BAB DUA BELAS
BAGAIMANA CARA MENGALAMI KRISTUS
SEBAGAI HAYAT YANG MENANG
Tanggal: 14 Nopember 1935, malam
Tempat: Chuenchow
Pembacaan Alkitab: Luk. 18:27; 2 Kor. 12:9; Rm. 8:1
Malam ini kita akan melihat bagaimana kita bisa mengalami Kristus sebagai hayat kita. Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak memiliki hayat ini. Saya mengatakan bahwa sebagai tambahan dari memiliki hayat ini, kita bisa mengalami Kristus sebagai hayat kita. Jika kita memiliki Kristus hidup di dalam kita, kita akan memiliki kehidupan yang kudus yang sama seperti Kristus. Dia akan menempuh kehidupan yang kudus di dalam kita. Hanya hayat Kristus yang kudus, dan hanya Dia yang bisa menempuh kehidupan yang kudus. Kita adalah orang-orang berdosa. Hayat kita adalah hayat manusia; ia hanya bisa berdosa dan tidak pernah melakukan kebaikan. Jika hayat kita tidak diganti, ia tidak akan pernah bisa berubah. Malam ini kita akan melihat bagaimana kita bisa mengalami hayat Kristus dan bagaimana kita bisa membiarkan Dia untuk hidup di dalam kita.
Paulus berkata di dalam
MERELAKAN
Melihat Bahwa Kita Tidak Bisa Melakukannya
Apa yang dimaksud dengan merelakan? Supaya seorang Kristen bisa merelakan, dia harus melalui pengalaman-pengalaman tertentu.
Tuhan berpaling kepada murid-murid dan berkata, “Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah" (ay. 24-25). Ketika murid-murid mendengar itu, mereka bertanya kepada Tuhan, "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" (ay. 26). (Kebanyakan orang hari ini mengira bahwa mereka itu kaya. Berapa banyak yang menyadari bahwa mereka itu miskin?) Tuhan mengatakan, "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah" (ay. 27). Mengapa Tuhan mengatakan hal itu? Masalah dari pemuda itu bukan karena dia itu kaya, atau karena dia tidak mau menjual semua hartanya. Masalahnya terletak pada fakta bahwa dia hanya memiliki pandangan terhadap dirinya sendiri. Ketika dia pertama datang kepada Tuhan, dia melihat dirinya sendiri dan mengira bahwa dia bisa melakukannya. Akibatnya, dia memberi tahu Tuhan bahwa dia bisa melakukannya. Kemudian Tuhan memberi dia perintah yang baru, dan dia kembali melihat dirinya dan mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukannya. Dia hanya melihat pada dirinya sendiri. Dia pertama melihat pada apa yang bisa dia lakukan dan kemudian pada apa yang tidak bisa dia lakukan. Dia tidak pernah melihat pekerjaan dan kuasa Allah. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengatakan bahwa hal-hal yang mustahil bagi manusia adalah mungkin bagi Allah. Yang Dia maksudkan adalah bahwa walaupun pemuda itu tidak bisa melakukannya, Allah bisa. Pemuda itu tidak bisa memberikan kekayaannya kepada orang-orang miskin. Namun Allah bisa membuat dia memberikannya kepada orang-orang miskin. Ini bukan perkara mampu dalam diri sendiri, melainkan perkara Allah sebagai Yang Mampu. Pemuda itu tidak melihat hal ini dan oleh karenanya dia pergi dengan sedih.
Tuhan memberi tahu pemuda itu untuk menjual dan membagikan seluruh miliknya kepada orang-orang miskin. Seorang yang kaya raya mungkin akan gelisah ketika dia mendengar perkataan semacam ini dan mungkin berkata, “Saya tidak bisa menjadi orang Kristen lagi. Apa yang harus saya lakukan jika saya menjual seluruh milik saya?” Tujuan Tuhan bukanlah untuk memiliki uang kita atau segala yang kita miliki. Tujuan-Nya adalah untuk membuktikan kepada kita bahwa kita tidak bisa melakukannya. Ananias dan Safira memiliki uang dan tanah. Petrus mengatakan bahwa selama tanah itu tidak dijual, itu tetap kepunyaan mereka. Bahkan setelah dijual, hasilnya itu tetap dalam kuasa mereka (Kis. 5:4). Jika seseorang tidak memiliki pimpinan Roh, dia tidak harus menjual segalanya dan mempersembahkannya. Filemon juga adalah seorang yang kaya raya. Paulus tidak menyuruh dia untuk menjual dan membagikan semua miliknya kepada orang-orang miskin. Tuhan meminta pemuda itu untuk menjual semua miliknya karena dia menyatakan bahwa dia sudah memelihara semua perintah itu. Ketika Tuhan memberi dia perintah untuk menjual semua miliknya dan mengikuti Dia, dia harus mengakui bahwa dia tidak bisa melakukannya.
Demikian juga dengan kita. Kita mungkin tidak sombong, iri, atau keras kepala. Kita mungkin tidak melakukan perzinahan dan mungkin mengasihi dan sabar, dan telah mempraktekkan hal-hal ini selama bertahun-tahun. Kita mungkin merasa bahwa kita sudah hampir berhasil. Begitu kita merasa demikian, Tuhan akan berkata kepada kita, “Masih tinggal satu hal lagi yang kurang padamu.” Satu hal ini bukan mengacu kepada menjual segala milik kita, melainkan kepada satu hal yang tidak bisa kita lakukan. Jika kita mengira bahwa kita mampu, Allah akan menemukan satu hal untuk membuktikan kepada kita bahwa kita tidak bisa melakukannya.
Setiap orang memiliki satu dosa tertentu yang tidak bisa dia kalahkan. Mengapa Tuhan meletakkan hal semacam itu di hadapan kita? Itu adalah untuk membuktikan kepada kita bahwa kita tidak bisa melakukannya, dan bahwa kita ini tidak berdaya, dan bahwa kita sudah meninggikan diri kita terlalu tinggi. Memang benar bahwa kita tidak melakukan perzinahan atau pembunuhan dan bahwa kita mungkin tidak sombong dan iri, namun kita selalu gagal ketika kita mencoba untuk menyingkirkan satu hal tersebut! Kita bisa menyombong bahwa kita tidak seperti orang ini atau orang itu. Namun Tuhan akan mengatakan kepada kita bahwa kita masih kurang satu hal; ada satu hal yang tidak bisa kita kalahkan. Kita masih kurang satu hal. Tuhan membuktikan kepada pemuda itu bahwa dia tidak bisa melakukannya. Hayat yang kekal adalah hayat Kristus. Untuk memperoleh hayat ini, kita harus menyadari bahwa kita sepenuhnya tidak mampu untuk melakukan apa-apa. Begitu kita menyadari hal ini, hayat Allah akan memanifestasikan kuasanya di dalam kita. Jika kita belum dibawa ke titik dimana kita dengan sepenuhnya menyadari ketidak-mampuan kita, kita tidak akan membiarkan hayat Allah untuk diperhidupkan melalui kita.
Yang paling saya takuti adalah seseorang berdosa terlalu sedikit. Orang seperti itu tidak baik dan juga tidak jahat, dan baik Kristus maupun Satan tidak terlalu menyenanginya. Saya senang melihat seseorang yang menemukan dirinya tidak mampu untuk mengalahkan suatu dosa tertentu, tidak peduli berapa keras dia berusaha. Sebagian mungkin melakukan dosa-dosa yang najis, hina, dan tercela. Yang lainnya mungkin melakukan dosa-dosa yang halus. Tidak peduli dosa macam apa itu, itu adalah dosa yang mengikat seseorang. Mungkin hanya satu atau dua dosa, namun seseorang tidak bisa mengalahkan mereka tidak peduli berapa banyak dia berusaha. Ketika hal ini terjadi, ada harapan bagi orang tersebut. Hal yang paling sulit untuk disadari oleh seseorang adalah bahwa dia tidak bisa melakukannya oleh dirinya sendiri. Jika seseorang melihat bahwa dia tidak bisa melakukannya, dia sudah dekat dengan keselamatan. Jika seseorang pada malam ini menyadari bahwa dia tidak bisa melakukannya, dia sudah dekat untuk mengalami hayat yang menang. Jika kita masih tidak menyadari bahwa kita tidak bisa melakukannya atau jika kita hanya memiliki doktrin tentang kemenangan tanpa hayat yang menang, kita harus meminta Allah untuk memberi kita terang dan memperlihatkan kepada kita bahwa kita sama sekali tidak bisa melakukannya.
Tidak Berusaha untuk Bisa Melakukannya
Setelah kita menyadari bahwa kita tidak bisa melakukannya, apa yang seharusnya kita lakukan? Setelah kita menyadari bahwa kita tidak bisa melakukannya, kita tidak boleh berusaha untuk bisa melakukannya. Saya mengenal banyak saudara saudari yang sudah datang kepada saya dan menangis di depan saya dan di hadapan Tuhan mengenai ketidak-mampuan mereka untuk mengalahkan dosa-dosa mereka. Mereka tidak seperti yang lainnya, yang dengan mudah merelakan segala sesuatu. Mereka sangat menyesal atas dosa-dosa mereka. Mereka merasa bahwa mereka tidak bisa berhasil jika mereka tidak mengalahkan dosa mereka. Lebih dari selusin orang telah datang kepada saya dan mengatakan bahwa jika mereka tidak bisa mengalahkan dosa mereka, mereka lebih baik mati. Apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita menyadari bahwa kita tidak bisa mengalahkan dosa kita dan tidak berdaya sepenuhnya? Jika kita menginginkan penyelamatan, hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah jangan berusaha untuk melakukannya. Kita tidak seharusnya berusaha untuk mengubah diri sendiri atau membuat suatu ketetapan hati. Kita tidak seharusnya menghabiskan waktu untuk diri sendiri atau menetapkan pikiran kita untuk melakukan sesuatu. Ini adalah langkah yang paling penting. Banyak orang menyadari bahwa mereka tidak bisa melakukannya oleh diri mereka sendiri. Mereka mengakui bahwa mereka tidak bisa melakukannya, namun mereka masih secara konstan berusaha untuk bisa melakukannya. Mereka masih berjerih dan bergumul untuk menang. Ketika mereka melakukan hal ini, Allah tidak bisa melakukan apa-apa terhadap diri mereka.
Musim panas yang lalu saya menjumpai seorang misionaris Barat yang memiliki satu dosa yang tidak bisa dia kalahkan. Pada saat itu dia tidak menyadari bahwa Kristus adalah kemenangannya, dan dia tidak tahu bahwa Kristus ada di dalam dia untuk hidup bagi dia. Namun dia ingin mengalami hayat ini. Saya bertanya kepadanya, “Apakah Anda menyadari bahwa Anda tidak bisa melakukannya?” Dia menjawab, “Saya sudah tahu sejak lama, namun saya memiliki satu dosa yang terus saya lakukan. Saya benar-benar tidak bisa mengalahkannya.” Saya bertanya, “Apa yang Anda lakukan ketika dosa itu mendatangi Anda?” Dia berkata, “Saya berdoa untuk menolak godaan tersebut, saya berdoa supaya Allah melepaskan saya dari hal itu, atau saya berdoa supaya Allah memberikan kekuatan kepada saya sehingga dosa tersebut tidak akan berkuasa atas diri saya.” Saya mengatakan, “Anda tidak perlu melanjutkan. Saya sudah tahu kelanjutannya. Setelah Anda berdoa dan berdiri, Anda melakukan dosa yang sama lagi. Begitu Anda keluar dari pintu, Anda melakukan hal yang sama. Setiap kali setelah Anda berdoa, dosa Anda datang kembali kepada Anda.” Kemudian saya memberi tahu dia, “Anda telah melakukan kesalahan yang besar. Anda sangat tahu bahwa Anda tidak bisa melakukannya, namun Anda masih berusaha untuk bisa melakukannya dan Anda berjuang untuk melakukannya. Ketika dosa itu mendatangi Anda, Anda masih berusaha untuk melawannya. Karena Anda sudah tahu bahwa Anda tidak bisa melakukannya, mengapa Anda masih berdoa, menolak, dan meminta Allah untuk memberi Anda kekuatan untuk mengalahkan godaan Anda? Anda berdoa sedemikian sebab Anda mengira bahwa Anda masih baik dan bahwa Anda masih bisa melakukan sesuatu.”
Lalu saya memberi tahu dia bahwa jalan untuk dibebaskan adalah pertama-tama harus merelakan. Begitu dia memutuskan untuk tidak lagi berusaha untuk memperbaiki diri, dia akan sudah lebih dekat kepada kemenangan. Dia mengatakan, “Jika saya berdosa ketika saya menolak, bukankah akan lebih mengerikan jika tidak menolak?” Saya mengatakan, “Menolak berarti Anda masih hidup dan bekerja. Ketika hal ini terjadi, Allah tidak bisa melakukan apa-apa. Jika Anda ingin supaya Allah masuk ke dalam Anda, Anda harus pertama-tama merelakan. Anda harus menyadari bahwa kuasa Allah sudah ada di dalam Anda. Dia bisa hidup bagi Anda. Sekarang bukanlah waktunya untuk mempertimbangkan siapakah diri Anda, melainkan siapakah Allah.”
Pada suatu musim panas saya memberitakan injil di desa-desa bersama lebih dari dua puluh orang saudara. Udaranya panas, dan kami tidak bisa mandi di dalam. Oleh karena itu, kami semua pergi ke sungai untuk mandi. Ketika beberapa orang saudara sedang berenang, seorang saudara mengalami keram dan mulai tenggelam. Dia meronta-ronta dan berteriak minta tolong. Salah seorang saudara di antara kami adalah Wang Wei-san, yang sangat pandai berenang. Dia pernah mengabdi di angkatan laut. Saya mendorong dia untuk cepat-cepat terjun ke air untuk menyelamatkan saudara yang tenggelam itu. Namun dia diam saja dan tidak mau bergerak. Saya sangat putus asa dan sedikit marah padanya karena dia begitu mengasihi dirinya sendiri. Ketika saudara yang tenggelam itu hampir kehabisan tenaga dan mulai tenggelam, Saudara Wang terjun ke air dan berenang ke arahnya. Dengan satu tangan mengepit pinggang saudara yang tenggelam itu dan berenang dengan tangan yang satunya lagi, Saudara Wang membawa dia dengan selamat ke tepi sungai. Kemudian saya bertanya kepada Saudara Wang, “Mengapa Anda tidak cepat-cepat menyelamatkan dia? Anda bisa mengurangi penderitaannya dan dia tidak perlu menelan begitu banyak air.” Dia mengatakan, “Jika saya berusaha untuk menyelamatkan dia terlalu cepat, dia akan sedang bergumul demi nyawanya dan akan memegang apapun yang bisa dia pegang, dan kami berdua akan tenggelam.
Kita ini seperti seseorang yang sedang tenggelam. Allah hanya akan menyelamatkan kita setelah kita kehabisan tenaga kita. Namun masalahnya adalah manusia seringkali berusaha untuk bisa melakukannya ketika mereka dengan jelas mengenal bahwa mereka tidak bisa melakukannya. Kita berdoa, membuat ketetapan hati, dan bergumul. Itu membuat mustahil bagi Allah untuk menyelamatkan kita. Kita harus seperti orang yang tenggelam yang sudah kehabisan seluruh kekuatannya untuk bergumul dan berjuang; kemudian Allah akan menyelamatkan kita. Jika kita masih meronta-ronta dengan tangan dan kaki kita dan masih menetapkan pikiran kita dan bergumul, itu berarti kita masih berusaha untuk bisa melakukannya dan belum kehabisan kekuatan kita. Allah akan menunggu dan tidak akan melakukan apa-apa. Dia akan menunggu sampai kita berhenti berusaha untuk menyelamatkan diri kita sendiri, dan kemudian Dia akan melangkah untuk menyelamatkan kita. Oleh karena itu, kita tidak saja harus jelas bahwa kita tidak bisa melakukannya, namun kita juga harus berhenti untuk berusaha bisa melakukannya. Satan senang melihat kita maju untuk berperang melawan dia. Begitu kita maju, dia menang. Tipuannya adalah dengan membujuk kita supaya bergerak. Begitu kita bergerak, dia menang. Allah harus menunggu sampai kita menurunkan kedua tangan kita dan sepenuhnya menyerah. Hanya pada saat itulah kita akan menang. Inilah makna dari merelakan. Merelakan adalah melepaskan semua kemampuan kita dan menyisihkan hayat kita sendiri sepenuhnya. Melalui mengakui bahwa kita tidak bisa melakukannya dan melalui mengatakan bahwa kita tidak memiliki maksud untuk berusaha untuk bisa melakukannya, kita akan menang.
Bermegah atas Kelemahan Sendiri
Banyak orang akrab dengan bagian depan dari 2 Korintus 12:9, namun mereka melupakan bagian belakang dari ayat ini. Hari ini kita akan memberi perhatian yang khusus pada bagian belakang dari ayat ini. Paulus mengatakan bahwa dia terlebih suka bermegah atas kelemahannya supaya kuasa Kristus turun menaunginya. Kelemahan menandakan bahwa seseorang itu sangat rentan. Ketika Paulus sedang lemah, apa yang dia lakukan? Apakah dia menangis? Tidak, dia bermegah. Dia bermegah bahwa kelemahan bagi dia merupakan suatu kasih karunia dan kemuliaan. Dia bermegah dan dimuliakan dalam kelemahannya. Dia mengatakan, “Aku memang lemah. Tapi aku bersyukur dan memuji Tuhan.” Inilah sikap Paulus. Inilah kemegahan dan kemuliaannya. “Mungkin aku lemah, tapi aku bersyukur dan memuji Dia. Aku tidak bisa mengalahkan godaan-godaan, namun aku bersyukur pada Allah dalam segala hal.” Sudahkah kita bersyukur kepada Allah seperti ini? Sudahkah kita mengucapkan syukur dalam segala sesuatu? Kita seharusnya datang kepada Tuhan dan berkata, “Aku bersyukur pada-Mu bahwa aku tidak bisa membuang pikiran-pikiran kotor, kesombongan, kecemburuan, dan amarahku. Allah, aku tidak bermaksud untuk membuang pikiran-pikiran kotor, kesombongan, kecemburuan, dan amarahku. Aku tidak bisa melakukan apa pun, dan aku tidak bermaksud untuk melakukan apa pun. Aku bersyukur dan memuji-Mu bahwa aku tidak bisa melakukannya. Aku ini lemah, dan aku bermegah atas kelemahanku.”
Tahun lalu saya berjumpa dengan seorang saudara yang dahulu adalah seorang Jendral di Pasukan Sukarela
Dia adalah seorang yang tegap dan tinggi, khas orang Cina bagian utara. Namun dia mulai menangis di hadapan saya dan berkata, “Saya memiliki satu dosa yang belum bisa saya kalahkan untuk sejangka waktu yang lama. Ketika saya masih berada di ketentaraan, orang lain menghisap ganja, tapi saya lebih memilih untuk menghisap rokok saja. Kadang-kadang saya merokok lebih dari dua puluh batang dalam satu hari. Kemudian, saya menjadi seorang Kristen dan menikahi istri saya yang sekarang. Saya sangat damba untuk berhenti merokok. Saya sudah mencobanya berkali-kali namun terus menerus gagal. Saya berhenti dan merokok, berhenti dan merokok, terus menerus. Saya sangat terganggu oleh hal ini. Keadaannya semakin buruk ketika saya pindah ke
Sementara dia berbicara, saya memandang dia dan tertawa. Saya mengatakan, “Saya sangat gembira berjumpa dengan orang-orang seperti Anda.” Dia berkata, “Tn Nee, tolong jangan mengolok-ngolok saya. Saya sedang putus asa, dan Anda malah tertawa.” Saya mengatakan, “Tidak penting jika Anda merokok, dan tidak penting jika Anda tidak bisa berhenti. Yang perlu Anda lakukan adalah satu hal.” Dia mengatakan, “Apa itu?” Saya mengatakan, “Misalnya saya datang ke rumah sakit Anda hari ini untuk menjadi pasien dan menandatangani kontrak dengan Anda untuk tinggal di rumah sakit untuk selamanya. Apa yang akan Anda katakan?” Dia berkata, “Jika Anda tidak sakit, rumah sakit tidak bisa menerima Anda.” Saya kemudian bertanya, “Orang macam apa yang Anda terima?” Dia menjawab, “Hanya mereka yang sakit.” Saya berkata, “Benar. Sekarang Anda seharusnya datang kepada Tuhan dan berkata, ‘Tuhan, aku bersyukur dan memuji-Mu sebab aku merokok. Aku bersyukur dan memuji-Mu sebab aku tidak bisa berhenti merokok. Aku bisa berhenti selama
Kemudian saya memperlihatkan 2 Korintus 12:9 kepadanya dan memberi tahu dia bagaimana Paulus lebih suka bermegah atas kelemahannya supaya kuasa Kristus turun menaunginya. Saya mengatakan, “Anda menangisi kelemahan Anda, namun Paulus bermegah atas kelemahannya. Betapa berbedanya! Anda harus bermegah atas kelemahan Anda. Anda harus mengatakan kepada Tuhan, ‘Aku telah berdosa, dan aku tidak bisa mengalahkan dosaku. Aku tidak bisa berhenti merokok dengan diriku sendiri, dan aku tidak lagi berketetapan untuk berhenti merokok. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu.’” Setelah itu kami berdua berlutut untuk berdoa. Dia berdoa kepada Tuhan, “Aku adalah seorang berdosa, dan aku tidak bisa mengalahkan dosaku. Aku tidak akan berusaha untuk bisa melakukannya, dan aku bahkan tidak akan lagi berpikir bahwa aku bisa. Aku menyerahkan hal ini kepada-Mu. Semoga kuasa-Mu termanifestasi di dalamku. Tuhan, aku bersyukur pada-Mu. Aku tidak bisa melakukannya, namun Engkau bisa.”
Setelah dia mengucapkan doa tersebut, dia tidak mengatakan apa-apa lagi, melainkan mengambil topinya dan bersiap untuk pergi. Saya memanggil dia dan bertanya, “Apakah Anda akan merokok setelah Anda pulang?” Dia berkata, “Dengan diri saya sendiri, saya akan merokok dan saya tidak bisa berhenti. Namun Allah akan menghentikannya bagi saya. Jika saya berhenti, Tuhanlah yang menghentikannya bagi saya.” Setelah dia pulang, saya merasa kuatir bagi dia dan bertanya-tanya apakah dia sudah benar-benar dimerdekakan. Setelah dua hari saya tidak mendengar berita apa pun dari dia. Setiap hari dia berdiri setelah sidang dan langsung pergi. Saya mengutus orang untuk menanyakan kondisinya, namun tidak menerima jawaban apa pun. Suatu kali setelah membawakan berita, saya melihat dia dan bertanya kepadanya, “Apakah Anda masih merokok?” Dia menjawab, “Tidak! Tapi saya berdebat dengan istri saya sepanjang hari.” Saya berpikir, “Satu dosa hilang dan dosa lainnya muncul!” Dia melanjutkan, “Saya berdebat dengan istri saya dan memberi tahu dia bahwa saya sudah berusaha untuk berhenti merokok tapi gagal dan bahwa dia sudah merecoki saya selama dua tahun tanpa hasil, tapi kali ini Allah berhasil melakukannya bagi saya. Saya berhenti begitu saja.” Saya mengatakan, “Kalau itu yang kalian perdebatkan, tidak apa-apa.” Saya tinggal di
Saudara saudari, Anda harus menyadari bahwa Anda tidak bisa melakukannya, dan Anda tidak boleh berusaha untuk bisa melakukannya. Lebih jauh lagi, Anda harus bermegah atas fakta bahwa Anda tidak bisa melakukannya. Jika Anda melakukan hal ini, tidak ada yang bisa menghentikan kuasa Allah untuk dimanifestasikan di dalam Anda. Jika Anda bergerak, Anda akan mengganggu kuasa Allah. Jangan berusaha untuk bisa melakukannya. Biarkan godaan datang dan pergi. Tidak perlu melawan godaan. (Tentu saja, melawan Satan adalah hal yang berbeda yang berhubungan dengan peperangan rohani.) Tidak perlu bagi Anda untuk kuatir tentang apa pun. Anda hanya perlu berkata, “Terima kasih Tuhan, aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa menang.” Banyak orang senang membubuhkan gelar mereka pada kartu nama mereka. Kita seharusnya menuliskan pada kartu nama kita, “Spesialis Melakukan Dosa.” Kita adalah ahli-ahli dalam melakukan dosa. Kita tidak bisa melakukan apa pun selain melakukan dosa. Kita harus berkata kepada Tuhan, “Aku hanya bisa berbuat dosa. Aku ini lemah dan tidak bisa melakukan apa pun. Engkaulah Satu-satunya yang bisa melakukannya. Jadilah Yang Bisa melakukannya bagi saya. Aku bersyukur pada-Mu bahwa aku tidak memiliki jalan untuk menolong diri saya sendiri. Engkau ada jalan. Aku tidak berdaya, namun Engkau memiliki kuasa untuk melawan bagiku.” Jika kita berdiri di atas dasar ini, kita akan menang setiap waktu.
Saya bisa memberi kesaksian mengenai diri saya sendiri. Pada suatu saat saya mudah marah. Dua orang teman sekolah saya bisa bersaksi mengenai hal ini. Bertahun-tahun yang lalu ketika saya berada di
PERCAYA
Untuk menerima dan mengalami hayat yang menang, ada empat langkah yang harus kita tempuh. Pertama, kita harus melihat bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kedua, kita harus berhenti untuk berusaha untuk melakukan apa pun. Ketiga, kita harus bermegah atas kelemahan-kelemahan kita. Keempat, kita harus percaya bahwa Allah mampu, yaitu, kita harus percaya bahwa Allah bisa melakukannya bagi kita. Selama kita bertindak berdasarkan keempat langkah ini, tidak ada godaan yang bisa menghalangi kita. Saya mengelompokkan tigal langkah yang pertama di bawah judul “Merelakan”. Langkah yang terakhir adalah Percaya.
Pernahkah Anda datang kepada Allah secara pasti dan berkata kepada-Nya, “Aku tahu bahwa aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa mengubah diriku sendiri dan mustahil bagiku untuk berubah. Aku tidak lagi bermaksud untuk berubah. Aku menyerahkan segalanya kepada tangan-Mu”? Begitu Anda menyerahkan segalanya ke dalam tangan Tuhan dan merelakannya, Anda baru mengambil langkah yang pertama menuju kemenangan. Langkah berikutnya adalah percaya. Merelakan itu pasif, sedangkan percaya itu aktif. Sebagai tambahan dari merelakan, Anda masih harus percaya bahwa Allah itu mampu, bahwa Dia bisa menang bagi Anda.
Pernah sekali saya berjumpa dengan seorang misionaris Barat yang sering makan pagi bersama dengan kami ketika kami sedang mengadakan sidang-sidang. Dia mendengar pengajaran mengenai kehidupan yang menang, namun dia masih belum memahaminya. Saya bertanya kepadanya, “Orang lain sudah menang dalam waktu yang singkat. Mengapa Anda masih belum menang setelah dua minggu? Apakah Anda sudah merelakan?” Dia menjawab, “Ya, saya sudah. Saya tahu bahwa saya tidak bisa melakukannya, namun saya masih belum menang.” Saya berkata, “Jika Anda sudah merelakan, Anda seharusnya sudah mengalaminya. Apakah Anda telah menyinggung seseorang?” Dia mengatakan, “Saya tidak berani mengatakan bahwa saya bisa mengalahkan setiap dosa. Saya tidak berani mengatakan bahwa saya akan menang jika saya melakukan ini atau itu.” Saya mengatakan, “Anda sangat mengenal dosa, namun Anda kurang mengenal Tuhan.” Saya membuka Alkitab dan memperlihatkan kepadanya di dalam Roma bahwa kita akan menghasilkan buah kepada pengudusan jika kita mempersembahkan diri kita kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati tetapi sekarang hidup (Rm. 6:13). Apakah konsikrasi? Konsikrasi adalah menyajikan diri kita kepada Allah. Ini adalah mempersembahkan diri kita kepada Allah dan membiarkan Allah untuk melakukan apa pun yang ingin Dia lakukan. Allah berkata, “Engkau hanya layak untuk mati. Aku sudah menyalibkanmu di salib. Engkau tidak perlu melakukan apa-apa. Yang harus engkau lakukan hanyalah menyerahkan dirimu kepada-Ku. Aku bisa membuatmu menghasilkan buah..”
Dia memberi tahu saya bahwa dia tidak berani untuk mengatakannya. Wajah saya langsung tegang. Saya berdiri di hadapannya dan menunjuk ke arahnya, dan berkata, “Tahukah Anda perkataan siapakah yang Anda ragukan? Allah mengatakan bahwa jika Anda menyerahkan diri Anda kepada-Nya dan mengkonsikrasikan diri Anda kepada Dia, Dia akan membuat Anda menjadi kudus. Namun walaupun Anda sudah mengkonsikrasikan diri Anda, mengakui bahwa Anda tidak mampu untuk melakukan apa-apa, dan sudah mempersembahkan segalanya kepada Allah, Anda mengatakan bahwa Allah belum melaksanakan bagian-Nya. Ayat ini mengatakan bahwa manusia memiliki bagiannya dan Allah memiliki bagian-Nya. Jika manusia sudah melaksanakan bagiannya, Allah akan melaksanakan bagian-Nya. Tapi walaupun Anda mengatakan bahwa Anda sudah merelakan dan melaksanakan apa yang seharusnya Anda lakukan, Anda mengatakan bahwa Allah belum memberikan kemenangan kepada Anda. Tahukah Anda apa arti dari perkataan Anda itu? Anda sedang mengatakan bahwa Allah sudah membuat sebuah kontrak dengan Anda dan bahwa Anda sudah melaksanakan bagian Anda, tapi Allah belum melaksanakan bagian-Nya. Anda sedang mengatakan bahwa Allah tidak jujur, dan bahwa Dia tidak setia.” Dia mengatakan, “Mana berani saya berkata demikian!” Saya mengatakan, “Jika itu bukan yang Anda maksudkan, maka Anda harus mengatakan, ‘Allah, aku sudah menyerahkan diriku ke dalam tangan-Mu. Aku tahu bahwa aku pasti akan menang sebab aku sudah melaksanakan bagianku, dan Engkau pasti akan melaksanakan bagian-Mu. Anda pasti akan membuatku menang sebab aku sudah menyerahkan diriku pada-mu.’” Setelah seseorang merelakan, dia harus bersaksi, dan berkata, “Syukur pada Tuhan. Aku percaya bahwa Dia telah melaksanakan apa yang telah kuserahkan pada-Nya.” Allah akan bekerja di dalam Anda hanya sampai taraf dimana Anda menyerahkan diri Anda kepada-Nya. Begitu Anda percaya, perkara itu dioper ke dalam tangan Kristus, dan Dia akan mengambil alih.
Seorang Kristen sedang naik sepeda di pedesaan yang terpencil. Dia mencapai suatu lapang kosong yang terbuka, dimana di
Teman-teman, begitu hayat kita habis, hayat Allah akan beroperasi. Begitu kita merelakan, Allah akan mengambil alih, dan hayat-Nya akan diperhidupkan melalui diri kita. Kapankala kita berhenti memperhidupkan hayat kita sendiri, hayat Allah akan diperhidupkan dari diri kita. Begitu kita menyisihkan diri kita, hayat Allah akan diperhidupkan dari diri kita. Jika kita ingin mengalami Kristus sebagai hayat kita yang menang, hal pertama yang harus kita lakukan adalah merelakan dan melihat bahwa kita tidak bisa melakukannya, berhenti berusaha, dan bermegah atas kelemahan kita. Setelah kita merelakan sepenuhnya, kita harus percaya bahwa Allah mampu untuk membuat Kristus menjadi hayat kita yang menang, dan bahwa Dia bisa memanifestasikan hayat dan kuasa Kristus melalui diri kita.