusia adalah "gambar dan kemuliaan Allah" (1 Kor. 11:7); Allah membuat manusia untuk mengekspresikan kemuliaan-Nya. Allah ingin memamerkan kemuliaan-Nya kepada Satan di udara. Akan tetapi, manusia yang pertama telah gagal. Namun Manusia yang kedua tidak gagal. Dia adalah ekspresi dari gambar persona Allah (Ibr. 1:3, KJV), dan Dia mampu untuk mengekspresikan Allah sepenuhnya.
"Berfirmanlah Allah: Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya" (Kej. 1:29-30). Di dalam dunia sebelum dosa datang, tidak ada makan daging. Makan daging adalah perkara dari dunia yang penuh dosa. Di dalam langit baru dan bumi baru yang akan datang tidak disebutkan mengenai makan daging; satu-satunya benda yang layak untuk dimakan adalah buah dari pohon hayat. Di dalam tatanan perkara-perkara jaman ini, opini Allah adalah bahwa "semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (1 Tim. 4:4-5). Di dalam dunia yang penuh dengan dosa ini, jika kita mencoba untuk berpantangan daging (4:3), kita menyangkal fakta bahwa dunia saat ini berada di bawah kutuk!
"Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik" (Kej. 1:31). Allah tidak membuat sesuatu yang tidak baik. Hal-hal yang buruk muncul sebagai hasil dari dosa; mereka bukan ciptaan Allah. Di dalam dunia yang penuh dosa ini, kita tidak seharusnya bersungut-sungut terhadap Allah, sebab di dalam-Nya tidak ada kejahatan, dan apa yang Dia jadikan semuanya baik. Allah sudah memperlakukan kita orang-orang fana dengan penuh kasih karunia. Dia pertama menciptakan berbagai jenis tanaman pada hari ketiga dan kemudian mempersiapkan mereka sebagai makanan bagi hewan. Setelah itu Dia menciptakan burung-burung di udara pada hari keempat, hewan-hewan di darat pada hari kelima, dan manusia pada hari keenam. Dia menetapkan seluruh lingkungan dalam suatu tatanan yang baik sebelum Dia meletakkan manusia ke dalamnya. Jika kita sungguh-sungguh percaya pada fakta ini, betapa penghiburan yang besar bagi kita! Allah selalu membuat persiapan bagi ciptaan-Nya seperti itu. Bagi penumbuhan rumput, Dia terlebih dahulu mempersiapkan daratan; bagi penopang kehidupan hewan, Dia terlebih dahulu mempersiapkan kehidupan tumbuhan. Namun karena kita seringkali gagal untuk melihat hal ini dengan mata kita, kita menjadi kuatir. Diberkatilah mereka yang memiliki iman untuk melihat Allah dan pekerjaan-Nya! Tidak ada yang bisa menggoyahkan hati yang sedemikian!
Tiga ayat pertama dari pasal yang kedua seharusnya milik pasal satu. Pada hari ketujuh Allah tidak melakukan pekerjaan apa pun. Dia beristirahat pada hari itu. Satu hal yang seharusnya kita perhatikan adalah bahwa istirahat ini merupakan istirahat Allah bukan istirahat manusia. Alkitab memberi tahu kita bahwa ini adalah Sabat Allah. Allah bekerja selama enam hari dan kemudian Dia beristirahat. Ini bukan istirahat jasmani, sebab dengan Allah tidak ada rasa lelah. "Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu" (Yes. 40:28). Apa makna dari istirahat ini? Ini bukan istirahat jasmani, melainkan istirahat rohani. Allah merasa puas. Dia melihat segala sesuatu yang telah Dia buat sangat baik, dan Dia puas. Setiap pembaca Alkitab yang cermat akan melihat bahwa inilah makna dari istirahat Allah. Allah tidak menetapkan Sabat di sini untuk dijalankan oleh manusia. Manusia tidak melakukan pekerjaan apa pun, maka dia tidak memerlukan istirahat. Baru setelah Adam jatuh manusia harus bekerja (Kej. 3:19). Pada saat ini, Adam belum berdosa. Oleh karena itu dia tidak perlu beristirahat pada hari ketujuh. Karena itu, kita tidak seharusnya mempertimbangkan Sabat ini sebagai sesuatu yang berasal dari hukum Taurat orang-orang Yahudi (yang tidak kita pelihara), melainkan sebagai Sabat dalam penciptaan Allah. Kita seharusnya ingat bahwa Allah tidak mmeberikan Sabat kepada manusia sebagai hanya satu hari untuk diperingati. Selama periode dua ribu lima ratus tahun kemudian setelah hari itu (hari ketujuh – red), kata "Sabat" tidak pernah lagi disebut-sebut di dalam Kitab Suci!
Kita seharusnya memperhatikan satu perkara lagi. Setelah enam hari pertama, frase "jadilah petang dan jadilah pagi" dimasukkan. Akan tetapi setelah hari ketujuh, Sabat, frase tersebut tidak ada! Setelah Allah bekerja, Dia beristirahat di dalam kecemerlangan yang kekal dari siang yang tidak ada malamnya! Hari istirahat ini adalah lambang dari hari istirahat yang akan datang bagi umat Allah yang disinggung di dalam Ibrani 3 dan 4, ketika para sekerja Allah akan beristirahat untuk selama-lamanya bersama dengan Dia di dalam siang yang tidak ada malamnya. Ketika kita memikirkan hari itu, tidakkah hati kita akan bersukacita?
Sunday, May 23, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment