Sunday, September 5, 2010

Watchman Nee, Vol 41-15

BAB TIGA BELAS

 

HUBUNGAN KAUM BERIMAN DENGAN KRISTUS

 

Tanggal: 15 Nopember 1935, malam

Tempat: Chuenchow

 

KASIH KARUNIA YANG MULIA DI DALAM PERJANJIAN BARU

 

            Di dalam Perjanjian Lama, Adam diperintahkan oleh Allah untuk mentaati firman-Nya setelah dia diciptakan. Jika saja Adam mentaati Allah, dia akan memuaskan Allah. Di zaman Musa, Allah menetapkan hukum Taurat dan Dia menghendaki bangsa Israel untuk memelihara hukum tersebut. Allah mengatakan bahwa barangsiapa memeliharanya, akan hidup. Allah memberikan banyak perintah dan hukum untuk dipelihara manusia. Di dalam Perjanjian Lama, Allah memberikan perintah-perintah dan manusia harus memeliharanya. Allah adalah Satu-satunya yang memberikan hukum, dan manusia adalah satu-satunya yang mentaati hukum itu. Walaupun Allah masih memiliki perintah-perintah-Nya kepada manusia di dalam Perjanjian Baru, mereka bukan untuk dipelihara oleh manusia melainkan oleh Allah sendiri. Perjanjian Lama adalah perkara Allah menuntut dan manusia memenuhi tuntutan tersebut, sedangkan Perjanjian Baru adalah perkara Allah menuntut dan kemudian memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Di dalam Perjanjian Baru, manusia sama sekali tidak memikul tanggung jawab. Saudara saudari, apakah Anda mengira bahwa saya membuat kesalahan? Tidak, ini adalah kasih karunia yang mulia dari Perjanjian Baru.

 

KRISTUS MENJAWAB TUNTUTAN ALLAH

 

            Ada yang mengatakan bahwa tanggung jawab yang diberikan kepada manusia di dalam Matius 5 lebih besar daripada tanggung jawab yang diberikan kepada manusia di dalam Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama, “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum” (ay. 21), namun di dalam Perjanjian Baru, Tuhan berkata, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum” (ay. 22). Perjanjian Lama mengatakan, “Jangan berzina” (ay. 27), namun di dalam Perjanjian Baru, Tuhan berkata, “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya” (ay. 28). Ini berarti pemikiran di dalam hati pun dilarang. Ini mungkin kedengarannya seperti suatu tuntutan yang lebih tinggi dibanding Perjanjian Lama dan bahwa beban kita lebih berat. Namun kita tidak perlu memikul tanggung jawab kita sendiri sebab Tuhan Yesus mengatakan, “Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan" (11:30). Ini berarti kita tidak perlu memikul tanggung jawab apa pun oleh diri kita sendiri; kita bisa merelakan dan Tuhan akan memikul tanggung jawab tersebut. Allah sedang menggenapkan tuntutan-Nya melalui Kristus yang hidup di dalam kita. Dua Korintus 4:7 mengatakan, “Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” Segala sesuatu yang berasal dari Kristus adalah milik kita. Kasih, kemurnian, kesabaran, kelembutan, dan semua kebajikan-Nya adalah milik kita. Kita tidak memiliki hubungan yang langsung dengan kelembutan. Pertama kita memiliki Kristus yang berhuni, kemudian kita memiliki kelembutan, kasih, kemurnian, dan kesabaran, dll. Hubungan kita pertama-tama dan secara langsung dengan Kristus.

 

HUBUNGAN KAUM BERIMAN DENGAN KRISTUS

 

            Alkitab memperlihatkan lima hubungan yang kita miliki dengan Kristus. Yang pertama adalah hubungan antara pohon anggur dan ranting-rantingnya (Yoh. 15:1-8). Yang kedua adalah hubungan antara Kepala dan anggota-anggotanya (1 Kor. 12:27). Yang ketiga adalah hubungan yang dilambangkan oleh daging Kristus yang menjadi makanan kita, yaitu, sebagai roti hayat kita (Yoh. 6:35, 51-56). Yang keempat adalah hubungan antara mempelai perempuan dengan Mempelai Laki-laki (Yoh. 3:29a; Ef. 5:22-33). Yang kelima adalah hubungan antara Bapa dari yatim piatu dan orang-orang yang yatim piatu (Yoh. 14:18).

 

Pohon Anggur dan Ranting-ranting

 

            Yohanes 15:5 mengatakan, “Akulah pohon anggur dan kamu adalah ranting-rantingnya.” Kata “adalah” di dalam ayat ini sangat berharga. Ini berbicara mengenai sebuah fakta. Kita tidak perlu meminta untuk menjadi ranting; kita adalah ranting-ranting. Kita seringkali melihat kepada diri kita sendiri dan tidak menemukan buah, dan kita ragu-ragu untuk mengatakan bahwa kita adalah ranting-ranting. Akan tetapi, Allah mengatakan, “Kamu adalah ranting-rantingnya.” Kita adalah ranting-ranting. Jika Allah mengatakan bahwa kita adalah ranting-ranting, maka kita adalah ranting-ranting.

            Selama sejangka waktu di dalam hidupnya, Tn Hudson Taylor mengalami kegagalan yang konstan. Dia secara konstan mengalami kelemahan. Dia menulis kepada saudarinya bahwa dia sedang mengalami banyak kegalauan di dalam pikirannya. Dia merasa bahwa dia kekurangan kekudusan, hayat, dan tenaga. Dia mengira bahwa segalanya akan beres jika dia bisa secara terus menerus tinggal di dalam Kristus. Selama beberapa bulan dia berdoa, bergumul, berpuasa, membuat ketetapan hati, membaca Firman, dan menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan Tuhan, namun tidak ada yang berhasil. Dia berharap untuk tinggal di dalam Kristus setiap waktu, namun kelihatannya dia hanya bisa melakukannya sebentar saja. Dia merasa bahwa dia telah terlepas dari Kristus. Dia mengira bahwa segalanya akan beres selama dia tinggal di dalam Kristus, namun dia tidak bisa tinggal di dalam Dia secara terus menerus. Di dalam buku hariannya, dia mencatat sebuah cerita. Pada suatu hari dia sedang berdoa dan mempertimbangkan bagaimana dia akan memiliki tenaga untuk mengalahkan dosa-dosanya kalau saja dia bisa tinggal di dalam Kristus dan menerima perawatan dan suplaian dari-Nya. Dia berulang kali berdoa dan pergi kepada Firman. Ketika dia sampai pada Yohanes 15:5 yang mengatakan, “Akulah pohon anggur dan kamu adalah ranting-rantingnya,” dia mendadak mengumandangkan, “Aku pastilah orang yang paling bodoh di seluruh bumi ini! Selama ini aku telah berdoa supaya menjadi sebuah ranting, untuk tinggal di dalam Kristus. Tapi Tuhan mengatakan, ‘Engkau adalah ranting, dan engkau sudah ada di dalam-Ku.’”

            Tn Taylor bersaksi, katanya, “Sejak hari saya memahami kebenaran ini, saya menjadi seorang Hudson Taylor yang baru.” Sejak saat itu, dia menyadari bahwa ranting-ranting dari pohon anggur tidak memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan buah; pohon anggur itulah yang memikul tanggung jawab ini. Tuhan adalah pohon anggur dan juga adalah ranting-ranting, daun-daun, akar, buah, dan bahkan matahari dan tanahnya. Dia adalah segala sesuatu bagi pohon anggur itu. Bapa adalah Penggarapnya, dan pohon anggur menghasilkan buah melalui ranting-rantingnya. Kita tidak perlu bergumul untuk menjadi ranting-ranting, dan kita tidak perlu memaksa diri kita untuk menghasilkan buah. Yang harus kita lakukan adalah tinggal di dalam posisi kita sebagai ranting-ranting.

 

Kepala dan Anggota-anggota

 

            Hubungan kita yang kedua dengan Tuhan adalah hubungan di antara Kepala dan tubuh. Kristus adalah Kepala, dan kita adalah anggota-anggota dari Tubuh-Nya. Jari-jari secara organik diikatkan kepada tubuh dan tidak perlu memikul tanggung jawab sendirian. Kepala akan menyuplai segala keperluan mereka. Mereka yang terluka dan telah kehilangan banyak darah memerlukan transfusi darah. Akan tetapi, biasanya, seseorang tidak memerlukan transfusi darah sebab dia memiliki kemampuan di dalam dirinya untuk menghasilkan darah. Kepala dari tubuh menyuplai keperluan dari seluruh tubuh. Demikian juga, Kristus adalah Kepala dan kita adalah anggota-anggota dari Tubuh-Nya. Dia bertanggung jawab untuk memenuhi segala keperluan dari anggota-anggota-Nya.

 

Tuhan sebagai Roti Hayat Kita

 

            Hubungan lainnya yang kita miliki dengan Tuhan berhubungan dengan diri-Nya sebagai roti hayat kita. Dia di sini adalah untuk kita makan, dan Dia di sini untuk menjadi hayat kita. Di dalam Yohanes 6 Tuhan mengatakan, “Akulah roti kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi….Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu….Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (ay. 35, 53, 56). Tuhan turun dari surga untuk menjadi roti kita, memenuhi keperluan kita, memuaskan kita, dan memberi kita kekuatan untuk hidup di bumi ini. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Dia dan Dia hidup oleh Bapa, demikian juga siapa saja yang memakan Dia, akan hidup oleh Dia (ay. 57).

 

Mempelai Laki-laki dan Mempelai Perempuan

 

            Efesus 5 mengatakan bahwa Kristus adalah Suami dan gereja adalah mempelai perempuan. Ini berbicara mengenai hubungan yang lainnya yang kita miliki dengan Tuhan. Segala sesuatu yang dimiliki mempelai perempuan bisa ditemukan di dalam mempelai laki-laki. Setelah mempelai perempuan menikahi mempelai laki-laki, segala milik mempelai laki-laki menjadi milik mempelai perempuan. Seorang gadis mungkin memiliki utang sebelum pernikahannya. Namun setelah dia menikah, mempelai laki-laki akan mengambil alih semua utang dari mempelai perempuan. Sebagai tambahan, segala yang dimiliki mempelai laki-laki akan menjadi milik mempelai perempuan. Tuhan kita adalah Tuhan atas segala sesuatu. Segala sesuatu adalah milik Dia. Kita mungkin tadinya adalah seorang gadis yang miskin, namun sekarang kita sudah menikah dengan Kristus. Begitu kita menjadi milik Kristus, segala sesuatu menjadi milik kita (1 Kor. 3:21).

 

Bapa dari Yatim Piatu dan Orang-orang yang Yatim Piatu

 

            Seorang yatim piatu tidak memiliki ayah ataupun ibu. Dia harus menyediakan segala keperluannya sendiri. Dia harus mengurus makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perjalanannya sendiri. Tuhan mengatakan bahwa Dia tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Hari ini Dia telah menjadi Bapa kita. Dia bukan hanya menolong kita melalui berdiri di samping kita; Dia berhuni di dalam kita untuk menjadi Bapa bagi kita. Dia sedang menyuplaikan segala keperluan kita (cf. Mat. 10:19-20).

 

PERCAYA PADA FAKTA-FAKTA ALLAH

 

            Kelima hubungan di antara kaum beriman dan Tuhan di atas adalah fakta-fakta rohani, dan mereka tercatat di dalam Firman Allah. Kita tidak perlu melakukan terlalu banyak hal. Yang perlu kita lakukan hanyalah percaya dan menerima, dan fakta-fakta tersebut akan menjadi pengalaman kita. Kita mempercayai Firman Allah, yang mengatakan bahwa kita adalah ranting-ranting dari pohon anggur, bahwa kita adalah anggota-anggota dari Tubuh Kristus, bahwa Tuhan adalah roti hayat kita, bahwa kita telah dipernikahkan kepada Kristus, dan bahwa Kristus adalah Bapa bagi kita orang-orang yang yatim piatu. Ketika kita mempercayai fakta-fakta ini, kita akan masuk ke dalam kenikmatan akan persediaan Tuhan yang penuh.

            Pernah seorang saudara datang kepada saya dan bertanya, “Bagaimana caranya supaya saya bisa menang?” Saya mengatakan, “Pertama, Anda harus merelakan. Kedua, Anda harus percaya. Merelakan adalah membuang pergumulan Anda, dan percaya adalah menerima fakta-fakta yang telah Allah genapkan dalam Kristus.” Dia memberi tahu saya bahwa dia sudah merelakan dan percaya, namun masih belum mengalami kemenangan. Saya memberi tahu dia, “Saudara, apa yang akan Anda lakukan jika Anda membeli tanah saya dan sudah menandatangani surat kontraknya, tapi kemudia ada seseorang datang dan membangun sebuah gubuk kecil di atas tanah tersebut, menyatakan bahwa dia tidak akan pindah sebab itu adalah tanah miliknya? Yang perlu Anda lakukan hanyalah memperlihatkan Sertifikat Tanah-nya dan membuktikan bahwa Andalah yang membeli tanah tersebut. Apakah Sertifikat Tanah yang salah atau orang itu yang salah. Apakah Anda akan percaya pada kekalahan Anda, atau Anda akan percaya pada Firman Allah?” Firman Allah adalah sebuah fakta; itu adalah surat kontrak kita dengan Allah. Kita harus mempercayai apa yang dikatakan Firman Allah dan mengabaikan gangguan yang diletakkan iblis di dalam pikiran kita.

            Kita sering mengatakan bahwa kita sudah merelakan. Sebenarnya, kita belum benar-benar merelakan. Ini adalah seperti dua orang sahabat, yang satu berjuang untuk memberikan uang kepada sahabatnya dan sahabatnya itu berjuang untuk menolaknya. Keduanya berjuang tarik-ulur dengan uang tersebut. Akhirnya, yang satu meletakkan uangnya di lantai dan kemudian pergi. Sahabatnya tentunya akan mengambil uang tersebut. Akan tetapi pengalaman kita adalah seperti seseorang yang meletakkan uang tersebut di lantai dan kemudian merasa gelisah, setiap beberapa langkah memalingkan kepalanya untuk memeriksa uang tersebut. Jika seseorang melakukan hal ini, sahabatnya tentu tidak akan mengambil uang itu. Hanya ketika kita sudah benar-benar merelakan diri kita sendiri, barulah Allah akan mengambil kita.

            Di Chefoo, Ny Witness Lee pernah datang dan berkata kepada saya, “Saya sudah menyerah dan saya dengan sepenuhnya percaya bahwa Tuhan adalah kemenangan saya. Saya sudah benar-benar tembus dalam perkara menang. Namun kemenangan saya hanya sebentar. Setelah satu minggu, saya kalah lagi. Apa yang terjadi dengan diri saya?” Saya bertanya, “Apakah Kristus berubah?” Dia menjawab, “Tidak.” Saya berkata, “Apakah Firman Allah berubah?” Kembali dia menjawab, “Tidak.” Lalu saya berkata, “Misalnya anak Anda pada suatu hari sedang bermain di jalanan dan seseorang mendekati dia dan berkata kepadanya, ‘Kamu bukan dilahirkan dari ibumu. Kamu itu dibeli.’ Anak Anda mungkin datang sambil menangis dan bertanya apakah dia itu memang dibeli. Tentu saja, Anda akan berkata kepadanya, “Kamu dilahirkan oleh saya. Jangan mendengar orang-orang yang tidak dikenal yang membohongimu.’ Setelah mendengar hal ini, mungkin dia akan merasa lega dan keluar lagi untuk bermain. Lalu orang yang sama mungkin datang lagi, mengatakan hal yang sama kepadanya, dan menambahkan bahwa orang lain juga mengatakan hal yang sama. Anak Anda mungkin akan kembali datang kepada Anda sambil menangis. Lalu apa yang akan Anda katakan kepadanya? Anda tentunya akan mengatakan, ‘Nak, apakah kamu akan percaya kepada perkataan orang yang tidak dikenal, atau apakah kamu akan percaya pada perkataan ibumu? Perkataan siapakah yang lebih bisa dipercaya?’ Hari ini kita bertindak seperti itu. Kita lebih percaya pada perkataan Satan yang kelihatannya didukung dengan segala macam bukti, dibandingkan Firman Allah. Setiap kali Satan datang untuk merepotkan kita, kita seharusnya mendeklarasikan ‘Perkataan Satan adalah dusta, dan hanya Firman Allah yang riil.’” Inilah iman. Iman semacam ini sudah melewati ujian; iman semacam ini memuliakan nama Allah.

            Ada seorang penginjil Anglikan. Pada suatu hari putrinya meninggal. Setelah dia pulang dari upacara pemakaman, dia mempertimbangkan apa yang seharusnya dia katakan keesokan harinya, yang adalah Hari Tuhan. Dia memilih subyek untuk kotbahnya dari 2 Korintus 12:9, yang mengatakan, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu.” Dia berlutut dan berdoa supaya Allah memberikati beritanya. Sambil berdoa, dia bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah kasih karunia Allah memang cukup? Jika kasih karunia Allah tidak cukup buat saya, bagaimana saya bisa memberi tahu orang lain bahwa kasih karunia Allah cukup bagi mereka? Putri saya baru saja meninggal, dan saya masih berduka dan belum bisa menerimanya. Ini berarti kasih karunia Allah tidak cukup bagi saya. Saya tidak bisa berbohong.” Dia berpikir untuk mengganti subyek beritanya, namun tidak ada waktu untuk mempersiapkan yang baru. Dia hanya bisa berdoa, katanya, “Allah, aku ingin mengalami kasih karunia-Mu yang mencukupi; semoga kasih karunia-Mu menjadi cukup bagiku.” Dia berdoa untuk sejangka waktu yang lama, tapi kelihatannya tidak ada pengaruhnya bagi dia. Pada saat itu, dia memandang ke atas dan melihat ayat yang ada di atas perapian. Ayat tersebut ditinggalkan di sana oleh ibunya saat dia akan pergi ke upacara pemakaman. Itu adalah 2 Korintus 12:9: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu.” Kata-kata “Ku” dan “mu” dicetak dengan warna biru, dan kata “Cukuplah” dicetak dengan warna merah, sedangkan yang lainnya dicetak dengan warna hitam. Mendadak, terang meliputinya. Dia berkata, “Tuhan mengatakan bahwa kasih karunia-Nya cukup bagi saya, namun saya masih berdoa supaya kasih karunia-Nya menjadi cukup bagi saya.” Dia mengakui dosa-dosanya dan, pada saat yang sama, bersyukur dan memuji Tuhan atas kasih karunia-Nya yang mencukupi. Dia dipenuhi dengan sukacita dan ucapan syukur. Keesokan harinya  ketika dia berada di mimbar, dia memberikan kotbah yang terbaik dalam hidupnya. Ada yang menanyakan rahasianya, dan dia menjawab bahwa setelah pemakaman putrinya, dia telah melihat apa itu iman. Iman itu bukan meminta Allah untuk menggenapkan janjinya. Iman adalah bersyukur dan memuji Allah atas apa yang telah Dia katakan.

            Pernah seorang saudara berbicara mengenai pengalaman yang menang. Setelah dia berbicara, dia bertanya apakah ada pertanyaan. Dia melihat bahwa ada seorang saudari yang menangis secara sembunyi-sembunyi. Seorang saudari tua lainnya berdiri dan berkata, “Saya sudah berdoa selama bertahun-tahun untuk kemenangan ini, tapi saya masih belum menang. Apa yang salah dengan diri saya?” Saudara itu menjawab, “Tidak ada yang salah dengan diri Anda. Satu-satunya masalah adalah Anda terlalu banyak berdoa. Jika Anda mau mengubah doa-doa Anda menjadi puji-pujian, segalanya akan beres.” Segera setelah dia mengatakan hal itu, seorang saudara lainnya berdiri dan berkata, “Saya sudah berdoa untuk kemenangan ini selama sebelas tahun, tapi masih belum bisa menang. Pertanyaan saudari tadi dan jawaban Anda baru saja mendatangkan kemenangan kepada saya.” Penginjil itu kemudian berpaling kepada saudari muda tadi dan menanyakan perasaannya. Dia menjawab bahwa dia juga terjamah oleh pertanyaan dan jawaban tersebut dan bahwa dia juga sudah tembus. Inilah iman. Iman adalah percaya bahwa Tuhan sudah menang dan bahwa Dia sudah memberikan kemenangan-Nya kepada kita. Pada malam itu ketiga orang itu menang secara bersamaan.

 

IMAN

 

Iman sebagai Titik Awal

 

            Roma 1:17 mengatakan, “Sebab di dalamnya dinyatakan pembenaran oleh Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman." Ini berarti dari iman kepada iman. “Bertolak dari iman” adalah satu hal dan “kepada iman” adalah hal lainnya. Adalah satu hal untuk pergi dari Amoy ke Chuenchow, dan hal lainnya untuk pergi dari Chuenchow ke Amoy. Doa yang berasal dari iman adalah satu hal, dan doa yang menghasilkan iman adalah hal lainnya. “Bertolak dari iman” berarti iman adalah titik awalnya. “Kepada iman” berarti iman adalah sasarannya. Hanya iman yang bisa menghasilkan pekerjaan iman; tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan iman.

            Misalnya seorang saudara yang sedang sakit menerima janji bahwa Allah akan menyembuhkan dirinya. Dia mulai memuji Tuhan, dan Tuhan menyembuhkan dia dalam dua hari. Setelah itu, dia bersaksi mengenainya. Dari sini kita melihat bahwa ada tujuh langkah penyembuhan oleh iman: (1) sakit, (2) berdoa, (3) menerima janji, (4) percaya pada janji, (5) memuji, (6) penyembuhan, dan (7) bersaksi. Jika ada saudara lain berusaha untuk melakukan lima langkah yang pertama namun tidak bisa mengalami langkah yang keenam, apa penyebabnya? Saudara yang pertama percaya bahwa penyakitnya akan disembuhkan dan kemudian memuji. Pujiannya berasal dari imannya, sedangkan saudara yang kedua memuji untuk mencapai sasaran iman. Dia menganggap pujian sebagai sarana untuk mencapai iman. Pujian saudara yang pertama adalah suatu hasil, sedangkan pujian saudara yang kedua adalah sebuah sarana. Saudara yang kedua berharap untuk disembuhkan melalui pujian. Dia tidak memiliki iman yang sejati. Oleh karena itu, tidak akan berhasil. Kita hanya bisa memuji dikarenakan iman, bukan supaya menghasilkan iman.

            Pernah sekali saya sakit parah. Tuhan menjanjikan bahwa saya akan hidup oleh iman, berdiri oleh iman, dan berjalan oleh iman. Ketika Allah berbicara kepada saya, saya percaya pada firman-Nya dan tidak berdoa lagi. Saya percaya pada janji Allah atas penghidupan, pendirian, dan perjalanan saya. Hasilnya, saya hidup, berdiri, dan berjalan. Kemudian, seorang saudari jatuh sakit, dan dia berusaha untuk meniru pengalaman saya. Dia mencoba untuk membuat dirinya kuat, namun dia tidak bisa melakukannya. Dia ingin menggarap dirinya ke posisi iman, namun itu mustahil. Dia tidak memiliki iman sama sekali, namun dia ingin menghasilkan iman. Ini tidak akan pernah berhasil. Pengalaman iman adalah berdasarkan janji-janji Tuhan, dan puji-pujian berasal dari iman. Seseorang tidak mengalami iman melalui meniru tindakan iman orang lain, dan dia tidak bisa memuji untuk membawa dirinya ke dalam iman. Seseorang bisa saja menjiplak formula-formula iman; akan tetapi, formula-formula itu tidak ada gunanya. Hanya iman yang hidup yang akan memberikan hasil.

 

IMAN DIIKUTI OLEH VISI DAN WAHYU

 

            Ketika saya berada di Shanghai, saya berbicara mengenai pencurahan Roh Kudus. Saya mengatakan bahwa pertama ada iman, dan kemudian ada puji-pujian. Seseorang harus pertama-tama memiliki iman sebelum dia bisa memiliki pekerjaan iman, yang adalah pujian. Pujian bukanlah sarana yang dengannya kita mencapai iman. Mencoba untuk mencapai iman melalui mempraktekkan pekerjaan iman, yaitu, melalui puji-pujian, tidak akan berhasil. Ketika kita berbicara mengenai jaminan keselamatan, kita bisa memberikan bantuan kepada orang lain atau malah merusak orang lain. Orang-orang Kristen KTP di denominasi-denominasi belum dilahirkan kembali. Ketika mereka mendengar perkataan mengenai jaminan keselamatan, mereka merasa lega karena mengetahui bahwa mereka tidak lagi milik neraka. Akan tetapi, iman haruslah disertai oleh visi dan wahyu. Alkitab tidak mengatakan bahwa iman adalah menerima, melainkan bahwa iman bisa menerima. Menerima adalah suatu fungsi dari iman. Iman bisa mengambil, namun pengambilan itu belum tentu iman. Misalnya, manusia bisa berjalan, namun itu bukan berarti bahwa segala sesuatu yang bisa berjalan adalah manusia. Iman harus disertai visi dan wahyu. Seseorang tidak bisa mengambil visi dan wahyu orang lain dan menjadikannya sebagai imannya. Iman harus dibangun di atas visi dan wahyunya sendiri.

 

IMAN ADALAH ORGAN UNTUK

MENSUBSTANSIASIKAN HAL-HAL ROHANI

 

            Ibrani 11:1 mengatakan, “Iman adalah substansiasi dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat.” Ayat ini memberi kita definisi dari iman. Iman adalah substansiasi dari hal-hal yang diharapkan, sama seperti panca indera kita mensubstansiasi hal-hal yang berada di luar kita. Mata berhubungan dengan warna dan bentuk; mata mensubstansiasikan warna dan bentuk dari sebuah benda. Seorang buta tidak tahu apa-apa mengenai warna-warna di dunia atau bentuk dari benda-benda. Tidak diragukan lagi, ada benda-benda di dunia ini, namun seorang yang buta tidak bisa melihat mereka dengan matanya. Tidak ada organ untuk mensubstansiasikan warna dan bentuk baginya. Dunia orang buta tidak memiliki warna apa pun. Hari ini mata iman kita perlu dibuka untuk melihat visi dan wahyu. Ketika mata kita terbuka, kita akan mensubstansiasi hal-hal yang rohani.

            Firman Allah memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan adalah pohon anggur dan kira adalah ranting-rantingnya. Ini adalah fakta yang tidak akan pernah berubah. Namun jika kita kekurangan organ untuk melihat visi ini, kita tidak akan mengalami realitasnya. Fakta-fakta Allah tidak akan berubah tidak peduli kita percaya atau tidak. Ketidakpercayaan kita tidak bisa mengubah pandangan Allah, tapi jika kita percaya pada fakta-fakta tersebut, kita akan menikmati apa yang telah Allah persiapkan bagi kita. Di dalam alam rohani, seseorang masuk ke dalam kenikmatan begitu dia melihat. Ketika seseorang membuka matanya, dia akan melihat pemandangan di hadapannya. Jika dia tidak membuka matanya, pemandangannya masih tetap ada di sana, namun dia tidak akan bisa menikmatinya. Kita tahu bahwa manusia lama kita itu jahat; kita tidak bisa mengubahnya, dan mustahil untuk mengusirnya. Akan tetapi, jika seseorang masuk ke dalam hadirat Allah, dan jika dia melihat apa yang dilihat Allah, dia akan menyadari bahwa di mata Allah, manusia lamanya sudah disalibkan. Dia akan segera dibebaskan dan segala sesuatunya akan dibereskan baginya. Fakta-fakta Allah tidak berubah, tidak peduli apakah kita melihatnya atau tidak. Baik kita melihatnya atau tidak melihatnya, kita sudah disalibkan. Di mata Allah, ini adalah sebuah fakta. Alkitab mencatat apa yang dilihat Allah. Alkitab mencatat segala “warna” dan “bentuk” yang ajaib dari hal-hal rohani. Alkitab itu seperti galeri seni rohani. Ketika kita membacakan Alkitab kepada seseorang yang buta secara rohani, dan ketika dia membuka mata imannya, dia akan melihat apa yang Allah lihat, dan segala kata dan huruf dari Alkitab akan menjadi riil baginya.


Sunday, July 25, 2010

Watchman Nee, Vol 41-14

BAB DUA BELAS

 

BAGAIMANA CARA MENGALAMI KRISTUS

SEBAGAI HAYAT YANG MENANG

 

Tanggal: 14 Nopember 1935, malam

Tempat: Chuenchow

Pembacaan Alkitab: Luk. 18:27; 2 Kor. 12:9; Rm. 8:1

 

            Malam ini kita akan melihat bagaimana kita bisa mengalami Kristus sebagai hayat kita. Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak memiliki hayat ini. Saya mengatakan bahwa sebagai tambahan dari memiliki hayat ini, kita bisa mengalami Kristus sebagai hayat kita. Jika kita memiliki Kristus hidup di dalam kita, kita akan memiliki kehidupan yang kudus yang sama seperti Kristus. Dia akan menempuh kehidupan yang kudus di dalam kita. Hanya hayat Kristus yang kudus, dan hanya Dia yang bisa menempuh kehidupan yang kudus. Kita adalah orang-orang berdosa. Hayat kita adalah hayat manusia; ia hanya bisa berdosa dan tidak pernah melakukan kebaikan. Jika hayat kita tidak diganti, ia tidak akan pernah bisa berubah. Malam ini kita akan melihat bagaimana kita bisa mengalami hayat Kristus dan bagaimana kita bisa membiarkan Dia untuk hidup di dalam kita.

            Paulus berkata di dalam Galatia 2:20, “Bukan lagi aku…melainkan Kristus.” Kita tidak bisa menipu orang lain dengan firman ini. Kita tidak bisa dengan begitu saja menyatakan hal ini dengan mulut kita, sedangkan hati nurani kita menuduh kita. Paulus bisa dengan jujur mengatakan, “Bukan lagi aku…melainkan Kristus.” Inilah kehidupan yang menang. Kehidupan yang menang bukanlah kehidupan yang bermegah atas kemampuan atau kemenangannya sendiri. Kehidupan yang menang adalah kehidupan yang mengatakan, “Bukan lagi aku…melainkan Kristus.” Malam ini kita akan berkonsentrasi pada subyek ini. Singkatnya, jika seseorang ingin mengalami Kristus sebagai hayatnya, ada dua persyaratan yang diperlukan. Yang pertama adalah merelakan, dan yang kedua adalah percaya.

 

MERELAKAN

 

Melihat Bahwa Kita Tidak Bisa Melakukannya

 

            Apa yang dimaksud dengan merelakan? Supaya seorang Kristen bisa merelakan, dia harus melalui pengalaman-pengalaman tertentu. Ada tiga tahap yang harus dia ambil. Tidak boleh meloncati atau mengubah mereka. Mereka tidak tergantikan; seseorang tidak bisa memiliki kehidupan yang menang melalui sarana lainnya. Lukas 18:27 mengatakan, "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." Ayat ini merupakan bagian dari sebuah cerita mengenai seorang pemuda yang datang kepada Yesus untuk bertanya bagaimana dia bisa memperoleh dan menikmati hayat yang kekal. Tuhan mengatakan bahwa supaya dia memperoleh hayat yang kekal, dia tidak boleh berzina atau membunuh dan tidak boleh mencuri atau memberi kesaksian palsu, melainkan harus menghormati ayah dan ibunya. Karena dia sudah memelihara semua perintah tersebut, pemuda itu merasa gembira ketika dia mendengar perkataan Tuhan. Dia mengira bahwa semua perintah tersebut mudah untuk dipelihara. Dia mengira bahwa mereka itu bukan masalah bagi dia sebab dia sudah memelihara semuanya sejak muda. Dia tidak kekurangan satupun juga. Namun kemudian Tuhan mengatakan bahwa dia kekurangan satu hal. Apakah satu hal yang mana dia kekurangan? Tuhan mengatakan, “Juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (ay. 22). Setelah Tuhan mengatakan hal itu, pemuda itu merasa tidak berdaya. Dia mengira bahwa harganya terlalu besar, dan dia pergi dengan sedih.

            Tuhan berpaling kepada murid-murid dan berkata, “Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah" (ay. 24-25). Ketika murid-murid mendengar itu, mereka bertanya kepada Tuhan, "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" (ay. 26). (Kebanyakan orang hari ini mengira bahwa mereka itu kaya. Berapa banyak yang menyadari bahwa mereka itu miskin?) Tuhan mengatakan, "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah" (ay. 27). Mengapa Tuhan mengatakan hal itu? Masalah dari pemuda itu bukan karena dia itu kaya, atau karena dia tidak mau menjual semua hartanya. Masalahnya terletak pada fakta bahwa dia hanya memiliki pandangan terhadap dirinya sendiri. Ketika dia pertama datang kepada Tuhan, dia melihat dirinya sendiri dan mengira bahwa dia bisa melakukannya. Akibatnya, dia memberi tahu Tuhan bahwa dia bisa melakukannya. Kemudian Tuhan memberi dia perintah yang baru, dan dia kembali melihat dirinya dan mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukannya. Dia hanya melihat pada dirinya sendiri. Dia pertama melihat pada apa yang bisa dia lakukan dan kemudian pada apa yang tidak bisa dia lakukan. Dia tidak pernah melihat pekerjaan dan kuasa Allah. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengatakan bahwa hal-hal yang mustahil bagi manusia adalah mungkin bagi Allah. Yang Dia maksudkan adalah bahwa walaupun pemuda itu tidak bisa melakukannya, Allah bisa. Pemuda itu tidak bisa memberikan kekayaannya kepada orang-orang miskin. Namun Allah bisa membuat dia memberikannya kepada orang-orang miskin. Ini bukan perkara mampu dalam diri sendiri, melainkan perkara Allah sebagai Yang Mampu. Pemuda itu tidak melihat hal ini dan oleh karenanya dia pergi dengan sedih.

            Tuhan memberi tahu pemuda itu untuk menjual dan membagikan seluruh miliknya kepada orang-orang miskin. Seorang yang kaya raya mungkin akan gelisah ketika dia mendengar perkataan semacam ini dan mungkin berkata, “Saya tidak bisa menjadi orang Kristen lagi. Apa yang harus saya lakukan jika saya menjual seluruh milik saya?” Tujuan Tuhan bukanlah untuk memiliki uang kita atau segala yang kita miliki. Tujuan-Nya adalah untuk membuktikan kepada kita bahwa kita tidak bisa melakukannya. Ananias dan Safira memiliki uang dan tanah. Petrus mengatakan bahwa selama tanah itu tidak dijual, itu tetap kepunyaan mereka. Bahkan setelah dijual, hasilnya itu tetap dalam kuasa mereka (Kis. 5:4). Jika seseorang tidak memiliki pimpinan Roh, dia tidak harus menjual segalanya dan mempersembahkannya. Filemon juga adalah seorang yang kaya raya. Paulus tidak menyuruh dia untuk menjual dan membagikan semua miliknya kepada orang-orang miskin. Tuhan meminta pemuda itu untuk menjual semua miliknya karena dia menyatakan bahwa dia sudah memelihara semua perintah itu. Ketika Tuhan memberi dia perintah untuk menjual semua miliknya dan mengikuti Dia, dia harus mengakui bahwa dia tidak bisa melakukannya.

            Demikian juga dengan kita. Kita mungkin tidak sombong, iri, atau keras kepala. Kita mungkin tidak melakukan perzinahan dan mungkin mengasihi dan sabar, dan telah mempraktekkan hal-hal ini selama bertahun-tahun. Kita mungkin merasa bahwa kita sudah hampir berhasil. Begitu kita merasa demikian, Tuhan akan berkata kepada kita, “Masih tinggal satu hal lagi yang kurang padamu.” Satu hal ini bukan mengacu kepada menjual segala milik kita, melainkan kepada satu hal yang tidak bisa kita lakukan. Jika kita mengira bahwa kita mampu, Allah akan menemukan satu hal untuk membuktikan kepada kita bahwa kita tidak bisa melakukannya.

            Ada seorang misionaris Barat yang merupakan seorang Kristen yang sangat menuntut. Pernah sekali dia datang kepada saya dan mengatakan, “Pada saya ada sebuah dosa. Mohon doakan saya.” Saya berdoa baginya setiap hari. Selama sekitar dua minggu, dia terus memohon sambil menangis, mengatakan, “Allah, bebaskan aku dari dosa ini.” Saya mengira bahwa dia sangat menderita karena dosanya sangat serius. Saya meminta dia untuk memberi tahu saya mengenai dosa yang serius tersebut. Dia mengatakan, “Sejak muda, saya memiliki kebiasaan ngemil. Saya ngemil sepanjang hari. Saya bisa mengalahkan banyak dosa, namun saya tidak bisa mengalahkan satu dosa ini. Tadinya, saya tidak mengira bahwa ini adalah sebuah dosa, namun sekarang saya tahu bahwa ini adalah sebuah dosa. Akan tetapi, saya tidak bisa mengalahkannya.” Saya selalu senang melihat seseorang yang begitu berdosanya sehingga dia menemukan bahwa dirinya tidak mampu untuk berhenti berdosa. Merupakan suatu sukacita melihat seseorang tidak mampu untuk mengalahkan dosanya. Hal yang paling buruk bagi manusia adalah melakukan dosa dan mampu untuk mengalahkannya. Jika kita demikian berdosanya sehingga kita tidak bisa menghentikannya dan tidak menemukan jalan untuk mengalahkannya, maka Allah siap untuk menyelamatkan kita. Saudari ini kekurangan satu hal. Dia tidak tahu bahwa dia memiliki satu dosa ini dan tidak menyadari bahwa ini adalah dosa. Begitu dia menyadari bahwa ini adalah dosa, dia menemukan bahwa dia tidak bisa mengalahkannya. Dia bersedia untuk melihat suaminya melepaskan pekerjaan yang gajinya $800 perbulan dan malah mengambil pekerjaan yang gajinya $100 perbulan. Dia bersedia untuk menderita banyak hal yang menyakitkan bagi Tuhan. Dia sangat mengasihi Tuhan dan mengasihi orang-orang Cina, namun dia tidak mampu untuk mengalahkan satu hal. Satu hal yang kurang dari pemuda itu adalah kemenangan atas uang, dan satu hal yang kurang dari saudari ini adalah kemenangan atas ngemil.

            Setiap orang memiliki satu dosa tertentu yang tidak bisa dia kalahkan. Mengapa Tuhan meletakkan hal semacam itu di hadapan kita? Itu adalah untuk membuktikan kepada kita bahwa kita tidak bisa melakukannya, dan bahwa kita ini tidak berdaya, dan bahwa kita sudah meninggikan diri kita terlalu tinggi. Memang benar bahwa kita tidak melakukan perzinahan atau pembunuhan dan bahwa kita mungkin tidak sombong dan iri, namun kita selalu gagal ketika kita mencoba untuk menyingkirkan satu hal tersebut! Kita bisa menyombong bahwa kita tidak seperti orang ini atau orang itu. Namun Tuhan akan mengatakan kepada kita bahwa kita masih kurang satu hal; ada satu hal yang tidak bisa kita kalahkan. Kita masih kurang satu hal. Tuhan membuktikan kepada pemuda itu bahwa dia tidak bisa melakukannya. Hayat yang kekal adalah hayat Kristus. Untuk memperoleh hayat ini, kita harus menyadari bahwa kita sepenuhnya tidak mampu untuk melakukan apa-apa. Begitu kita menyadari hal ini, hayat Allah akan memanifestasikan kuasanya di dalam kita. Jika kita belum dibawa ke titik dimana kita dengan sepenuhnya menyadari ketidak-mampuan kita, kita tidak akan membiarkan hayat Allah untuk diperhidupkan melalui kita.

            Yang paling saya takuti adalah seseorang berdosa terlalu sedikit. Orang seperti itu tidak baik dan juga tidak jahat, dan baik Kristus maupun Satan tidak terlalu menyenanginya. Saya senang melihat seseorang yang menemukan dirinya tidak mampu untuk mengalahkan suatu dosa tertentu, tidak peduli berapa keras dia berusaha. Sebagian mungkin melakukan dosa-dosa yang najis, hina, dan tercela. Yang lainnya mungkin melakukan dosa-dosa yang halus. Tidak peduli dosa macam apa itu, itu adalah dosa yang mengikat seseorang. Mungkin hanya satu atau dua dosa, namun seseorang tidak bisa mengalahkan mereka tidak peduli berapa banyak dia berusaha. Ketika hal ini terjadi, ada harapan bagi orang tersebut. Hal yang paling sulit untuk disadari oleh seseorang adalah bahwa dia tidak bisa melakukannya oleh dirinya sendiri. Jika seseorang melihat bahwa dia tidak bisa melakukannya, dia sudah dekat dengan keselamatan. Jika seseorang pada malam ini menyadari bahwa dia tidak bisa melakukannya, dia sudah dekat untuk mengalami hayat yang menang. Jika kita masih tidak menyadari bahwa kita tidak bisa melakukannya atau jika kita hanya memiliki doktrin tentang kemenangan tanpa hayat yang menang, kita harus meminta Allah untuk memberi kita terang dan memperlihatkan kepada kita bahwa kita sama sekali tidak bisa melakukannya.

 

Tidak Berusaha untuk Bisa Melakukannya

 

            Setelah kita menyadari bahwa kita tidak bisa melakukannya, apa yang seharusnya kita lakukan? Setelah kita menyadari bahwa kita tidak bisa melakukannya, kita tidak boleh berusaha untuk bisa melakukannya. Saya mengenal banyak saudara saudari yang sudah datang kepada saya dan menangis di depan saya dan di hadapan Tuhan mengenai ketidak-mampuan mereka untuk mengalahkan dosa-dosa mereka. Mereka tidak seperti yang lainnya, yang dengan mudah merelakan segala sesuatu. Mereka sangat menyesal atas dosa-dosa mereka. Mereka merasa bahwa mereka tidak bisa berhasil jika mereka tidak mengalahkan dosa mereka. Lebih dari selusin orang telah datang kepada saya dan mengatakan bahwa jika mereka tidak bisa mengalahkan dosa mereka, mereka lebih baik mati. Apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita menyadari bahwa kita tidak bisa mengalahkan dosa kita dan tidak berdaya sepenuhnya? Jika kita menginginkan penyelamatan, hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah jangan berusaha untuk melakukannya. Kita tidak seharusnya berusaha untuk mengubah diri sendiri atau membuat suatu ketetapan hati. Kita tidak seharusnya menghabiskan waktu untuk diri sendiri atau menetapkan pikiran kita untuk melakukan sesuatu. Ini adalah langkah yang paling penting. Banyak orang menyadari bahwa mereka tidak bisa melakukannya oleh diri mereka sendiri. Mereka mengakui bahwa mereka tidak bisa melakukannya, namun mereka masih secara konstan berusaha untuk bisa melakukannya. Mereka masih berjerih dan bergumul untuk menang. Ketika mereka melakukan hal ini, Allah tidak bisa melakukan apa-apa terhadap diri mereka.

            Musim panas yang lalu saya menjumpai seorang misionaris Barat yang memiliki satu dosa yang tidak bisa dia kalahkan. Pada saat itu dia tidak menyadari bahwa Kristus adalah kemenangannya, dan dia tidak tahu bahwa Kristus ada di dalam dia untuk hidup bagi dia. Namun dia ingin mengalami hayat ini. Saya bertanya kepadanya, “Apakah Anda menyadari bahwa Anda tidak bisa melakukannya?” Dia menjawab, “Saya sudah tahu sejak lama, namun saya memiliki satu dosa yang terus saya lakukan. Saya benar-benar tidak bisa mengalahkannya.” Saya bertanya, “Apa yang Anda lakukan ketika dosa itu mendatangi Anda?” Dia berkata, “Saya berdoa untuk menolak godaan tersebut, saya berdoa supaya Allah melepaskan saya dari hal itu, atau saya berdoa supaya Allah memberikan kekuatan kepada saya sehingga dosa tersebut tidak akan berkuasa atas diri saya.” Saya mengatakan, “Anda tidak perlu melanjutkan. Saya sudah tahu kelanjutannya. Setelah Anda berdoa dan berdiri, Anda melakukan dosa yang sama lagi. Begitu Anda keluar dari pintu, Anda melakukan hal yang sama. Setiap kali setelah Anda berdoa, dosa Anda datang kembali kepada Anda.” Kemudian saya memberi tahu dia, “Anda telah melakukan kesalahan yang besar. Anda sangat tahu bahwa Anda tidak bisa melakukannya, namun Anda masih berusaha untuk bisa melakukannya dan Anda berjuang untuk melakukannya. Ketika dosa itu mendatangi Anda, Anda masih berusaha untuk melawannya. Karena Anda sudah tahu bahwa Anda tidak bisa melakukannya, mengapa Anda masih berdoa, menolak, dan meminta Allah untuk memberi Anda kekuatan untuk mengalahkan godaan Anda? Anda berdoa sedemikian sebab Anda mengira bahwa Anda masih baik dan bahwa Anda masih bisa melakukan sesuatu.”

            Lalu saya memberi tahu dia bahwa jalan untuk dibebaskan adalah pertama-tama harus merelakan. Begitu dia memutuskan untuk tidak lagi berusaha untuk memperbaiki diri, dia akan sudah lebih dekat kepada kemenangan. Dia mengatakan, “Jika saya berdosa ketika saya menolak, bukankah akan lebih mengerikan jika tidak menolak?” Saya mengatakan, “Menolak berarti Anda masih hidup dan bekerja. Ketika hal ini terjadi, Allah tidak bisa melakukan apa-apa. Jika Anda ingin supaya Allah masuk ke dalam Anda, Anda harus pertama-tama merelakan. Anda harus menyadari bahwa kuasa Allah sudah ada di dalam Anda. Dia bisa hidup bagi Anda. Sekarang bukanlah waktunya untuk mempertimbangkan siapakah diri Anda, melainkan siapakah Allah.”

            Pada suatu musim panas saya memberitakan injil di desa-desa bersama lebih dari dua puluh orang saudara. Udaranya panas, dan kami tidak bisa mandi di dalam. Oleh karena itu, kami semua pergi ke sungai untuk mandi. Ketika beberapa orang saudara sedang berenang, seorang saudara mengalami keram dan mulai tenggelam. Dia meronta-ronta dan berteriak minta tolong. Salah seorang saudara di antara kami adalah Wang Wei-san, yang sangat pandai berenang. Dia pernah mengabdi di angkatan laut. Saya mendorong dia untuk cepat-cepat terjun ke air untuk menyelamatkan saudara yang tenggelam itu. Namun dia diam saja dan tidak mau bergerak. Saya sangat putus asa dan sedikit marah padanya karena dia begitu mengasihi dirinya sendiri. Ketika saudara yang tenggelam itu hampir kehabisan tenaga dan mulai tenggelam, Saudara Wang terjun ke air dan berenang ke arahnya. Dengan satu tangan mengepit pinggang saudara yang tenggelam itu dan berenang dengan tangan yang satunya lagi, Saudara Wang membawa dia dengan selamat ke tepi sungai. Kemudian saya bertanya kepada Saudara Wang, “Mengapa Anda tidak cepat-cepat menyelamatkan dia? Anda bisa mengurangi penderitaannya dan dia tidak perlu menelan begitu banyak air.” Dia mengatakan, “Jika saya berusaha untuk menyelamatkan dia terlalu cepat, dia akan sedang bergumul demi nyawanya dan akan memegang apapun yang bisa dia pegang, dan kami berdua akan tenggelam. Ada rahasia dalam menyelamatkan orang yang tenggelam: Jangan menolong siapapun yang masih hidup dan jangan menolong siapapun yang sudah mati; hanya selamatkan mereka yang setengah mati. Jangan menolong mereka yang sudah mati sebab tidak ada gunanya menolong mereka. Jangan menolong mereka yang masih hidup, sebab mereka masih meronta-ronta dengan kekuatan mereka. Ketika Anda mendekati mereka, mereka akan memegang Anda dan baik mereka maupun Anda tidak akan bisa berenang, dan Anda berdua akan tenggelam. Itulah sebabnya mengapa Anda seharusnya hanya menyelamatkan mereka yang setengah mati, mereka yang bisa Anda pegang, tapi tidak bisa memegang Anda. Dengan demikian, Anda akan aman, dan mereka akan selamat.”

            Kita ini seperti seseorang yang sedang tenggelam. Allah hanya akan menyelamatkan kita setelah kita kehabisan tenaga kita. Namun masalahnya adalah manusia seringkali berusaha untuk bisa melakukannya ketika mereka dengan jelas mengenal bahwa mereka tidak bisa melakukannya. Kita berdoa, membuat ketetapan hati, dan bergumul. Itu membuat mustahil bagi Allah untuk menyelamatkan kita. Kita harus seperti orang yang tenggelam yang sudah kehabisan seluruh kekuatannya untuk bergumul dan berjuang; kemudian Allah akan menyelamatkan kita. Jika kita masih meronta-ronta dengan tangan dan kaki kita dan masih menetapkan pikiran kita dan bergumul, itu berarti kita masih berusaha untuk bisa melakukannya dan belum kehabisan kekuatan kita. Allah akan menunggu dan tidak akan melakukan apa-apa. Dia akan menunggu sampai kita berhenti berusaha untuk menyelamatkan diri kita sendiri, dan kemudian Dia akan melangkah untuk menyelamatkan kita. Oleh karena itu, kita tidak saja harus jelas bahwa kita tidak bisa melakukannya, namun kita juga harus berhenti untuk berusaha bisa melakukannya. Satan senang melihat kita maju untuk berperang melawan dia. Begitu kita maju, dia menang. Tipuannya adalah dengan membujuk kita supaya bergerak. Begitu kita bergerak, dia menang. Allah harus menunggu sampai kita menurunkan kedua tangan kita dan sepenuhnya menyerah. Hanya pada saat itulah kita akan menang. Inilah makna dari merelakan. Merelakan adalah melepaskan semua kemampuan kita dan menyisihkan hayat kita sendiri sepenuhnya. Melalui mengakui bahwa kita tidak bisa melakukannya dan melalui mengatakan bahwa kita tidak memiliki maksud untuk berusaha untuk bisa melakukannya, kita akan menang.

 

Bermegah atas Kelemahan Sendiri

 

            Banyak orang akrab dengan bagian depan dari 2 Korintus 12:9, namun mereka melupakan bagian belakang dari ayat ini. Hari ini kita akan memberi perhatian yang khusus pada bagian belakang dari ayat ini. Paulus mengatakan bahwa dia terlebih suka bermegah atas kelemahannya supaya kuasa Kristus turun menaunginya. Kelemahan menandakan bahwa seseorang itu sangat rentan. Ketika Paulus sedang lemah, apa yang dia lakukan? Apakah dia menangis? Tidak, dia bermegah. Dia bermegah bahwa kelemahan bagi dia merupakan suatu kasih karunia dan kemuliaan. Dia bermegah dan dimuliakan dalam kelemahannya. Dia mengatakan, “Aku memang lemah. Tapi aku bersyukur dan memuji Tuhan.” Inilah sikap Paulus. Inilah kemegahan dan kemuliaannya. “Mungkin aku lemah, tapi aku bersyukur dan memuji Dia. Aku tidak bisa mengalahkan godaan-godaan, namun aku bersyukur pada Allah dalam segala hal.” Sudahkah kita bersyukur kepada Allah seperti ini? Sudahkah kita mengucapkan syukur dalam segala sesuatu? Kita seharusnya datang kepada Tuhan dan berkata, “Aku bersyukur pada-Mu bahwa aku tidak bisa membuang pikiran-pikiran kotor, kesombongan, kecemburuan, dan amarahku. Allah, aku tidak bermaksud untuk membuang pikiran-pikiran kotor, kesombongan, kecemburuan, dan amarahku. Aku tidak bisa melakukan apa pun, dan aku tidak bermaksud untuk melakukan apa pun. Aku bersyukur dan memuji-Mu bahwa aku tidak bisa melakukannya. Aku ini lemah, dan aku bermegah atas kelemahanku.”

            Tahun lalu saya berjumpa dengan seorang saudara yang dahulu adalah seorang Jendral di Pasukan Sukarela Manchuria. Dia mengalami banyak peperangan melawan pasukan Jepang di Manchuria. Selama peperangan tersebut, perasaan moralnya dan kesusilaan insaninya benar-benar hilang. Kemudian dia mendengar bahwa ada seorang saudara sedang memberitakan injil di suatu tempat. Dia pergi dan beroleh selamat dan menjadi seorang Kristen yang baik. Akhirnya, dia juga menikah dengan seorang saudari dalam Tuhan. Dikarenakan dia sangat takut pada orang-orang Jepang, dia memutuskan untuk pindah ke Shantung untuk membuka praktek pengobatan. Ada sidang di tempat dimana dia berada, dan dia pergi dan bergabung dengan sidang-sidang itu. Ketika saya berada di sana tahun lalu, saya berjumpa dengannya. Pada hari pertama saya menjumpai dia, saya merasa bahwa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Dia berpakaian rapi dan orangnya baik, namun dia kelihatannya sedikit tidak sopan. Ketika dia masuk ke dalam ruangan, dia tidak melepaskan topinya. Saya menjadi tertarik padanya dan secara khusus memperhatikan dia. Selama beberapa hari itu, saya mengadakan suatu konperensi dengan subyek tentang Kristus sebagai hayat kita. Pada suatu hari setelah sidang, dia memberi tahu saya bahwa dia memiliki suatu hal yang penting untuk didiskusikan dengan saya. Saya memberi tahu dia bahwa dia bisa datang keesokan harinya. Dia bertanya kalau dia bisa datang jam enam pagi. Saya memberi tahu dia bahwa saya menumpang di rumah orang lain dan bahwa akan menyusahkan pemilik rumah jika saya menerima dia sepagi itu. Saya menyarankan supaya dia datang jam tujuh. Keesokan paginya, jam tujuh pagi, saya turun setelah munajat pagi saya dan dia sedang menunggu saya.

            Dia adalah seorang yang tegap dan tinggi, khas orang Cina bagian utara. Namun dia mulai menangis di hadapan saya dan berkata, “Saya memiliki satu dosa yang belum bisa saya kalahkan untuk sejangka waktu yang lama. Ketika saya masih berada di ketentaraan, orang lain menghisap ganja, tapi saya lebih memilih untuk menghisap rokok saja. Kadang-kadang saya merokok lebih dari dua puluh batang dalam satu hari. Kemudian, saya menjadi seorang Kristen dan menikahi istri saya yang sekarang. Saya sangat damba untuk berhenti merokok. Saya sudah mencobanya berkali-kali namun terus menerus gagal. Saya berhenti dan merokok, berhenti dan merokok, terus menerus. Saya sangat terganggu oleh hal ini. Keadaannya semakin buruk ketika saya pindah ke Shantung. Jika saya merokok di jalan, saya kuatir kalau ada saudara-saudara yang melihat saya. Jika saya merokok di rumah sakit, saya kuatir kalau para perawat yang adalah saudari-saudari melihat saya dan mengkritik saya. Jika saya merokok di rumah, istri saya akan mengomeli saya. Satu-satunya jalan supaya saya bisa merokok adalah dengan merokok secara diam-diam. Begitu saya mendengar seseorang mendekat, saya menyembunyikan rokok saya. Ini merupakan suatu penderitaan yang besar bagi saya, namun saya tidak bisa melakukan apa-apa. Di masa lalu, saya membunuh musuh saya dengan pistol, tapi saya tidak bisa menghentikan kebiasaan merokok saya, bahkan jika saya mempunyai pistol. Selama beberapa bulan belakangan ini, saya sangat terganggu oleh perkara ini. Tn Nee, apa yang harus saya lakukan?”

            Sementara dia berbicara, saya memandang dia dan tertawa. Saya mengatakan, “Saya sangat gembira berjumpa dengan orang-orang seperti Anda.” Dia berkata, “Tn Nee, tolong jangan mengolok-ngolok saya. Saya sedang putus asa, dan Anda malah tertawa.” Saya mengatakan, “Tidak penting jika Anda merokok, dan tidak penting jika Anda tidak bisa berhenti. Yang perlu Anda lakukan adalah satu hal.” Dia mengatakan, “Apa itu?” Saya mengatakan, “Misalnya saya datang ke rumah sakit Anda hari ini untuk menjadi pasien dan menandatangani kontrak dengan Anda untuk tinggal di rumah sakit untuk selamanya. Apa yang akan Anda katakan?” Dia berkata, “Jika Anda tidak sakit, rumah sakit tidak bisa menerima Anda.” Saya kemudian bertanya, “Orang macam apa yang Anda terima?” Dia menjawab, “Hanya mereka yang sakit.” Saya berkata, “Benar. Sekarang Anda seharusnya datang kepada Tuhan dan berkata, ‘Tuhan, aku bersyukur dan memuji-Mu sebab aku merokok. Aku bersyukur dan memuji-Mu sebab aku tidak bisa berhenti merokok. Aku bisa berhenti selama lima hari, tapi kemudian aku harus merokok lagi. Aku memenuhi syarat untuk datang kepada-Mu. Firman-Mu mengatakan bahwa orang yang sehat tidak memerlukan tabib; hanya mereka yang sakit yang memerlukan tabib. Jika aku bisa melakukannya dengan diriku sendiri, aku tidak memerlukan-Mu. Namun aku tidak bisa melakukannya; oleh karena itu, aku memerlukan-Mu. Tuhan, aku adalah seorang pasien. Aku datang pada-Mu. Aku bersyukur dan memuji-Mu.’” Dia menjawab, “Saya bisa memuji Dia atas banyak hal lain, tapi saya tidak bisa memuji Dia atas hal ini. Saya belum pernah bersyukur dan memuji Dia seperti doa Anda tadi.”

            Kemudian saya memperlihatkan 2 Korintus 12:9 kepadanya dan memberi tahu dia bagaimana Paulus lebih suka bermegah atas kelemahannya supaya kuasa Kristus turun menaunginya. Saya mengatakan, “Anda menangisi kelemahan Anda, namun Paulus bermegah atas kelemahannya. Betapa berbedanya! Anda harus bermegah atas kelemahan Anda. Anda harus mengatakan kepada Tuhan, ‘Aku telah berdosa, dan aku tidak bisa mengalahkan dosaku. Aku tidak bisa berhenti merokok dengan diriku sendiri, dan aku tidak lagi berketetapan untuk berhenti merokok. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu.’” Setelah itu kami berdua berlutut untuk berdoa. Dia berdoa kepada Tuhan, “Aku adalah seorang berdosa, dan aku tidak bisa mengalahkan dosaku. Aku tidak akan berusaha untuk bisa melakukannya, dan aku bahkan tidak akan lagi berpikir bahwa aku bisa. Aku menyerahkan hal ini kepada-Mu. Semoga kuasa-Mu termanifestasi di dalamku. Tuhan, aku bersyukur pada-Mu. Aku tidak bisa melakukannya, namun Engkau bisa.”

            Setelah dia mengucapkan doa tersebut, dia tidak mengatakan apa-apa lagi, melainkan mengambil topinya dan bersiap untuk pergi. Saya memanggil dia dan bertanya, “Apakah Anda akan merokok setelah Anda pulang?” Dia berkata, “Dengan diri saya sendiri, saya akan merokok dan saya tidak bisa berhenti. Namun Allah akan menghentikannya bagi saya. Jika saya berhenti, Tuhanlah yang menghentikannya bagi saya.” Setelah dia pulang, saya merasa kuatir bagi dia dan bertanya-tanya apakah dia sudah benar-benar dimerdekakan. Setelah dua hari saya tidak mendengar berita apa pun dari dia. Setiap hari dia berdiri setelah sidang dan langsung pergi. Saya mengutus orang untuk menanyakan kondisinya, namun tidak menerima jawaban apa pun. Suatu kali setelah membawakan berita, saya melihat dia dan bertanya kepadanya, “Apakah Anda masih merokok?” Dia menjawab, “Tidak! Tapi saya berdebat dengan istri saya sepanjang hari.” Saya berpikir, “Satu dosa hilang dan dosa lainnya muncul!” Dia melanjutkan, “Saya berdebat dengan istri saya dan memberi tahu dia bahwa saya sudah berusaha untuk berhenti merokok tapi gagal dan bahwa dia sudah merecoki saya selama dua tahun tanpa hasil, tapi kali ini Allah berhasil melakukannya bagi saya. Saya berhenti begitu saja.” Saya mengatakan, “Kalau itu yang kalian perdebatkan, tidak apa-apa.” Saya tinggal di sana selama tiga minggu berikutnya. Dia bersaksi pada akhirnya, “Kecanduan saya terhadap rokok sudah hilang sama sekali. Saya tidak lagi memiliki kedambaan untuk merokok. Satan menggoda saya dua kali, namun saya tidak memberi tahu dia bahwa saya tidak akan merokok lagi. Saya hanya mengatakan bahwa dengan diri saya sendiri, saya masih akan merokok, tapi Allah bisa berhenti merokok bagi saya. Saya tidak perlu merasa kuatir lagi mengenai perkara ini. Ini sungguh ajaib. Ketika saya tidak bergerak, bahkan ketika godaan datang, saya menemukan bahwa saya bisa menang.” Hari ini dia masih menang. Beberapa waktu yang lalu, saya menerima sebuah surat dari Shantung yang mengatakan bahwa saudara ini memang sudah menang.

            Saudara saudari, Anda harus menyadari bahwa Anda tidak bisa melakukannya, dan Anda tidak boleh berusaha untuk bisa melakukannya. Lebih jauh lagi, Anda harus bermegah atas fakta bahwa Anda tidak bisa melakukannya. Jika Anda melakukan hal ini, tidak ada yang bisa menghentikan kuasa Allah untuk dimanifestasikan di dalam Anda. Jika Anda bergerak, Anda akan mengganggu kuasa Allah. Jangan berusaha untuk bisa melakukannya. Biarkan godaan datang dan pergi. Tidak perlu melawan godaan. (Tentu saja, melawan Satan adalah hal yang berbeda yang berhubungan dengan peperangan rohani.) Tidak perlu bagi Anda untuk kuatir tentang apa pun. Anda hanya perlu berkata, “Terima kasih Tuhan, aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa menang.” Banyak orang senang membubuhkan gelar mereka pada kartu nama mereka. Kita seharusnya menuliskan pada kartu nama kita, “Spesialis Melakukan Dosa.” Kita adalah ahli-ahli dalam melakukan dosa. Kita tidak bisa melakukan apa pun selain melakukan dosa. Kita harus berkata kepada Tuhan, “Aku hanya bisa berbuat dosa. Aku ini lemah dan tidak bisa melakukan apa pun. Engkaulah Satu-satunya yang bisa melakukannya. Jadilah Yang Bisa melakukannya bagi saya. Aku bersyukur pada-Mu bahwa aku tidak memiliki jalan untuk menolong diri saya sendiri. Engkau ada jalan. Aku tidak berdaya, namun Engkau memiliki kuasa untuk melawan bagiku.” Jika kita berdiri di atas dasar ini, kita akan menang setiap waktu.

            Saya bisa memberi kesaksian mengenai diri saya sendiri. Pada suatu saat saya mudah marah. Dua orang teman sekolah saya bisa bersaksi mengenai hal ini. Bertahun-tahun yang lalu ketika saya berada di Shanghai, Satan terus menerus mendatangi saya untuk mencobai saya. Kadang-kadang orang lain akan mengatakan sesuatu yang menjengkelkan. Saya tidak mau mendengarnya, dan saya merasa tidak nyaman di batin ketika mendengarnya. Satan akan datang dan mencobai saya dan menggugah amarah saya. Saya tahu bahwa saya tidak bisa mengendalikan amarah saya; saya ingin marah-marah. Sebelum saya mengenal kebenaran mengenai pemenang, saya akan mengekang amarah saya. Kadang-kadang amarah itu tidak berada di mulut saya, namun masih tetap berada di dalam diri saya. Bahkan ketika saya kelihatannya tenang dan lembut secara luaran, saya masih sedang memerangi pencobaan tersebut. Saya hanya mengekang amarah saya dengan kekuatan saya sendiri. Kemudian Kristus memperlihatkan sedikit kepada saya apa kemenangan itu. Dia memperlihatkan kepada saya bahwa Kristus di batin bisa mengalahkan amarah saya. Setiap kali saya mulai marah, saya memberi tahu Tuhan, “Aku bisa marah. Aku menikmati marah. Aku sedang mulai marah, dan aku bahkan ingin marah. Tapi Tuhan, Engkau tidak marah. Engkau adalah kemenanganku di batin. Aku tidak berhasil melakukannya, namun Engkau berhasil. Aku tidak bisa melakukannya, tapi Engkau bisa. Aku percaya bahwa Engkau bisa mengalahkan amarahku.” Melalui berdoa seperti ini, saya mengalami hayat yang menang. Kemenangan kita sepenuhnya di dalam Kristus, bukan di dalam diri kita sendiri. Jika kita menyisihkan diri kita sendiri dan tidak bergumul, meronta-ronta, atau mengambil jalan kita sendiri, melainkan percaya dalam Kristus dan bersandar pada-Nya sebagai kemenangan kita, kita akan mengalami kuasa kemenangan Kristus secara terus menerus.

 

PERCAYA

 

            Untuk menerima dan mengalami hayat yang menang, ada empat langkah yang harus kita tempuh. Pertama, kita harus melihat bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kedua, kita harus berhenti untuk berusaha untuk melakukan apa pun. Ketiga, kita harus bermegah atas kelemahan-kelemahan kita. Keempat, kita harus percaya bahwa Allah mampu, yaitu, kita harus percaya bahwa Allah bisa melakukannya bagi kita. Selama kita bertindak berdasarkan keempat langkah ini, tidak ada godaan yang bisa menghalangi kita. Saya mengelompokkan tigal langkah yang pertama di bawah judul “Merelakan”. Langkah yang terakhir adalah Percaya.

            Pernahkah Anda datang kepada Allah secara pasti dan berkata kepada-Nya, “Aku tahu bahwa aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa mengubah diriku sendiri dan mustahil bagiku untuk berubah. Aku tidak lagi bermaksud untuk berubah. Aku menyerahkan segalanya kepada tangan-Mu”? Begitu Anda menyerahkan segalanya ke dalam tangan Tuhan dan merelakannya, Anda baru mengambil langkah yang pertama menuju kemenangan. Langkah berikutnya adalah percaya. Merelakan itu pasif, sedangkan percaya itu aktif. Sebagai tambahan dari merelakan, Anda masih harus percaya bahwa Allah itu mampu, bahwa Dia bisa menang bagi Anda.

            Pernah sekali saya berjumpa dengan seorang misionaris Barat yang sering makan pagi bersama dengan kami ketika kami sedang mengadakan sidang-sidang. Dia mendengar pengajaran mengenai kehidupan yang menang, namun dia masih belum memahaminya. Saya bertanya kepadanya, “Orang lain sudah menang dalam waktu yang singkat. Mengapa Anda masih belum menang setelah dua minggu? Apakah Anda sudah merelakan?” Dia menjawab, “Ya, saya sudah. Saya tahu bahwa saya tidak bisa melakukannya, namun saya masih belum menang.” Saya berkata, “Jika Anda sudah merelakan, Anda seharusnya sudah mengalaminya. Apakah Anda telah menyinggung seseorang?” Dia mengatakan, “Saya tidak berani mengatakan bahwa saya bisa mengalahkan setiap dosa. Saya tidak berani mengatakan bahwa saya akan menang jika saya melakukan ini atau itu.” Saya mengatakan, “Anda sangat mengenal dosa, namun Anda kurang mengenal Tuhan.” Saya membuka Alkitab dan memperlihatkan kepadanya di dalam Roma bahwa kita akan menghasilkan buah kepada pengudusan jika kita mempersembahkan diri kita kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati tetapi sekarang hidup (Rm. 6:13). Apakah konsikrasi? Konsikrasi adalah menyajikan diri kita kepada Allah. Ini adalah mempersembahkan diri kita kepada Allah dan membiarkan Allah untuk melakukan apa pun yang ingin Dia lakukan. Allah berkata, “Engkau hanya layak untuk mati. Aku sudah menyalibkanmu di salib. Engkau tidak perlu melakukan apa-apa. Yang harus engkau lakukan hanyalah menyerahkan dirimu kepada-Ku. Aku bisa membuatmu menghasilkan buah..”

            Dia memberi tahu saya bahwa dia tidak berani untuk mengatakannya. Wajah saya langsung tegang. Saya berdiri di hadapannya dan menunjuk ke arahnya, dan berkata, “Tahukah Anda perkataan siapakah yang Anda ragukan? Allah mengatakan bahwa jika Anda menyerahkan diri Anda kepada-Nya dan mengkonsikrasikan diri Anda kepada Dia, Dia akan membuat Anda menjadi kudus. Namun walaupun Anda sudah mengkonsikrasikan diri Anda, mengakui bahwa Anda tidak mampu untuk melakukan apa-apa, dan sudah mempersembahkan segalanya kepada Allah, Anda mengatakan bahwa Allah belum melaksanakan bagian-Nya. Ayat ini mengatakan bahwa manusia memiliki bagiannya dan Allah memiliki bagian-Nya. Jika manusia sudah melaksanakan bagiannya, Allah akan melaksanakan bagian-Nya. Tapi walaupun Anda mengatakan bahwa Anda sudah merelakan dan melaksanakan apa yang seharusnya Anda lakukan, Anda mengatakan bahwa Allah belum memberikan kemenangan kepada Anda. Tahukah Anda apa arti dari perkataan Anda itu? Anda sedang mengatakan bahwa Allah sudah membuat sebuah kontrak dengan Anda dan bahwa Anda sudah melaksanakan bagian Anda, tapi Allah belum melaksanakan bagian-Nya. Anda sedang mengatakan bahwa Allah tidak jujur, dan bahwa Dia tidak setia.” Dia mengatakan, “Mana berani saya berkata demikian!” Saya mengatakan, “Jika itu bukan yang Anda maksudkan, maka Anda harus mengatakan, ‘Allah, aku sudah menyerahkan diriku ke dalam tangan-Mu. Aku tahu bahwa aku pasti akan menang sebab aku sudah melaksanakan bagianku, dan Engkau pasti akan melaksanakan bagian-Mu. Anda pasti akan membuatku menang sebab aku sudah menyerahkan diriku pada-mu.’” Setelah seseorang merelakan, dia harus bersaksi, dan berkata, “Syukur pada Tuhan. Aku percaya bahwa Dia telah melaksanakan apa yang telah kuserahkan pada-Nya.” Allah akan bekerja di dalam Anda hanya sampai taraf dimana Anda menyerahkan diri Anda kepada-Nya. Begitu Anda percaya, perkara itu dioper ke dalam tangan Kristus, dan Dia akan mengambil alih.

            Seorang Kristen sedang naik sepeda di pedesaan yang terpencil. Dia mencapai suatu lapang kosong yang terbuka, dimana di sana terdapat sebuah sumur tua. Dia ingin turun ke dasar sumur itu, dan oleh karenanya dia mengikat seutas tali pada tepi sumur tersebut dan dia menuruni sumur itu. Ketika dia mencapai ujung dari tali tersebut, dia tidak bisa merasakan dasar dari sumur tersebut. Dia mencoba untuk memanjat kembali ke atas, tapi dia sudah kehabisan tenaga. Bergantungan pada tali tersebut, dia tidak bisa naik ataupun turun. Dia berteriak minta tolong, namun tempat tersebut terpecil, dan tidak ada seorang pun yang mendengar teriakannya. Dia bertahan untuk sejangka waktu, namun bobot badannya menjadi semakin berat. Selama dua jam dia tanpa daya bergantung di sana. Akhirnya, dia tidak tahan lagi. Dia adalah seorang Kristen dan dia berpikir bahwa dia seharusnya berdoa. Dia berkata, “Allah, aku mau jatuh. Biarlah saya jatuh ke dalam kekekalan.” Setelah berdoa, dia melepaskan pegangannya, mengira bahwa dia pasti mati. Namun dia hanya beberapa sentimeter dari dasar sumur. Setelah dia jatuh ke dasar sumur itu, dia menyesal karena dia sudah demikian menderita dikarenakan dia tidak melepaskan pegangannya lebih cepat. Inilah sikap kita terhadap Kristus. Kita mengira bahwa kita akan jatuh ke dalam Dunia Orang Mati kecuali kita bergumul, meronta-ronta, dan membuat ketetapan hati. Sebenarnya, jika kita mau merelakan, kita tidak akan jatuh ke dalam Dunia Orang Mati. Kita akan jatuh ke atas Kristus Sang Batu Karang. Kita harus percaya bahwa saat kita merelakan, Allah akan mengambil alih. Dia akan memberi kita kuasa. Dia akan membuat kita menang. Kita hanya perlu percaya pada-Nya.

            Teman-teman, begitu hayat kita habis, hayat Allah akan beroperasi. Begitu kita merelakan, Allah akan mengambil alih, dan hayat-Nya akan diperhidupkan melalui diri kita. Kapankala kita berhenti memperhidupkan hayat kita sendiri, hayat Allah akan diperhidupkan dari diri kita. Begitu kita menyisihkan diri kita, hayat Allah akan diperhidupkan dari diri kita. Jika kita ingin mengalami Kristus sebagai hayat kita yang menang, hal pertama yang harus kita lakukan adalah merelakan dan melihat bahwa kita tidak bisa melakukannya, berhenti berusaha, dan bermegah atas kelemahan kita. Setelah kita merelakan sepenuhnya, kita harus percaya bahwa Allah mampu untuk membuat Kristus menjadi hayat kita yang menang, dan bahwa Dia bisa memanifestasikan hayat dan kuasa Kristus melalui diri kita.


Tuesday, July 13, 2010

Watchman Nee, Vol 41-13

BAB SEBELAS

 

KEHIDUPAN YANG MENANG

 

Tanggal: 12 Nopember 1935, malam

Tempat: Chuenchow

Pembacaan Alkitab: Flp. 1:21; Kol. 3:4; 1 Kor. 1:30

 

TUJUAN KEKAL ALLAH

 

            Allah tidak memiliki maksud supaya manusia hidup oleh hayatnya sendiri. Di dalam kekekalan yang lampau, Allah menetapkan bahwa manusia akan memperhidupkan hayat Allah. Itulah sebabnya mengapa Allah tidak puas dengan manusia hanya hidup oleh hayat insaninya. Berdasarkan tujuan kekal-Nya, Allah memiliki maksud supaya manusia hidup oleh hayat-Nya. Manusia tidak menyadari hal ini di taman Eden. Bahkan jika dia menyadari hal ini, dia tidak menerimanya. Karena itu, pada suatu hari Kristus datang ke dalam dunia sebagai seorang manusia. Dia tersalib di atas salib; Dia mati, bangkit, dan datang kembali sebagai Roh itu sehingga manusia bisa menerima hayat Allah melalui Dia. Dengan demikian, Kristus menjadi Kristus yang bisa diterima. Mereka yang telah percaya kepada Dia sudah menerima Kristus yang sedemikian. Banyak orang tahu bahwa mereka menerima pengampunan dosa-dosa ketika mereka menerima Kristus. Akan tetapi, Allah tidak puas dengan pengampunan dosa saja; Dia menginginkan manusia untuk tidak lagi hidup dalam dosa. Dia menginginkan manusia untuk menerima Kristus yang bisa diterima ini ke dalam dirinya untuk menjadi hayatnya sehingga dia bisa hidup dengan menang.

 

KONSEP YANG SALAH DI ANTARA ORANG-ORANG KRISTEN

MENGENAI KEMENANGAN

 

Mencoba untuk Memenuhi Tuntutan Allah

Melalui Kekuatannya Sendiri

 

            Ketika seorang Kristen baru percaya pada Tuhan, dia tentunya memiliki hayat Allah di dalam dirinya. Akan tetapi banyak orang tidak memiliki pemahaman yang jelas mengenai bagaimana Kristus menjadi hayat mereka dan bagaimana Dia hidup di dalam mereka. Mereka membuat banyak konsep yang salah mengenai perkara ini sebab mereka kekurangan pengetahuan yang tepat. Setelah seorang Kristen dilahirkan kembali, dia mulai memiliki kecenderungan-kecenderungan yang baru. Dia menginginkan apa yang dulu tidak dia inginkan dan menolak apa yang dulu dia rangkul. Konsep manusia yang salah muncul ketika dia berusaha untuk berjalan dalam kehendak Allah, menetapkan untuk tidak berbuat dosa lagi dan mencoba untuk memperhidupkan kebajikan-kebajikan Kristus. Banyak yang diperbaharui dalam hati nurani mereka setelah mereka diselamatkan, dan mereka menjadi lebih peka terhadap dosa, namun mereka tidak memiliki tenaga untuk melakukan kehendak Allah dan tidak memiliki kekuatan untuk mengalahkan dosa. Hasilnya, mereka hidup di dalam penyesalan yang dalam. Sebelumnya, ketika mereka hidup dalam dosa, mereka tidak tahu bahwa itu adalah dosa dan sama sekali tidak merasa sedih. Mereka dengan tenang hidup secara sembarangan. Namun sekarang mereka sudah mendapatkan hayat yang baru dengan sifat yang baru dan kecenderungan yang baru. Kristus sekarang tinggal di dalam mereka sebagai hayat mereka. Ini membawa masuk tuntutan-tuntutan baru yang mereka anggap mustahil untuk dipenuhi. Tadinya, mereka menderita di bawah dosa. Sekarang mereka menderita di bawah beban kekudusan. Misalnya, mereka mungkin menyadari bahwa orang Kristen tidak seharusnya sombong atau cemburu atau marah, dan mereka mungkin menetapkan untuk tidak sombong, cemburu, atau marah. Akan tetapi, secara mengagetkan, mereka menemukan bahwa mereka tidak bisa melakukan yang manapun juga. Tadinya mereka tidak menyadari bahwa semuanya itu adalah dosa. Mereka tidak tahu apa itu kekudusan, dan mereka tidak memiliki kedambaan untuk menempuh kehidupan yang kudus. Sekarang mereka mengenal kekudusan, dan mereka memiliki kedambaan untuk menempuh kehidupan yang kudus. Namun, walaupun mereka memiliki pengetahuan dan kedambaan, mereka menemukan bahwa mereka tidak bisa mencapainya. Inilah jenis penderitaan yang dialami banyak orang Kristen setelah mereka diselamatkan. Penderitaan demi kekudusan ini seringkali lebih menyakitkan dibandingkan penderitaan yang mereka alami sebelum mereka diselamatkan.

            Sebagian orang bisa berperilaku seperti orang-orang Kristen yang baik di hadapan manusia, namun mereka menyadari kejahatan mereka sendiri di hadapan Allah. Sebagian orang bisa berpura-pura rajin dan setia dalam melayani Tuhan di hadapan manusia, namun mereka tahu bahwa kehidupan mereka adalah serangkaian kegagalan. Pengalaman mereka menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sedang berkelok-kelok (zigzag) di antara kemenangan dan kegagalan; mereka bergantian antara menang dan gagal. Kehidupan mereka adalah siklus yang tak berakhir antara kemenangan dan kegagalan. Mereka sangat mengenal bahwa mereka tidak memiliki kekuatan di dalam dirinya sendiri untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Pemikiran dan konsep mereka sudah berubah; mereka jelas lebih luhur dibandingkan sebelumnya. Lebih jauh lagi, batin mereka mendorong mereka untuk berubah lebih baik. Namun hayat yang mereka miliki dan sumber tenaga di dalam mereka belum berubah. Mereka tidak mampu menyuplaikan kekuatan yang memadai untuk memenuhi tuntutan-tuntutan batini mereka. Setiap hari mereka jelas mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan, dan setiap hari mereka bercita-cita untuk menang dan menjadi kudus, namun setiap hari mereka gagal.

            Apa yang baru kita jabarkan adalah suatu fenomena yang menarik. Itu adalah kesalahan pertama yang dilakukan orang-orang Kristen di dalam kehidupan Kristen mereka. Mereka mengira bahwa Allah memberi mereka suatu hayat yang baru sehingga mereka bisa memiliki pengetahuan yang baru dan pemahaman yang baru mengenai apa yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah. Ketika mereka hidup dalam dosa, mereka tidak tahu cara membedakan yang baik dan yang jahat. Namun, begitu mereka mendambakan untuk memenuhi standar Allah, mereka jatuh ke dalam sejenis kesalahpahaman yang berbeda. Sungguh suatu tragedi! Mereka mengira bahwa satu-satunya alasan Allah memberi mereka hayat yang baru adalah untuk memberi mereka kedambaan yang baru, idaman yang baru, kecenderungan yang baru, dan harapan yang baru sehingga mereka bisa berjerih demi hal-hal yang surgawi dan rohani. Karena mereka adalah orang-orang Kristen, mereka mengira bahwa mereka seharusnya bertindak menurut kedambaan yang baru ini. Mereka mengira bahwa menerima hayat yang baru tidak lain berarti menerima sikap yang baru, harapan yang baru, dan kecenderungan yang baru, dan bahwa mereka masih perlu menggunakan kekuatan mereka sendiri untuk memenuhi semua tuntutan tersebut. Ini adalah suatu kesalahan yang besar.

            Hayat yang baru adalah hukum baru Allah di dalam kita. Hukum yang baru ini tentunya memiliki tuntutan-tuntutan yang baru. Dikarenakan ia memiliki tuntutan-tuntutan, kita menggunakan seluruh kekuatan kita untuk bertindak menurut hukum yang baru ini. Namun tuntutan-tuntutan yang baru yang Allah letakkan di dalam diri kita ini tidak akan pernah bisa kita penuhi oleh diri kita sendiri. Manusia hanya memiliki hayat manusia. Hayat manusia ini alamiah dan biasa; ia tidak bisa memenuhi keperluan dari hukum yang baru. Hayat yang lama tidak bisa memuaskan tuntutan dari hukum yang baru. Contohnya, bayangkan seekor ikan. Walaupun saya bisa memberinya suatu tuntutan yang baru untuk terbang dan walaupun saya bisa memiliki kuasa untuk meletakkan kedambaan yang baru untuk terbang di dalam ikan tersebut, ia tidak akan bisa terbang sebab tidak ada tenaga untuk terbang di dalam hayat ikan. Walaupun ia bisa bercita-cita untuk terbang, ia sebenarnya tidak bisa terbang. Demikian juga dengan orang-orang Kristen hari ini. Hayat yang baru membawa kedambaan yang baru dan kecenderungan yang baru. Namun hayat yang lama tidak bisa memenuhi tuntutan dari hayat yang baru ini. Inilah jenis orang Kristen yang kita temukan di dalam Roma 7. Orang Kristen di dalam Roma 7 adalah seseorang yang bercita-cita untuk memenuhi tuntutan hukum Allah dengan kekuatannya sendiri, namun gagal. Saya belum pernah melihat seorang Kristen yang bisa memenuhi tuntutan Allah dengan kekuatannya sendiri. Tidak ada apapun yang berasal dari hayat lama kita yang bisa memenuhi tuntutan Allah.

 

Meminta Allah untuk Memberi Kita Tenaga untuk Menang

 

            Sekelompok orang lainnya tahu bahwa mereka sudah menerima hayat yang baru, standar yang baru, dan tuntutan serta cita-cita yang baru. Mereka tahu bahwa mereka itu lemah dan mudah untuk kalah dan gagal. Mereka mengira bahwa mereka seharusnya meminta Allah untuk memberikan kekuatan kepada mereka dan membantu mereka untuk mengalahkan dosa. Mereka mengira bahwa mereka seharusnya meminta Allah untuk memperkuat mereka bagi penghidupan mereka yang baru ini. Mereka mengira bahwa Allah akan memberi mereka kekuatan yang diperlukan jika mereka cukup berdoa. Mereka mengira bahwa begitu Allah mendengar doa mereka, mereka akan mengalahkan banyak dosa dan mampu untuk melakukan hal-hal yang baik dan memperhidupkan tuntutan Allah. Orang-orang Kristen ini tahu bahwa membuat suatu ketetapan adalah salah, dan mereka tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan apa pun melalui kekuatan mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka berdoa kepada Allah untuk memberi mereka kekuatan. Walaupun mereka tidak bisa berhasil dengan kekuatan mereka sendiri, mereka mengira bahwa mereka tentunya bisa berhasil jika mereka memiliki kekuatan Allah. Hasilnya, mereka memohon kepada Allah, berdoa, dan bahkan berpuasa. Mereka mengurung diri mereka untuk berdoa kepada Tuhan, atau mereka meninggalkan dunia sekuler untuk berdoa di atas gunung atau di tepi laut. Mereka mengira bahwa Allah akan menjawab doa mereka jika mereka cukup tulus. Yang ajaib adalah bahwa walaupun Allah kelihatannya menjawab doa-doa yang lain, Dia tidak pernah menjawab doa mereka mengenai menang atas dosa. Mereka kaget bahwa dosa mereka masih menganiaya mereka sampai suatu taraf dimana mereka benar-benar ditaklukkan. Mereka mengira bahwa mereka tidak cukup tulus; akibatnya, mereka berdoa siang dan malam, meminta Allah untuk memberi mereka tenaga untuk mengalahkan dosa mereka. Ketika mereka mengunci diri mereka di dalam kamar mereka, mereka terjaga dari dosa-dosa mereka, dan mereka mengira bahwa mereka sudah menang. Namun begitu mereka selesai berdoa dan keluar dari kamar mereka, godaan dan Satan sudah menunggu di luar pintu, dan mereka gagal lagi.

            Malam ini saya tidak akan bertanya apakah Anda sudah berdoa. Saya hanya akan menanyakan satu pertanyaan yang tajam: Berapa banyak dari Anda yang sudah mengalahkan dosa melalui berdoa untuk bantuan Allah? Anda mungkin sudah berdoa untuk meminta Allah supaya membuat Anda menjadi seorang Kristen yang kuat. Anda mungkin sudah berdoa kepada-Nya untuk memberi Anda kekuatan dan bantuan. Allah mungkin menjawab doa Anda dan membuat Anda kuat, namun Anda masih tetap tidak bisa mengalahkan dosa Anda. Ini adalah sebuah fakta yang ajaib. Allah tidak pernah membantu Anda menang. Dia tidak pernah membantu Anda menghentikan diri Anda untuk tidak berbuat dosa.

 

Meminta Kebajikan kepada Allah

 

            Setelah banyak gagal, sebagian orang Kristen mengenal dosa-dosa yang sering mereka lakukan. Mereka tahu mengapa mereka gagal. Saya takut banyak dari Anda belum menyadari dosa-dosa kebiasaan Anda. Sebagian orang lebih baik dan mengenal dosa-dosa kebiasaan mereka. Sebagian menyadari bahwa mereka terlalu cepat dan berlebihan dalam pembicaraan mereka. Sebagian menyadari bahwa pemikiran mereka kotor dan tidak bisa diutarakan di hadapan manusia. Sebagian menyadari bahwa mereka terlalu kasar, mereka tahu bahwa mereka selalu menyakiti orang lain. Mereka tahu bahwa mereka tidak rendah hati. Sebagian menyadari bahwa mereka mudah marah, dan sebagian menyadari bahwa mereka sombong. Banyak orang menyadari dosa-dosa kebiasaan mereka dan kemudian mengejar kebajikan-kebajikan yang berlawanan dengan dosa-dosa mereka. Misalnya, mereka yang sombong mencari kerendahan hati. Mereka yang cemburu berusaha untuk merendah. Mereka yang mudah marah mencari kesabaran. Mereka yang memiliki pikiran yang kotor berusaha untuk memiliki hati yang bersih. Apapun dosa yang mereka miliki, mereka mencari kebajikan-kebajikan yang berlawanan dengan dosa-dosa mereka. Sementara seseorang mencari kesabaran, dia mungkin mengira bahwa dia tidak terlalu buruk. Dia mengira bahwa dia hanya memiliki sedikit kekurangan di dalam perbuatannya; dia hanya memerlukan sedikit kesabaran. Dia berdoa supaya Allah mengirim paket kesabaran dari surga. Ajaibnya, kesabaran ini tidak pernah datang. Tidak peduli berapa keras dia berusaha, kesabaran tidak pernah datang. Dia memberi tahu Tuhan bahwa dia kekurangan kebajikan tertentu dan bahwa dia damba untuk memilikinya dari Tuhan. Tapi tidak peduli berapa keras dia berdoa, Tuhan tidak pernah memberikannya kepada dia.

 

JALAN KESELAMATAN ALLAH

 

            Beban saya bukanlah untuk berbicara mengenai konsep-konsep yang salah dari orang-orang Kristen. Saya hanya menyebutkan tiga perkara di atas, namun konsep-konsep yang lain serupa dalam prinsipnya. Tujuan saya dalam menyinggung konsep-konsep itu adalah untuk menunjukkan bahwa mereka itu tidak ada gunanya bagi seorang Kristen. Mereka itu bukan jalan yang alkitabiah. Allah tidak memiliki maksud supaya orang Kristen hidup seperti itu. Jika kita hidup menurut prinsip-prinsip itu, kita akan gagal terus. Allah sudah memberi kita hayat yang baru. Hayat yang baru ini membawa kepada kita bukan hanya pengetahuan yang baru dan kedambaan yang baru saja, namun juga energi yang baru dan kekuatan yang baru untuk memenuhi kedambaan yang baru dan tuntutan yang baru. Kedambaan yang baru dan tuntutan yang baru ini berasal dari hayat yang baru, sama seperti sumber suplaian yang baru untuk memenuhi kedambaan yang baru dan tuntutan yang baru itu berasal dari hayat yang baru tersebut. Ketika kita dilahirkan kembali, kita tidak hanya menerima kedambaan yang baru dan pengetahuan yang baru, yang mendambakan untuk mengalahkan nafsu dan dosa kita, namun kita juga menerima tenaga yang baru untuk memenuhi tuntutan dari hayat yang baru ini.

 

ALLAH BERMAKSUD SUPAYA KRISTUS

MENJADI HAYAT DAN KEPUASAN KITA

 

            Hayat yang baru dan tenaga yang baru yang telah Allah berikan kepada kita tidak lain adalah Kristus itu sendiri. Hari ini Kristus tinggal di dalam kita. Apa yang sedang Dia lakukan di dalam kita? Dia di dalam kita sebagai hayat kita, dan Dia di dalam kita untuk menyertai kita setiap waktu. Tuhan mengatakan bahwa Dia tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu (Yoh. 14:18). Kita bisa mengatakan bahwa manusia celaka di dalam Roma 7 adalah seorang yatim piatu, dan kita bisa menyebut Roma 7 sebagai pasal tentang yatim piatu. Manusia di dalam Roma 7 memiliki tuntutan dan kedambaan yang baru, namun dia tidak bisa memenuhi keperluan itu. Dia itu seperti seorang yatim piatu yang kelaparan, namun tanpa makanan. Udara dingin dan dia memerlukan pakaian, namun dia tanpa pakaian. Dia harus menemukan semua hal itu oleh dirinya sendiri. Namun, bahkan ketika dia berkehendak untuk memiliki hal-hal itu, dia tidak bisa mendapatkannya. Tuhan mengatakan bahwa Dia akan tinggal di dalam kita dan memenuhi segala keperluan kita. Malam ini saya bukan hanya mengabarkan Kristus yang telah mati bagi kita. Saya tidak hanya mengabarkan Kristus yang tersalib melainkan Kristus yang hidup di dalam kita, Kristus yang menyuplai segala keperluan kita.

            Kita tidak seharusnya puas dengan Kristus yang kita kenal di masa lalu. Di dalam Yohanes 4 Tuhan memberi tahu perempuan Samaria, “Siapa saja yang minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal" (ay. 13-14). Inilah hayat di dalam Roh yang diberikan Kristus kepada kita. Hayat ini adalah mata air. Kristus tidak memberi kita sesuatu yang bisa ditempatkan di dalam ember atau yang bisa habis dalam beberapa hari. Kristus menyuplaikan mata air di dalam kita. Kita bisa menimbanya setiap waktu “sampai pada hidup yang kekal.” Ia tidak akan mengering bahkan ketika kita bertatap muka dengan Allah. Kristus ada di dalam kita sebagai hayat kita, dan Dia sedang menyuplaikan segala keperluan kita.

            Banyak orang Kristen mengatakan bahwa mereka telah diselamatkan, namun kehidupan mereka tidak terlihat ada bedanya dengan mereka yang belum diselamatkan. Saya sering bergurau bahwa sebagian orang Kristen “belum cukup selamat.” Jangan salah paham. Saya tidak mengatakan bahwa mereka belum diselamatkan. Saya mengatakan bahwa mereka tidak terlihat sudah cukup selamat. Ini berarti mereka belum mencapai apa yang didefinisikan Alkitab sebagai beroleh selamat. Bisakah Anda mengatakan bahwa Anda memiliki Kristus sebagai Gembala Anda dan bahwa Anda “tidak kekurangan”? Apakah Kristus adalah Gembala Anda? Bisakah Anda mengatakan bahwa Anda tidak kekurangan? Anda mungkin harus mengaku bahwa Anda memiliki banyak keinginan. Jika Anda menjawab demikian, itu membuktikan bahwa Anda perlu mengenal Kristus secara lebih mendalam. Kristus yang disebut di dalam Alkitab adalah Dia yang bisa memuaskan hati Anda. Dia akan membuat hati Anda haus terus menerus, namun Dia akan meleraikan dahaga Anda terus menerus. Saya harus mengatakan Haleluya! Tuhan sudah memberi kita mata air. Ini tidak seperti mendengarkan kotbah seminggu sekali pada hari Minggu dan kemudian kehabisan suplai selama enam hari berikutnya. Dia adalah mata air di dalam kita yang memancar sampai pada hidup yang kekal. Orang Kristen tidak memerlukan ember sebab di dalam dirinya ada mata air. Air di dalam banyak orang Kristen kelihatannya berasal dari ember; ia dengan cepat akan habis. Akan tetapi Alkitab mengatakan bahwa ada mata air di dalam orang Kristen, yang memancar sampai pada hidup yang kekal. Sumber suplai dari keran air adalah waduk; suplai tersebut bukan berasal dari rumah itu sendiri. Demikian juga, sumber hayat dari orang Kristen adalah Kristus; bukan dari dirinya sendiri. Betapa berbedanya ini dengan manusia di dalam Roma 7, yang berkehendak dan gagal terus menerus.

 

ALLAH BERMAKSUD SUPAYA KRISTUS MENJADI

KEMENANGAN KITA

 

            Banyak orang mengira bahwa mereka terlalu lemah dan bahwa mereka selalu gagal. Mereka minta supaya Allah menguatkan mereka. Mereka mengira bahwa asal mereka memiliki tenaga, mereka bisa mengalahkan dosa. Namun bahkan jika mereka memiliki tenaga, mereka tidak bisa mengalahkan dosa. Mereka sering terkejut ketika mereka dikalahkan oleh dosa mereka. Akan tetapi di dalam diri mereka sendiri, bisakah mereka melakukan sesuatu selain dosa? Berbuat dosa seharusnya tidak menjadi sesuatu yang mengejutkan bagi mereka semua. Seorang misionaris Barat pernah berkata kepada saya, “Saya sering berdosa. Saya muak dengan dosa-dosa saya. Saya tidak bisa mengalahkannya, tidak peduli betapa keras saya berusaha. Pekerjaan saya di Cina sudah gagal.” Sambil mendengarkan, saya tertawa. Dia bertanya, “Mengapa Anda tertawa?” Saya mengatakan, “Anda merasa aneh bahwa Anda berbuat dosa. Namun saya tidak merasa aneh sama sekali. Bagi saya ini adalah sesuatu yang paling biasa. Saya mungkin kaget jika Anda melakukan dosa-dosa yang lebih besar, tapi saya tidak kaget bahwa Anda melakukan dosa-dosa semacam itu.” Dia mengatakan, “Saya sudah menginjil di Cina selama tujuh tahun. Saya tahu bahwa Allah telah memanggil saya, dan saya sudah mengalami Dia sedikit. Akan tetapi saya selalu gagal. Bagaimana saya bisa terus bekerja? Allah harus memberi saya kekuatan untuk mengalahkan dosa-dosa saya.” Saya mengatakan, “Jika Anda berdoa untuk hal-hal lainnya, Allah mungkin menjawab Anda. Namun jika Anda berdoa supaya Allah memberi Anda kekuatan untuk mengalahkan dosa-dosa Anda, Dia tidak akan menjawab. Dia tidak akan memberi Anda kekuatan untuk mengalahkan dosa-dosa Anda.”

            Saya memberi tahu dia bahwa kesalahannya adalah berusaha untuk memperbaiki ciptaan lama dengan ciptaan baru. Dia lemah, dan dia minta kekuatan untuk mengalahkan dosanya. Akan tetapi, tenaga dari hayat yang baru, kuat kuasa Allah, bukan diberikan kepada kita untuk menopang manusia lama kita atau untuk memperkuat manusia lama kita supaya bisa mengalahkan dosa. Allah tidak pernah melakukan hal itu. Kita perlu meminta Allah untuk memberi kita terang yang baru dan wahyu yang baru. Kita perlu supaya Dia memperlihatkan kepada kita bahwa bukan sesuatu yang mengejutkan jika kita ini lemah. Memang benar bahwa kita seharusnya mengalahkan dosa. Masalahnya adalah hayat manusia selamanya tetap adalah hayat manusia. Hayat ini tidak memiliki tenaga untuk mengalahkan dosa. Allah tidak memiliki maksud supaya kita mengalahkan dosa dengan hayat manusia kita, dan Dia tidak memiliki maksud untuk menopang hayat lama kita dengan kuat kuasa-Nya. Allah bermaksud supaya Kristus menjadi hayat kita, kekuatan kita, dan kemenangan kita.

 

JALAN UNTUK MENERIMA HAYAT YANG MENANG

 

            Bagaimana cara Allah memberi kita hayat yang menang ini? Dia memberi kita hayat yang menang melalui memberi kita Putra-Nya, yang menjadi kemenangan kita. Paulus mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus” (Flp. 1:21a). Paulus tidak mengatakan bahwa kita seharusnya hidup melalui Kristus, bahwa kita seharusnya hidup melalui kekuatan-Nya, atau bahwa kita seharusnya hidup melalui hayat-Nya. Dia mengatakan bahwa bagi dia hidup adalah Kristus. Konsep yang paling keliru adalah mengira bahwa Allah memberi kita Kristus untuk membantu kita mengalahkan dosa-dosa kita. Memang benar bahwa kita harus mengalahkan dosa-dosa kita. Akan tetapi caranya bukan melalui Kristus memberi kita kekuatan untuk mengalahkan dosa kita. Jalan yang alkitabiah adalah dengan menyisihkan diri kita dan membiarkan Kristus untuk menang bagi kita. Kristus mati di salib bagi kita. Sekarang Kristus tinggal di dalam kita dan bagi kita. Jika Kristus tidak hidup bagi kita dan jika Kristus hanya mati bagi kita di salib, akan mustahil bagi kita untuk menang. Kristus ada di sini bukan untuk menopang kita atau untuk menguatkan kita untuk mengalahkan dosa-dosa kita. Dia di sini untuk menyisihkan kita dan untuk hidup di dalam kita menggantikan kita. Dia sedang mengalahkan dosa bagi kita. Itulah sebabnya mengapa Paulus mengatakan bahwa bagi dia hidup adalah Kristus. Hanya ketika Kristus hidup bagi kita, barulah kita bisa mengatakan bahwa bagi kita hidup adalah Kristus. Jika Kristus tidak sedang hidup bagi kita, kita tidak bisa mengatakan bahwa bagi kita hidup adalah Kristus. Kita bukan hidup oleh Dia, dan kita bukan hidup melalui meniru Dia atau hidup melalui menimba dari kekuatan-Nya. Bagi kita hidup adalah Kristus. Itu bukan perkara Kristus memperkuat kita, melainkan perkara Kristus menjadi hayat kita.

 

KEMENANGAN ADALAH KRISTUS HIDUP BAGI KITA DI BATIN

 

            Tiga tahun yang lalu saya bekerja di Amerika. Pada suatu hari setelah sidang, seorang dokter mengundang saya ke rumahnya. Istrinya berkata kepada saya, “Berdoalah bagi saya.” Saya bertanya, “Mengapa Anda ingin supaya saya berdoa bagi Anda?” Dia mengatakan, “Saya memiliki beberapa orang anak laki-laki yang nakal, dan mereka membuat saya marah terus menerus. Saya berusaha untuk sabar ketika anak yang sulung dilahirkan, dan saya berusaha untuk bertahan ketika anak yang kedua dilahirkan. Akan tetapi, ketika anak yang ketiga lahir, saya merasa tidak berdaya. Ketika keempatnya digabungkan, saya tidak bisa menahan diri lagi, dan saya mulai marah. Semakin mereka bersama-sama, semakin saya marah-marah. Saya tidak bisa bersabar. Apa yang seharusnya saya lakukan?” Saya tersenyum kepadanya dan berkata, “Apakah Anda benar-benar ingin menjadi sabar?” Dia menjawab, “Sungguh indah jika Allah mau memberi saya kesabaran. Kelak saya bisa menahan diri untuk tidak marah-marah.” Saya berkata, “Anda tidak kekurangan dalam hal kesabaran.” Dia berkata, “Apa maksud Anda? Jika saya tidak kekurangan dalam hal kesabaran, lalu apa yang saya kurang?” Saya mengatakan, “Anda kurang Kristus. Anda tidak kekurangan kesabaran. Jika Anda berdoa untuk kesabaran, Allah tidak akan pernah memberikannya kepada Anda, sebab Kristus adalah kesabaran kita.” Kristus tidak membantu kita untuk menjadi sabar; Dia tidak memberi kita tenaga untuk menjadi sabar. Dia adalah kesabaran di dalam kita. Ada suatu perbedaan yang besar di antara keduanya. Kita tidak kekurangan kesabaran; kita kekurangan Kristus. Kristus adalah kesabaran kita. Dia tidak membantu kita untuk menjadi sabar. Dia tidak memberi kita kekuatan untuk membuat kita sabar. Dia hidup di dalam kita dan bagi kita, dan Dia memperhidupkan kesabaran-Nya di dalam kita. Kristus di batin adalah kesabaran kita.

            Satu Korintus 1:30 mengatakan, “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita: kebenaran dan kekudusan dan penebusan.” Ayat ini memperlihatkan kepada kita bahwa Allah telah membuat Kristus menjadi kekudusan kita. Ia tidak mengatakan bahwa Kristus membantu kita untuk menjadi kudus atau memberi kita kekuatan untuk pengudusan. Kristus tidak memberi kita kekuatan supaya kita dikuduskan. Melainkan, Dia menjadi kekudusan kita. Kristus tidak lain adalah kekudusan kita. Inilah kemenangan. Kemenangan adalah Kristus menjadi hayat kita.

            Banyak orang akrab dengan Galatia 2:20. Namun sedikit yang melihat makna yang sesungguhnya dari ayat ini. Kita sering berpikir, “Karena tidak seharusnya aku lagi yang hidup, saya harus berusaha dan bergumul untuk tidak lagi hidup.” Sebenarnya, ini bukan perkara kita berusaha atau bergumul untuk hidup; ini adalah perkara Kristus hidup. Bukan aku lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup. Ini berarti Kristus yang hidup, bukan kita. Kristus sudah menebus kita dari dosa di atas salib, dan Dia sekarang hidup di dalam kita dan bagi kita. Ini adalah hayat yang ditukar: Bukan aku lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalamku.

 

HAYAT YANG MENANG ADALAH SUATU PERTUKARAN

BUKAN SUATU PERUBAHAN

 

            Tahun lalu di Chefoo, seorang Kristen berkata kepada saya, “Saya memerlukan perubahan yang besar. Begitu saya berubah, segalanya akan beres.” Saya mengatakan, “Harapan Anda tidak akan pernah terkabul.” Dia mengatakan, “Anda tidak mengenal saya. Bagaimana Anda tahu bahwa tidak ada harapan di dalam diri saya?” Saya menjawab, “Saya mengenal Anda sejak dahulu kala. Sebelum Anda dilahirkan, saya sudah mengenal Anda. Apakah Anda? Anda adalah ketidak-ada-harapan itu sendiri. Allah sudah mengatakan di dalam Alkitab bahwa tidak ada harapan di dalam diri Anda. Jika memang ada sedikit harapan di dalam diri Anda, Allah tidak akan menyalibkan Anda. Salib adalah penilaian Allah terhadap diri Anda. Ini berarti Anda hanya layak untuk mati. Anda tidak layak untuk apapun juga selain mati. Anda seharusnya mati, dan Anda harus mati. Anda sama sekali tidak ada gunanya. Allah bukan sedang memperlakukan Anda dengan semena-mena ketika Dia menyalibkan Anda. Anda mengatakan bahwa Anda ingin berubah, namun saya mengatakan bahwa Anda tidak akan pernah bisa berubah menjadi lebih baik. Anda tidak akan pernah bisa menjadi semakin baik. Harapan ini tidak akan pernah bisa direalisasikan. Tidak peduli berapa banyaknya seekor sapi berubah; ia akan tetap adalah seekor sapi. Tidak peduli berapa banyaknya seekor babi berubah; ia masih tetap adalah seekor babi. Tidak peduli berapa banyaknya Anda berubah, Anda masih tetap adalah diri Anda sendiri. Anda ingin berubah. Tapi baiklah saya mengatakan sesuatu kepada Anda. Gantilah kata “ubah” menjadi “ganti.” Apa yang Anda perlukan bukanlah perubahan, melainkan pergantian.”

            Tidak peduli berapa banyaknya saya, Watchman Nee, berubah, hayat di dalam saya akan selalu adalah hayat dari seorang yang berdosa. Jalan keselamatan Allah dan metode penyelamatan-Nya bukanlah dengan mengubah apa yang jahat dan lemah di dalam diri saya menjadi sesuatu yang baik dan kuat. Jalan keselamatan Allah adalah dengan menyisihkan saya. Dengan demikian, bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalamku. Allah telah mengganti hayat saya dengan hayat Kristus. Ini bukan suatu pengubahan, melainkan suatu penggantian. Allah meletakkan Kristus di dalam saya sehingga Dialah yang hidup, bukan saya. Inilah kemenangan. Seseorang mungkin memiliki sifat pemarah, namun jalan keselamatan Allah bukan dengan mengubah sifat amarahnya. Jalan keselamatan-Nya adalah dengan meletakkan Kristus di dalam dirinya sehingga Kristus menjadi kesabaran dan kelembutannya. Allah bermaksud supaya Kristus menjadi pengudusan, kebenaran, kerendah-hatian, kesabaran, dan lain-lain kita. Ini berarti segalanya adalah Kristus. Kristuslah yang menjadi segala sesuatu bagi kita. Inilah makna dari kemenangan.

            Kemenangan adalah sesuatu yang Allah berikan kepada kita; itu bukan sesuatu yang kita usahakan untuk kita capai. Banyak orang hanya membaca huruf-huruf dari Alkitab namun tidak memahami realitas di balik huruf-huruf Firman tersebut. Mereka tidak memahami apa yang dimaksud oleh Galatia 2:20. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ketika saya baru beroleh selamat, seseorang membacakan kepada saya sebuah cerita mengenai seorang gadis kecil yang berusia delapan tahun. Dia beroleh selamat dan memiliki pengalaman yang baik sekali dalam mengalahkan dosa, dan dia mengenal apa makna kemenangan bagi dirinya. Pada suatu sidang di Konvensi Keswick, seseorang bertanya mengenai bagaimana dia bisa menang ketika pencobaan datang. Dia menjawab, “Setiap kali pencobaan datang, saya tidak akan berbicara kepadanya, saya tidak akan melawannya, dan saya tidak akan memintanya untuk pergi. Ketika Satan mengetuk pintu saya, saya memberi tahu Tuhan, ‘Tuhan, tolong Engkau bukakan pintu.’ Ketika Satan mendengar Tuhan membuka pintu, dia akan berkata, ‘Tuan, maaf, saya mengetuk pintu yang salah,’ dan dia akan berbalik dan langsung kabur.” Pertama kali saya mendengar cerita ini, saya tersenyum seperti Anda hari ini. Pada saat itu, walaupun saya tahu bahwa gadis kecil itu benar, saya tidak tahu betapa benarnya dia sebab saya belum memiliki pengalaman tersebut. Selama beberapa tahun belakangan ini, saya telah mempelajari rahasia mengalahkan dosa ini. Rahasianya adalah Kristus yang membereskan dosa-dosa, bukan melalui diri sendiri membereskan mereka. Saya tidak perlu menolak dosa-dosa; Kristuslah yang menolak mereka bagi saya. Saya tidak perlu melawan pencobaan; Kristuslah yang melawan mereka bagi saya. Saya tidak perlu menolak Satan; Kristuslah yang menolak dia bagi saya. Saya tidak perlu mengalahkan dosa; Kristuslah yang mengalahkan dosa bagi saya. Saya tidak perlu mengamalkan kesabaran; Kristuslah yang menjadi kesabaran saya bagi saya. Saya tidak perlu menjadi suci dan rendah hati; Kristuslah kesucian dan kerendah-hatian saya.

            Putra Allah ada di dalam saya; Kristus ada di dalam saya. Inilah kemenangan saya, dan inilah segala saya. Saya tidak tahan untuk tidak memuji Dia. Putra Allah bersedia untuk mati di salib bagi saya. Hari ini Dia bersedia untuk tinggal di dalam saya. Dia sedang duduk di atas takhta di surga, namun pada saat yang sama, Dia juga tinggal di dalam saya. Allah telah memberikan hayat Putra-Nya kepada kita tidak lain adalah untuk tujuan ini. Dia telah menyisihkan hayat manusia dan meletakkan hayat Putra-Nya di dalam kita. Penghidupan dan segala sesuatu kita tergantung pada Kristus. Banyak orang mengira bahwa asal mereka menerima paket kesabaran, kerendah-hatian, atau kasih dari surga, segalanya akan beres. Tapi kita harus menyadari bahwa keselamatan Allah dalam Kristus adalah suatu transaksi borongan, bukan transaksi eceran. Kita tidak perlu minta sedikit hari ini dan sedikit besok. Dia sudah meletakkan segalanya di dalam kita sekali untuk selamanya.

 

BUAH ROH ADALAH KRISTUS

 

            Banyak orang mengatakan bahwa ada sembilan jenis buah Roh Kudus di dalam Galatia 5:22 dan 23. Mereka mengira bahwa Roh Kudus memiliki sembilan jenis buah dan bahwa kita mengambil buah ini satu persatu. Ini sama dengan mengatakan bahwa pertama kita mengambil buah yang bernama kasih. Sekarang kasih ada di dalam kita, namun kita masih belum memiliki sukacita. Jadi kita melanjutkan dan mengambil buah lainnya yang bernama sukacita. Sesudah kita memiliki sukacita, kita melanjutkan untuk mengambil damai sejahtera. Namun, tidak ada yang seperti itu. Kita harus menyadari bahwa kata “buah” di dalam frasa “buah Roh” adalah berbentuk tunggal  di dalam bahasa aslinya. Hanya ada satu buah dari Roh Kudus. Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, dan lain-lain, semuanya adalah bagian dari satu buah dari Roh. Begitu kita memiliki buah Roh, kita memiliki kesembilan kebajikan tersebut. Jika kita tidak memiliki buah Roh, kita tidak memiliki satu pun dari kesembilan kebajikan tersebut. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita memiliki satu jeni namun kekurangan delapan jenis lainnya. Jika kita memiliki satu, kita memiliki semuanya. Kristus adalah buah Roh. Ketika kita menerima Kristus ke dalam kita, kita memiliki seluruh buah dari Roh.

            Kita sering bertanya apakah buah Roh itu. Akan tetapi Allah bertanya siapakah buah Roh itu. Buah Roh tidak lain adalah Kristus itu sendiri. Ketika kita memiliki Kristus, kita memiliki buah Roh. Jika kita memiliki Kristus, kita memiliki semuanya. Di mata Allah, kita tidak mendapatkan hal-hal itu satu persatu. Melainkan, kita mendapatkan seantero Kristus sekali untuk selamanya. Begitu kita memiliki Kristus, kita memiliki buah Roh. Banyak orang telah mencoba untuk membeli sedikit kasih karunia dari Allah. Hasilnya hanyalah kegagalan. Baiklah saya bertanya: Anda sudah berdoa bagi kesabaran untuk sejangka waktu yang lama, namun apakah Anda sudah mendapatkannya? Kristus ada di dalam kita sebagai hayat kita, dan Dia sedang hidup bagi kita. Apa lagi yang kita perlukan? Begitu kita melihat bahwa Kristus adalah hayat kita dan bahwa Dia sedang hidup bagi kita, kita akan langsung memiliki semua kasih karunia yang kita perlukan. Bangsa Cina memiliki suatu ungkapan: “Selama gunung yang hijau ada, tidak ada rasa takut bahwa seseorang akan kehabisan kayu untuk dibakar.” Kristus adalah “gunung hijau” kita, dan kesembilan aspek dari buah Roh adalah pohon-pohon yang tumbuh di “gunung” ini. Jika kita ingin menang di dalam kehidupan kita, mata kita harus diarahkan secara berkesinambungan pada Kristus.

            Jenis orang Kristen yang dicari Allah bukanlah mereka yang meniru Kristus atau mereka yang telah menerima sedikit kuasa di sana sini. Jenis orang Kristen yang dicari Allah adalah mereka yang mau menyisihkan diri mereka sendiri dan membiarkan Kristus yang hidup, bukan mereka. Dengan pergantian ini, akan ada kehidupan yang tepat. Ketika Kristus hidup bagi kita dan di dalam kita, kita menjadi Kristus, dan kita bisa menang. Kalau tidak, kita tidak akan memperhidupkan Kristus, dan kita tidak akan menang, tidak peduli bagaimana kita hidup. Kemenangan adalah Kristus menjadi segala sesuatu di dalam kita dan hidup bagi kita. Inilah kehidupan yang menang.